ABC

Obituari: Wafatnya Sang Pejuang Demokrasi, Bacharuddin Jusuf Habibie

Bacharuddin Jusuf Habibie atau B.J. Habibie, Presiden Indonesia Ke-3, menghembuskan nafas terakhir pada hari Rabu, 11 September 2019, di usianya yang ke-83 tahun. Habibie adalah sosok pemimpin yang mengawal demokratisasi Indonesia di era transisi dua dekade lalu.

Habibie meninggal dunia sekitar pukul 18.05 Waktu Indonesia Barat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta.

Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai teknokrat berotak jenius. Tak hanya mengharumkan nama bangsanya di dunia internasional, ia juga merintis industri dirgantara Indonesia.

Sosok Habibie muncul di tampuk kepemimpinan Indonesia tatkala negeri ini dilanda reformasi besar-besaran. Ia adalah pemimpin era transisi yang menggawangi demokratisasi negara kepulauan berpenduduk lebih dari 250 juta jiwa ini.

“Saya kira salah satu peran penting Habibie itu adalah dalam memfasilitasi transisi demokrasi pasca Soeharto,” kata Syamsuddin Haris, pengamat politik senior dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kepada ABC.

Syamsuddin mengenang figur Habibie sebagai sosok pemimpin yang berbuat banyak dalam waktu singkat.

“Misalnya mencabut Undang-Undang Politik yang membatasi partai politik, yang membatasi kebebasan berserikat, kemudian juga me-launching Undang-Undang Desentralisasi dan membebaskan tahanan politik, banyak hal-lah,” jelas doktor lulusan Universitas Indonesia, Jakarta, ini.

Syamsuddin mengatakan Habibie layak disebut sebagai Bapak demokrasi Indonesia.

“Sebab bagaimanapun, Habibie kan memfasilitasi (demokrasi) itu ya, dalam pengertian transisi itu berlangsung relatif kondusif.”

“Walaupun ada berbagai kerusuhan sosial di daerah setelah itu,” paparnya ketika dihubungi melalui sambungan telepon.

Presiden BJ Habibie
Almarhum BJ Habibie dilantik menjadi Presiden RI ke-3 pada 21 Mei 1998 ditengah gejolak reformasi dan menjabat hingga 20 Oktober 1999.

Arsip Nasional

Habibie adalah Presiden Indonesia dengan masa jabatan yang paling singkat yakni hanya satu tahun lima bulan.

Ia menggantikan penguasa Orde Baru, Soeharto, setelah berkuasa selama 32 tahun.

Saat ia pertama kali menjabat, kondisi Indonesia tengah kacau balau, menghadapi ancaman disintegrasi serta krisis ekonomi.

Nilai tukar rupiah pada 1998 sempat menyentuh Rp 16.800 per dolar Amerika, namun di tangan Habibie, kurs rupiah mampu dikendalikan hingga berada di bawah Rp 7.000 menjelang akhir masa pemerintahannya.

Habibie banyak melahirkan kebijakan krusial bagi negaranya. Namun, ada satu keputusannya yang fundamental bagi keberlangsungan demokrasi Indonesia.

Setujui referendum Timor Leste

Salah satu kebijakan kontroversial pada masa pemerintahannya adalah lepasnya provinsi termuda Indonesia, Timor-Timur, dan menjadi negara merdeka Timor Leste.

Menyikapi situasi keamanan yang terus bergolak di bumi Timor Lorosae pada 1999, Presiden BJ Habibie menerima salah satu solusi yang ditawarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ketika itu untuk menggelar referendum.

Warga Timor-Timur diberikan kebebasan untuk memilih menerima integrasi Timor-Timur menjadi bagian dari NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) atau merdeka.

“Setelah 22 tahun kita mengalami sejarah kebersamaan dengan rakyat TimTim, ternyata tetap tidak cukup untuk menyatu dengan kita, maka kiranya adalah wajar dan bijaksana. Bahkan demokratis dan konstitusional, bila wakil-wakil rakyat yang kelak akan terpilih di MPR, diusulkan untuk mempertimbangkan, agar dapat kiranya Timor-Timur secara terhormat, secara baik-baik berpisah dengan Negara Kesatuan RI,” kata Habibie ketika itu.

Kebijakannya ini menuai banyak kecaman dan penolakan dari dalam negeri.

Habibiewafat4_referendum.jpg
Mantan Presiden BJ Habibie menyetujui pelaksanaan referendum bagi warga Timor Timur. Jajak pendapat digelar pada 29 Agustus 2019 dan dimenangkan oleh opsi merdeka dari Indonesia.

ABC News

Namun Habibie bersikukuh dengan sikapnya.

Dalam buku berjudul Detik-Detik yang Menentukan, Habibie mengatakan jika tidak diselesaikan, persoalan hak asasi manusia (HAM) di Timor-Timur hanya akan menjadi masalah yang pelik yang akan menghantui Indonesia.

Jajak pendapat pada 30 Agustus 1999 yang turut difasilitasi oleh Australia berakhir dengan sebanyak 78,5 persen masyarakat Timor-Timur memilih merdeka dan berpisah dari Indonesia.

Habibie mengajak masyarakat Indonesia menghormati keputusan itu.

Keberanian Habibie dalam menyelesaikan konflik HAM di Timor Leste ini membuatnya sangat dihormati di negara baru tersebut.

Sebagai bentuk penghormatan terhadap jasanya, nama B.J.Habibie diabadikan menjadi nama sebuah jembatan baru di Desa Bidau Sant’ana, Dili, yang diresmikan menjelang peringatan ke-20 tahun Hari Pelaksanaan Jajak Pendapat di Dili, 29 Agustus 2019 lalu.

Dalam suatu forum di Jakarta pada 2015, Presiden Timor Leste, Xanana Gusmao, mengapresiasi keberanian B.J. Habibie.

“Tanpa keberanian dari Pak Habibie mungkin sekarang saya hanya akan menjadi penjual es batu di Tebet,” kata Xanana sambil tertawa.

“Apa yang saya bikin hanya half of process, another half is Indonesian,” ujar Xanana.

Jokowi jenguk Habibie
Jokowi menjenguk mantan Presiden Habibie di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta beberapa waktu lalu.

istimewa

Kenangan akan Habibie

Presiden Indonesia Joko Widodo menyempatkan diri melayat jenazah Habibie di RSPAD Gatot Soebroto ditemani Ibu Negara Iriana dan putra pertamanya, Gibran Rakabuming Raka.

“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Perkenankan saya atas nama seluruh rakyat Indonesia dan pemerintah menyampaikan duka yang mendalam, menyampaikan belasungkawa, atas berpulangnya ke Rahmatullah, Bapak Prof. B.J. Habibie, tadi jam 18.05 WIB di RSPAD Gatot Soebroto,” kata Jokowi.

Presiden Jokowi melayat jenazah B.J.Habibie di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.
Presiden Jokowi melayat jenazah B.J.Habibie di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.

Kris – Biro Pers Sekretariat Presiden

Sang Presiden mengenang almarhum pendahulunya sebagai sosok yang sangat peduli terhadap bangsa.

“Setiap persoalan-persoalan yang ada di negara kita, baik yang berkaitan dengan persoalan ekonomi atau persoalan kebangsaan, beliau selalu langsung menyampaikan solusinya, jalan keluarnya. Kadang sering beliau datang ke Istana ataupun saya yang datang ke rumah Pak B.J. Habibie. Saya kira beliau adalah seorang negarawan yang patut kita jadikan contoh dan suri teladan dalam berkehidupan,” sebut Jokowi usai melayat

Sebelum wafat, B.J. Habibie dirawat di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta sejak 1 September 2019 lalu karena kondisi kesehatannya yang menurun.

Dalam keterangan persnya, anak bungsu almarhum, Thareq Kemal Habibie mengatakan ayahnya meninggal dunia karena faktor usia yang sudah lanjut dan memicu kegagalan fungsi organ tubuhnya.

“Alasan kenapa meninggal adalah karena sudah menua dan memakan usia. Kemarin saya katakan bahwa gagal jantung yang mengakibatkan penurunan itu, kalau memang organ-organ itu degenerasi melemah, menjadi tidak kuat lagi,” jelas Thareq.

Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Pratikno, mengatakan pemerintah menetapkan hari berkabung nasional atas meninggalnya mantan Presiden Habibie.

Masyarakat Indonesia di dalam dan di luar negeri diimbau mengibarkan bendera setengah tiang selama 3 hari.

“Kita akan menetapkan berkabung nasional selama tiga hari, jadi nanti sampai 14 September, kami imbau masyarakat dan kantor lembaga negara, lembaga pemerintah dalam dan luar negeri mengibarkan bendera setengah tiang,” ujarnya.

Jenazah BJ Habibie akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, di samping makam isterinya, Hasri Ainun Besari.

Simak informasi terkait komunitas Indonesia di Australia lainnya hanya di ABC Indonesia dan bergabunglah dengan komunitas kami di Facebook.