ABC

NSW Kaji Hukum Mengenai Persetujuan Dalam Kasus Seksual

Di Australia pemerintah negara bagian New South Wales telah meminta Komisi Reformasi Hukum untuk mengkaji masalah aturan persetujuan dalam kasus seksual menyusul penyelidikan yang dilakukan oleh program Four Corners ABC.

Luke Lazarus seorang pemuda Sydney dinyatakan tidak bersalah atas tindakan penyerangan seksual, meskipun dalam persidangan terpisah, juri dan dua hakim mengatakan korbannya Saxon Mullins yang berusia 18 tahun tidak memberi persetujuan melakukan hubungan seksual di sebuah lorong di belakang klub malam milik ayah Lazarus di Kings Cross di tahun 2013.

Saat itu, Mullins yang masih perawan mengunjungi kawasan kehidupan malam yang terkenal di Sydney tersebut bersama seorang temannya.

Mullins untuk pertama kalinya berbicara terbuka mengenai kasus yang dialaminya, dan menuturkan keapda Four Corners dengan harapan adanya diskusi luas di Australia mengenai apa yang dianggap sebagai persetujuan.

Dalam hukum di Australia yang berbeda-beda antar negara bagian dalam kasus pemerkosaan atau kasus penyerangan seksual lain, masalah apakah kedua belah pihak setuju untuk melakukan hubungan menjadi penting.

Juga yang menjadi pembicaraan adalah bagaimana bentuk persetujuan yang dianggap sebagai hal yang tidak melanggar hukum.

“Tidak seorang pun bermimpi ketika keluar malam pertama kali akan berakhir di sebuah lorong gelap dengan seseorang yang namanya pun dia tidak ingat lagi. Tidak seorang pun ingin hal tersebut terjadi.’ kata Mullins kepada Four Corners.

Pada persidangan pertama, Lazarus dinyatakan bersalah dan dihukum lima tahun penjara, namun hakim kemudian membalikkan keputusan di sidang banding.

Dalam sidang banding kedua di tahun 2017, Pengadilan Banding Kriminal mengatakan bahwa hakim di pengadilan banding membuat keputusan salah.

Namun pengadilan memutuskan tidak melakukan persidangan baru lagi karena akan menjadi hal tidak adil bagi Lazarus menjalani sidang ketiga.

Cerita Mullins dan bagaimana apa yang terjadi padanya berasal dari masalah soal apa yang dimaksudkan sebagai persetujuan sekarang membuat Jaksa Agung NSW Mark Speakman sekarang mengajukan masalah tersebut ke Komisi Reformasi Hukum.

“[Saxon Mullins has] telah dipermalukan di usia 18, dia harus menceritakan pengalaman traumatis di depan pengadilan, dia harus menghadiri dua persidangan, dua banding, dan masih belum ada keputusan akhir.’ kata Speakman.

“Dari sudut pandang ini, seluruh proses ini, saya bayangkan, menjadi sebuah kekecewaan besar.”

“Apa yang ditunjukkan oleh program ini adalah pertanyaan apakah hukum kita di New South Wales cukup jelas, cukup adil.”

“Itulah sebabnya saya meminta Komisi Reformasi Hukum unutk melihat masalah persetujuan ini dalam kasus persidangan penyerangan seksual.”

Speakman ingin agar komisi melihat hukum terbaik mengenai masalah ini di Australia ataupun di bagian dunia lain.

“Dan yang penting juga melakukan konsultasi dengan semua pihak dan khususnya dengan mereka yang mengalami langsung.”

Jangan membuat asumsi

Menurut Menteri Pencegahan KDRT dan Penyerangan Seksual NSW, Pru Goward, pesan dari penyelidikan yang dilakukan program Four Corners ABC adalah bahwa dalam hubungan seksual harus ada kejelasan mengenai kesepakatan untuk melakukan hubungan seksual.

"Kalau permintaan tidak dijawab dengan kata ya yang bersemangat, itu artinya ‘tidak’." katanya.

“Saya kira inilah arah yang harus dibuat oleh aturan hukum di NSW, dan itu sudah terjadi di Tasmania, dan saya berharap Komisi Reformasi Hukum akan berpikiran sama.”

Goward mengatakan tidaklah cukup bahwa seseorang berasumsi bahwa ketika partner seksual tidak mengatakan ‘Tidak’ itu berarti “ya”.

“Jadi pendidikan harus ditekankan kepada anak-anak muda untuk tidak membuat asumsi mengenai apa yang ada di benak orang lain dari apa yang tampak dari tindakan mereka.” kata Goward.

Mullins dan Luke Lazarus bertemu di lantai disco di klub malam Soho dan Mullins mengatakan beberapa menit kemudian Lazarus mengajaknya ke ‘daerah VIP’ namun kemudian malah ditarik keluar ke lorong yang gelap di belakang klub tersebut.

Luke Lazarus
Luke Lazarus mengatakan hubungan mereka dilakukan karena ada persetujuan dari Mullins.

Mullins mengatakan Lazarus meminta dia untuk berlutut dan kemudian terjadi hubungan seks anal.

“Yang terjadi bukan rayuan, tapi desakan. Dari seseorang yang tidak pernah saya temui sebelumnya. Di lorong gelap, sendirian dan saya ketakutan.” katanya.

Dalam sidang pertama, Lazarus mengatakan dia tidak mengeluarkan kata-kata kotor atau menaikkan suaranya ke arah Mullins dan merasa bahwa Mullins setuju mereka melakukan hal tersebut.

Dalam pengadilan kedua, Hakim Robyn Tupman memutuskan bahwa Lazarus tidak memiliki alasan cukup untuk percaya bahwa Mullins tidak setuju, sementara Mullins merasa bahwa dia tidak memberi persetujuan.

“Apaka Mullins setujua atau tidak adalah satu masalah. Apakah Mullins tahu bahwa dia tidak setuju adalah masalah lain.” kata Hakim.

Mullins mengatakan keputusan Jaksa Agung untuk merujuk masalah ini ke Komisi Reformasi Hukum membuatnya ‘merasa bahwa apa yang dilakukannya sudah tepat. Ini bukan tindakan sia-sia.”

“Mungkin orang lain tidak harus menghabiskan waktu lima tahun untuk berjuang tanpa hasil,” katanya.

Jaksa Agung NSW Mark Speakman memuji keputusan Mullins untuk berbicara terbuka mengenai apa yang dialaminya.

“Keberanian perempuan muda ini untuk muncul dan berbagi ceritanya harus dipuji. Penundaan dan ketidakjelasan atas masalah ini adalah hal yang tidak bisa diterima.” katanya.

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini