Nonton Pornhub Pakai VPN di Indonesia: Mengapa Pendidikan Seks Masih Kurang?
Sejak pandemi virus corona, akses ke salah satu situs porno di dunia, yakni ‘Pornhub’ telah meningkat, menurut laporan yang dirilis oleh Pornhub, Maret lalu.
Secara global, akses ke situs pornhub sempat meningkat hingga di atas 24 persen pada 25 Maret lalu, sejak situs video pornografi tersebut memberikan akses gratis untuk layanan premium mereka.
Peningkatan tertinggi terjadi di negara India dengan mencapai 95 persen, Spanyol sebanyak 61 persen, disusul Italia, yang mencapai 57 persen.
Data tersebut tidak mencakup Indonesia, namun salah satu warga di Jakarta mengaku masih mengakses Pornhub hampir setiap hari dengan menggunakan ‘Virtual Private Network’, atau VPN.
Edy, bukan nama sebenarnya, mengaku ia juga menjadi lebih sering mengakses situs tersebut saat anjuran diam di rumah diberlakukan.
“Selain itu, VPN juga mudah diakses sekarang,” kata Edy yang mengaku sekarang sedang bekerja dari rumah.
Padahal Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate, pernah mengajukan permohonan agar situs Pornhub memblokir pengguna VPN dari Indonesia.
Situs Pornhub sendiri sudah diblokir Pemerintah Indonesia sejak tahun 2017, karena dianggap mengandung konten yang melanggar kesusilaan yang diatur dalam Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
Menurut Edi, pemblokiran tersebut sia-sia, karena situs porno masih bisa diakses oleh VPN, seperti yang ia lakukan.
Pemblokiran situs porno juga dianggap tidak tepat oleh Zoya Amirin, seorang seksolog klinis di Indonesia.
Menurutnya, seharusnya pemerintah memberikan penjelasan yang jelas mengapa konten pornografi sebaiknya tidak dikonsumsi, karena pengetahuan soal seks sebenarnya bisa dilakukan dengan benar.
Bukan cuma sekedar seks
Sebuah organisasi non-profit, Internet Matters, pernah melakukan studi yang menemukan anak-anak remaja, dengan paling muda 11 tahun, menggunakan medium pornografi untuk mempelajari seksualitas mereka.
Secara global, para pakar seks mengatakan konsumsi pornografi disebabkan karena kurangnya pendidikan soal hubungan seks yang membahas banyak hal, seperti perlu disetujui kedua pasangan, bukan pemerkosaan, kenikmatan, dan masturbasi, privasi, identitas, serta hubungan pasangan yang harus dihormati
Menurut Zoya kesempatan untuk mengajarkan pendidikan seks kepada individu dengan usia biologis yang sudah sejalan dengan perkembangan psikoseksualnya juga masih sempit di Indonesia.
Hal ini berdasarkan pengalaman pribadi, saat ia beberapa kali dilarang untuk tampil di televisi Indonesia karena dianggap membicarakan hal yang “terlalu vulgar”.
“Saya tidak boleh ngomong vagina, tidak boleh ngomong penis, padahal sex education seharusnya diajarkan one on one kepada anak umur tiga dan lima tahun yang harus bisa ngomong penis dan vagina biasa saja.”
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pendidikan seks adalah salah satu di antara beberapa cara mencegah kematian akibat aborsi tidak aman, atau aborsi ilegal, yang juga terjadi di Indonesia.
“Angka aborsi [di Indonesia] masih tidak bisa ditekan, [akibat] masih banyak orang yang meskipun tahu, ketika melakukan hubungan seks tidak mau pakai kondom, karena salah satu pasangannya merasa tidak enak pakai kondom,” kata Zoya.
Contoh lainnya adalah penggunaan postinor, yang menurut Zoya adalah ‘kontrasepsi gawat darurat’, biasanya diberikan kepada mereka yang diperkosa agar tidak hamil. Padahal pemberian ini bisa mengacaukan hormon mereka.
Karena sempitnya kesempatan untuk mengajarkan pendidikan seks tersebut, Zoya akhirnya memanfaatkan platform jejaring sosial, khususnya Youtube dan Instagram miliknya, untuk mengajarkan pendidikan seks.
Walau demikian, ia tetap saja masih mengalami beberapa hambatan ketika memberikan pendidikan seks di akun yang memiliki 131 ribu ‘subscribers’ tersebut.
“Saya membuat Youtube pun tidak diperbolehkan untuk ada iklan, karena banyak video yang terlalu vulgar isinya. Bayangkan saja, Youtube Indonesia menegur seperti itu.”
Tidak mempromosikan ‘free sex’
Salah satu inisiatif untuk mengajarkan pendidikan seks bagi anak-anak muda datang dari Christopher Cornelius dan Kelvianto Rei, dua pria berusia 23 tahun di balik akun ‘Jakarta Uncensored’ di Youtube.
Dalam waktu empat bulan, kanal yang dibuat untuk mencerminkan realita pergaulan remaja di Jakarta tersebut, sudah mendapatkan 56 ribu ‘subscribers’ dengan penonton yang kebanyakan di antaranya berusia 23-30 tahun.
Christopher, akrab disapa Cepi, mengatakan pada awalnya terdapat keraguan dalam dirinya dan Kelvin untuk menjalankan kanal YouTube tersebut.
“Sebenarnya sudah lama mau membuat channel ini, tapi kami masih agak takut dengan komentar negatif. Karena segmen ini masih dibilang tabu di kalangan Indonesia,” kata Cepi kepada Natasya Salim dari ABC News.
Namun, karena memiliki keprihatinan tentang beberapa remaja yang terpaksa harus menutup-nutupi aktivitas seksual mereka, keduanya memutuskan untuk membuat kanal tersebut.
“Alasannya berasal dari kekhawatiran kita, misalnya ada pasangan berhubungan seksual yang menutup-nutupi, padahal sudah jadi rahasia umum dan nanti akhirnya malah di-judge [dihakimi].”
Untuk menyasar pasar anak muda, kanal YouTuber tersebut menggunakan bahasa yang santai.
Melalui kanal ini, mereka sudah membahas topik seputar kehidupan seksual para remaja di Jakarta, tren media sosial di tengah anak muda, serta topik-topik terkait anak muda lainnya, seperti masalah ras yang masih jadi pertimbangan saat memilih pasangan.
Reaksi yang diterima Cepi dan Kelvin dari acara mereka di YouTube beragam.
Mulai dari pujian dari penonton yang menghargai pentingnya pendidikan seks hingga komentar negatif dari generasi yang lebih tua berkaitan dengan agama.
Namun, Cepi yang berpendirian untuk tidak melakukan seks sebelum nikah, mengatakan akan terus melanjutkan kanal tersebut dan tidak takut jika malah dianggap mempromosikan seks bebas.
“Kami hanya menyorot realita yang terjadi. Justru makin ditutupi masalah ini tidak akan selesai. Dan kami yakin bahwa makin lama, netizen sudah semakin pintar dan mengerti maksud konten kami,” katanya.
“Karena kebanyakan sudah menangkap maksud kami, bagaimana mau menyebarkan pesan free sex? Host-nya, Cepi, saja masih virgin [perjaka].”
Jangan sampai kecanduan pornografi
Apakah pengetahuan seks di kalangan anak-anak muda diberikan dengan cara yang benar dan lebih terbuka bisa mengurangi konsumsi pornografi?
Yang jelas pornografi bisa menimbulkan masalah lain, yakni kecanduan dan mempengaruhi perilaku seseorang di masa depan, seperti yang dijelaskan Zoya.
Ia mencontohkan, ketika seorang laki-laki yang menikmati pornografi, maka ia menikmati sesuatu yang tidak ada jerih payahnya.
“Itu akan membuat dia ‘less masculine’ [kurang jantan], sehingga dia tidak akan asik ketika mengejar perempuan, tidak akan jadi suami yang ideal dan juga tidak menjadi orang yang kerjanya produktif.”
Sementara melihat inisiatif mengajarkan pendidikan seks yang muncul di kalangan anak muda, seperti yang dilakukan oleh Cepi dan Kelvin, Zoya merasa sangat bersyukur.
“Saya bersyukur ada orang yang berani memberikan realita supaya mata orang-orang terbuka. Kalau misalnya ada banyak anak muda yang berpikiran terbuka mencari wawasan tentang seks kualitas sehat selama informasinya kredibel … ya tidak apa-apa,” kata dia.
“Agar semakin ramai yang teredukasi dan saya tidak merasa berjuang sendiri-sendiri.”
Pentingnya pendidikan seks dijunjung tinggi oleh Zoya yang mengatakan bahwa ilmu tersebut berpengaruh terhadap pengambilan keputusan secara menyeluruh dalam hidup manusia.
“Pendidikan seks itu harus memberikan wawasan pengetahuan individu mengenai informasi dan bagaimana dia dapat mengedukasi dirinya sehingga punya keputusan yang bijak terhadap seksualitasnya, sesuai dengan perkembangan psikoseksual dan usia biologis.”
Simak berita lainnya di ABC Indonesia