ABC

Nominator Oscar Buat Dokumenter Soal Papua Barat Agar Dunia Tak ‘Tutup Mata’

Mengangkat peristiwa yang mengubah nasib Papua di tahun 1969, David Bradbury membuat film dokumenter berjudul ‘Act of No Choice’.

David adalah pembuat film dokumenter asal Australia yang dua karyanya pernah dinominasikan oleh Academy Award, yakni ‘Front Line’ dan ‘Chile: Hasta Cuando?’, sebagai dokumenter terbaik, masing-masing di tahun 1981 dan tahun 1987.

Kali ini David mengangkat permasalahan di Papua Barat berdasarkan wawancaranya dengan Hugh Lunn, jurnalis asal Australia yang sudah meraih sejumlah penghargaan bergengsi di bidang jurnalistik di Australia, termasuk Walkley Award di tahun 70-an.

Di tahun 1969, Hugh membuat laporan soal Penentuan Pendapat Rakyat, atau Pepera, untuk menentukan nasib Papua yang melibatkan Belanda dan Indonesia.

Penentuan status Papua Barat, yang saat itu bernama Irian Barat antara kedua negara memang sudah menjadi masalah sejak Konferensi Meja Bundar di tahun 1949.

Baru di rezim Presiden Suharto yang dimulai di tahun 12 Maret 1967, pemerintah Indonesia mengambil sikap.

Sejarah mencatat Indonesia meneyujui diadakannya referendum untuk menentukan apakah Papua Barat saat bersedia bergabung dengan Republik Indonesia atau merdeka.

Dilaporkan pihak militer Indonesia menyeleksi lebih dari seribu warga Papua agar mereka memilih bergabung dengan Indonesia.

Meski hasil Pepera kemudian diakui oleh badan PBB, keabsahan hasilnya masih dipertanyakan banyak pihak hingga saat ini, terutama oleh para aktivis yang masih merasa Papua dan Papua Barat harus memisahkan diri dari NKRI.

Tak hanya itu, mereka juga masih menuntut agar Indonesia segera menggelar referendum baru yang melibatkan lebih banyak warga Papua untuk menentukan nasibnya sendiri.

Tonton wawancara David Bradbury lewat video berikut ini.

David mengatakan lewat filmnya, ia ingin agar penonton melihat soal ketidakadilan dan buruknya kemanusiaan di Papua Barat.

“Saya ingin dunia melihat 50 tahun setelah warga Papua dikhianati, bagimana situasi disana, dan memberikan kesepakatan yang lebih adil dan referendum yang tulus untuk mereka sekarang,” kata David kepada program ABC TV, ‘The World’.

David yang juga pernah menjadi wartawan ABC Radio mengatakan warga Australia saat ini kurang memahami soal apa yang terjadi di Indonesia, khususnya Papua Barat.

“Media kurang melakukan tugasnya juga secara politik terbagi di kalangan politisi,” katanya yang merasa pemerintah Australia “tidak melakukan apa-apa” berkaitan soal Papua.

Tapi ia percaya masih ada harapan dan aspirasi dari warga Papua Barat untuk terus berupaya mengubah nasibnya sendiri.

David berharap lewat filmnya, warga Australia akan menekan para politisi Australia untuk bisa melakukan sesuatu untuk masa depan Papua Barat.

Simak berita-berita terkini lainnya dari Australia hanya di ABC Indonesia.