Neo Nazi Coba Pengaruhi Plebisit Pernikahan Gay di Australia
Sebuah kelompok kulit putih Australia, yang anggotanya bersumpah setia kepada Adolf Hitler saat mengikuti perkemahan radikalisasi, menyebarkan stiker dan poster propaganda di Melbourne. Tujuannya untuk mempengaruhi plebisit nasional mengenai pernikahan sesama jenis.
Kegiatan kelompok bernama Antipodean Resistance sejauh ini terbatas pada vandalisme yang terinspirasi oleh Nazi, namun para ahli terorisme memperingatkan adanya potensi kekerasan dari kelompok ini.
Bahkan ada seruan agar kelompok yang aktif merekrut anggota ini dilarang dan dinyatakan sebagai organisasi teroris.
Antipodean Resistance menarik perhatian pihak berwajib melalui upayanya mempengaruhi perdebatan seputar pernikahan sesama jenis. Poster kelompok ini mengaitkan pernikahan gay dengan pedofilia.
ABC mendapat konfirmasi bahwa poster homofobia telah tersebar namun telah dicabut sampai hari Minggu (3/9/2017) dari sejumlah lokasi di Melbourne termasuk kantor Partai Buruh Victoria, taman Birrarung Marr, Little Lonsdale Street, Universitas RMIT dan Gereja St Michael.
Poster anti-Semit dan stiker lambang swastika yang terkait dengan kelompok tersebut terlihat pula di Universitas Queensland, Universitas Sydney, Victoria Trades Hall Council, Melbourne Grammar School dan pusat perbelanjaan Southland di Melbourne.
Kelompok ini juga mengaku bertanggung jawab atas poster berbahasa China di Universitas Melbourne yang mengancam mendeportasi mahasiswa asal Asia.
Seorang anggota yang tidak mau disebutkan namanya kepada ABC menjawab melalui email:
“Kami memiliki cabang di kebanyakan kota besar di Australia. Dan meski kami tidak membahas jumlah, kami yakin kami memiliki lebih banyak anggota baru daripada yang Anda perkirakan.”
Sampai saat ini, kegiatan Antipodean Resistance terbatas pada vandalisme, namun foto-foto kelompok radikalisasi kelompok tersebut di sebuah hutan di Victoria muncul di media sosial.
“Semua peserta yang ikut kami telah mengalami radikalisasi,” kata anggota tersebut seraya menambahkan bahwa kelompok tersebut berusaha lebih meradikalisasi lagi.
“Saat ini kami sangat selektif dalam proses rekrutmen kami,” katanya.
“Kami hanya mengejar kaum Sosialis Nasional paling radikal, berdedikasi dan fanatik di Australia. Ke depannya kami berusaha beralih ke platform yang lebih umum,” jelasnya.
“Ketika ditanya apakah kelompok ini akan melakukan kekerasan untuk menyebarkan tujuannya, anggota tersebut mengatakan: “Tidak ada komentar.”
Neo-Nazi diberi latihan tempur
Menurut kelompok ini, cabang-cabang mereka telah mengadakan perkemahan radikalisasi di kawasan Dandenong Ranges di Victoria, dan dekat gunung Mount Beerburrum di Sunshine Coast, Queensland.
Foto-foto yang menunjukkan anak-anak muda berkelompok di sekitar bendera swastika biru dan putih menampilkan salam Nazi, sementara wajah mereka tersembunyi animasi tengkorak dengan sebuah topi.
“Bendera ini bukan hanya mewakili pandangan dunia kami, atau tujuan kita,” kata kelompok tersebut di situsnya. “Ini juga mewakili transisi kami ke aktivisme yang lebih terbuka.”
Selain latihan tempur, termasuk bela diri, anggota kelompok ini juga mempraktikkan kemampuan bertahan hidup mereka.
Kelompok ini tampaknya terbentuk akhir tahun lalu dan memiliki cabang di New South Wales, Tasmania, Queensland dan Western Australia.
Anggota kelompok ini juga melakukan ekspedisi di kota-kota besar, di mana mereka memasang poster dan stiker swastika dan retorika Nazi.
“Selain tentu saja kami akan terus menempelkan stiker dan poster di tempat-tempat menarik, kami akan segera beralih ke hal-hal lain,” kata kelompok tersebut di situsnya.
Kini mereka melakukan mobilisasi menentang pernikahan sesama jenis. Sebelumnya mereka menarget sekolah dan universitas dengan populasi pelajara Asia yang tinggi.
Ahli terorisme Universitas Nasional Australia Clarke Jones kepada ABC menjelaskan perlunya lebih fokus pada bangkitnya gerakan kelompok kanan saat ini.
“Anda melihat potensi hal semacam ini meningkat dengan cepat, dan bisa berakhir dengan hilangnya nyawa atau cedera serius,” kata Dr Jones.
“Jika mereka telah melewati pelatihan dan membangun mentalitas konflik dan mampu membawa senjata atau senjata api, serta bisa menggunakan bela diri, maka hanya butuh sesuatu untuk memicu tindakan kekerasan,” jelasnya.
“Kita melihat politisi tidak terlalu keras terhadap sayap kanan dalam masyarakat dan hal itu seperti melegitimasi anak muda untuk berpikir, ‘Nah jika Parlemen atau Pemerintah tidak memperhatikan hal ini, berarti sudah tepat apa yang saya lakukan’,” tambahnya.
Hanya butuh satu orang
Anggota DPR Australia dari Partai Buruh Anne Aly yang bekerja untuk kontra-terorisme dan deradikalisasi sebelum terpilih, mengatakan keberadaan kelompok-kelompok seperti Antipodean Resistance tidaklah mengejutkan.
“Kelompok-kelompok ini berkembang dan mereka semakin berani dan lebih terorganisir mengenai apa yang mereka lihat sebagai perang, perang ras,” katanya.
“Mereka merasa bahwa ras kulit putih terancam. Mereka merasa bahwa satu-satunya cara melindungi ras mereka adalah melalui kekerasan. Mereka hanya perlu cukup orang untuk percaya hal itu,” ujarnya.
“Agar serangan teroris berhasil, hanya diperlukan satu orang,” tambah Dr Aly.
Dr Aly mengatakan bahwa kelompok tersebut menjadi semakin berani, secara terbuka memposting detail perkemahan radikalisasi dan proses keanggotaannya di websitenya.
Dia mengatakan meskipun memasang poster adalah “terbilang rendah”, namun tetap merupakan ancaman.
“Mereka akan meradikalisasi lebih banyak anak muda,” kata Dr Aly.
“Mereka secara terbuka diizinkan beroperasi. Mereka secara terbuka diizinkan melakukan propaganda dan menyebarkan kebencian semacam ini. Hal itu karena tidak ada yang menghentikan mereka,” katanya.
“Sementara kita begitu fokus pada ancaman jihad, kita alpa dengan ancaman nyata lainnya,” tambah Dr Aly.
Menurut website kelompok tersebut, keanggotaannya terbatas pada pria kulit putih berusia belasan atau dua puluhan yang “dapat menanggung risiko” demi keyakinan mereka.
Pria kulit putih yang gay atau dalam hubungan dengan orang bukan kulit putih tidak bisa bergabung.
Mereka yang mendaftar menggunakan nama samaran agar tetap anonim.
Pengalaman mantan Neo-Nazi
Mantan anggota neo-Nazi telah berupaya menjangkau anak muda yang menjadi anggota Antipodean Resistance.
Salah satunya adalah Robert Örell, mantan anggota kelompok kulit Swedia yang kejam. Saat ini dia mengelola Exit Sweden, yang membantu neo-Nazi meninggalkan gerakan tersebut.
“Mereka melihat standar ganda dalam gerakan tersebut. Mereka bosan dengan gaya hidup dan mereka juga muak dengan pola pikir kebencian,” kata Orell.
“Dulu jelas bahwa saat kita mulai, orang mengira kita tidak akan bisa meninggalkan kelompok ini. Kita tidak akan bisa mengubah pola pikir… Namun sekarang persepsi itu telah berubah,” paparnya.
“Seringkali sangat sulit dan butuh waktu, namun jelas mungkin untuk keluar,” kata Orell.
Dr Aly menambahkan bahwa Pemerintah Australia harus melakukan intervensi dan melarang kelompok Antipodean Resistance.
“Perlu ada pernyataan bahwa bentuk radikalisasi ini sama berbahayanya dengan bentuk radikalisasi lainnya,” katanya.
“Saya ingin melihat kelompok ini dilarang … sebagai organisasi teroris dan kekerasan,” tambahnya.
“Ini bentuk kekerasan dan kebencian. Ini bukan tentang menyatakan pendapat atau berpartisipasi dalam perdebatan sipil. Ini menyangkut membunuh orang,” ujar Dr Aly.
Anggota kelompok ini yang mengemail ABC membantah kelompoknya sebagai teroris.
“Konyol jika membandingkan keterlibatan dalam peningkatan diri dan mempromosikan pandangan dunia yang sehat dengan menabrak anak-anak di Nice atau pemboman sebuah bandara di Brussels,” katanya.
“Kaum muda di negara ini kecewa dengan sistem saat ini dan mencari solusi. Dengan lemahnya pendekatan lainnya, wajar bila kekuatan fanatisme dan tindakan kami mampu menarik mereka,” jelasnya.
ABC menghubungi Kepolisian Federal Australia (AFP), namun mereka tidak berkomentar mengenai kelompok tertentu.
“Polisi khawatir mengenai jika pandangan ekstremis menjadi tindakan yang ilegal. Menggunakan kekerasan untuk memaksakan pandangan Anda terhadap orang lain adalah ilegal dan tidak dapat diterima dalam demokrasi,” katanya pernyataan AFP.
“AFP menganggap serius semua kelompok ekstremis, menarget kriminalitas terlepas dari latar belakang pelaku,” tambahnya.
Kepolisian Victoria mengatakan melakukan pemantauan pada kelompok-kelompok yang dapat menimbulkan ancaman publik dan “diperlengkapi secara baik untuk melakukan intervensi”.
“Kami menghormati hak masyarakat mengekspresikan pandangan mereka secara damai dan sah. Namun, mendesakkan kekerasan dan kebencian bukanlah bentuk kebebasan berpendapat yang masyarakat atau Kepolisian Victoria akan tolerir,” kata juru bicara polisi.
Jaksa Agung Australia George Brandis telah dihubungi untuk memberikan komentar.
Diterbitkan Selasa 5 September 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC Australia di sini.