ABC

‘Musim Sampah’ di Bali, Turis dan Pekerja Hotel Bekerja Sama

‘Musim sampah’ di Bali terjadi setiap tahunan saat sampah-sampah memenuhi pantai-pantai di Pulau Dewata.

Sejak bulan Desember hingga Maret, ribuan ton sampah plastik tersapu hingga ke pusat keramaian turis, mencemari pasir, dan membuat berenang tak lagi menarik.

Tonton videonya melalui link berikut ini.

Pemandangan yang mengejutkan berdampak nyata pada pariwisata. Tanggapannya saat ini adalah mencoba membersihkannya sebelum pengunjung mulai berdatangan ke pantai setiap pagi.

“Ini sangat mengganggu bagi para pekerja dan tentu saja bagi para turis,” kata Wayan Suadiana, dari asosiasi pekerja di Hotel Legian.

"Yang jadi masalah adalah dari mana sampah-sampah ini berasal."

Pekerja hotel di pantai Kuta sedang bersih-bersih dan relawan memungut sampah.
Pekerja hotel di pantai Kuta sedang bersih-bersih dan relawan memungut sampah.

ABC News: Phil Hemingway

Asosiasi tersebut mengirimkan satu tim yang terdiri dari sekitar 100 pekerja hotel ke pantai sesaat setelah matahari terbit.

Mereka bergabung dengan ribuan relawan yang dikerahkan di pantai sepanjang 20 kilometer untuk mencoba membersihkan sampah-sampah yang sudah mengotori pantai-pantai semalaman.

“Saya sudah berada di sini selama 10 tahun,” kata Kino, salah satu warga. “Tapi setiap bulan Januari, Februari dan Maret, semakin parah.”

Para relawan saling membantu memunggut sampah-sampah di pantai
Para relawan saling membantu memunggut sampah-sampah di pantai

“Ini menjijikan,” kata Daniella Paea, turis asal Melbourne, Australia.

"Kita baru sampai tadi malam dan benar-benar terkejut dengan sampah di pantai."

“Saya tidak akan membawa anak-anak saya ke sini untuk berenang di pantai,” kata Samantha Macri, turis lain yang juga dari Melbourne.

“Dan mereka ingin datang ke pantai karena masih muda, yang mereka mau hanyalah berselancar dan bermain ombak.”

Warga yang tinggal di sekitar pantai mengatakan keberadaan sampah makin buruk setiap tahunnya.
Warga yang tinggal di sekitar pantai mengatakan keberadaan sampah makin buruk setiap tahunnya.

ABC News: Phil Hemingway

Beberapa sampah plastik berasal dari Bali tapi banyak juga berasal dari pulau lain di Indonesia, seperti Jawa dan Sumatera.

Dari bulan Desember sampai Maret angin musiman dan hujan deras mendorong sampah ke arah barat daya perairan Bali, yang menghadap pantai-pantai wisata seperti Kuta, Legian, Seminyak, dan Canggu.

Salah satu relawan yang membersihkan pantai Kuta adalah Edi Karyadi, penjual es krim.

Edi Karyadi, salah satu warga yang ikut menjadi relawan membersihkan pantai.
Edi Karyadi, salah satu warga yang ikut menjadi relawan membersihkan pantai.

ABC News: Phil Hemingway

“Ini terjadi secara alami saat angin barat bertiup,” kata Edi.

“Sungai-sungai di Bali membawa sampah, tapi beberapa di antaranya datang jauh-jauh dari Jawa.”

Indonesia adalah salah satu kontributor polusi plastik di lautan terburuk di dunia. Menurut penelitian yang diterbitkan jurnal Nature Communications diperkirakan ada 200.000 ton sampah plastik di laut, jumlah ini 16 persen dari total global.

Empat sungai yang berada di Jawa masuk dalam daftar 20 perairan yang tercemar sampah plastik dunia.

Menggunakan plastik sekali pakai adalah hal yang biasa di Indonesia. Pekan lalu, kebanyakan sampah-sampah yang ditemukan di pantai Bali adalah gelas plastik dan bungkus kemasan makanan.

Proses daur ulang di Indonesia tidak teratur, karena tempat sampah yang tersedia sedikit dan hampir tidak ada pemisahan.

Skema untuk melarang kantong platik di toko-toko sepertinya juga kurang berhasil sesaat setelah diterapkan.

Ketut Martaadi di Eco Bali, pusat daur ulang di Canggu.
Ketut Martaadi di Eco Bali, pusat daur ulang di Canggu.

ABC News: Phil Hemingway

Proses daur ulang diberikan untuk dijalankan beberapa perusahaan swasta, seperti Eco Bali yang berada di Canggu.

Perusahaan membebankan biaya kepada konsumen untuk memilah sampah, yang kemudian dikirim melalui truk dari Bali ke pusat daur ulang terdekat di pulau Jawa.

“Kurangnya kesadaran dan infrastruktur, seperti tempat sampah dan transportasi,” kata Ketut Martaadi dari Eco Bali.

"Masalah terbesarnya adalah ketergantungan yang terlalu tinggi pada plastik."

Simak beritanya dalam bahasa Inggris melalui laporan berikut ini.