ABC

Musik Kolintang Indonesia Memukau Warga di Melbourne

Sekitar 1000 penonton dalam dua pertunjukkan di St Kilda Town Hall Melbourne hari Minggu (25/6/2017) dihibur dengan penampilan grup kolintang dari gereja St Jakobus Jakarta, yang hadir membawakan berbagai lagu baik tradisional, klasik, pop dan modern untuk mengumpulkan dana.

Banyak pujian dilontarkan dari penonton yang memadati gedung kota praja St Kilda karena penampilan kelompok kolintang yang pernah menjadi juara dalam kompetisi kolintang nasional di Indonesia tersebut.

Setelah tampil di Melbourne, rombongan kolintang tersebut akan tampil di ibukota Australia Canberra hari Jumat (30/6) dan Sydney hari Minggu (2/7).

Kehadiran mereka di Melbourne adalah dalam rangka pengumpulan dana bagi pembangunan gereja Katolik bagi Ordo MGL (Missionaries of God’s Love) di Flores.

Adalah inisiatif dari Pastor David Lemewu, seorang pastor asal Indonesia yang baru saja ditahbiskan di Melbourne untuk mendatangkan kelompok kolintang tersebut guna tampil di Australia.

“Tahun lalu, saya kembali ke paroki saya di Indonesia yaitu paroki Kelapa Gading di Jakarta dan saya melihat penampilan kelompok kolintang ini, dan kemudian kami bekerja sama bagi malam pengumpulan dana ini.” kata David Lemewu, yang juga tampil dalam acara semalam membawakan beberapa lagu.

Selama dua jam, kelompok kolintang ini membawakan kombinasi berbagai lagu diantaranya lagu asal Indonesia seperti Bengawan Solo, Rek Ayo Rek, Keroncong Kemayoran.

Selain juga mereka membawakan beberapa lagu yang pernah sangat populer di dunia dari kelompok Queen, We are the Chamipion dan Bohemian Rhapsody, dengan aransemen yang memukau.

Mereka juga membawakan lagu klasik seperti Turkish March, dan seesuai dengan tema keagamaan, mereka juga membawakan lagu-lagu rohani termasuk lagu rohani klassik seperti Amazing Grace.

Salah seorang penonton yang hadir adalah Yudo Baskoro.

“Penampilan mereka dari sisi musikalitas mantap sekali. Akurasi permainan dan dan aransemennya musik mereka bagus. Eksplorasi permainan instrumennya juga dalam.” kata Yudo kepada wartawan ABC Australia Plus Indonesia, Sastra Wijaya.

“Kadang Kolintang dipukul sampingnya atau kadang jadi semacam ketipung. Penampilan grupnya juga sudah kompak.” katanya lagi.

Inilah penampilan pertama Kolintang Paroki St Jakobus Kelapa Gading Jakarta di luar negeri
Inilah penampilan pertama Kolintang Paroki St Jakobus Kelapa Gading Jakarta di luar negeri

Foto: Sastra Wijaya

Bagian pertunjukkan paling menarik bagi Yudo Baskoro adalah kelompok kolintang ini membawakan lagu-lagu The Queen.

“Dari sisi pertunjukkan sudah lengkap. Dinamis, dengan kadang pelan, kadang keras, cepat lambat juga ada. Ekspresi dan gerak pemain dalam menghayati lagu juga sangat sinkron.” katanya lagi.

Menurut Yudo Baskoro, kelompok ini bisa menjadi promosi budaya yang hebat dari Indonesia.

“Mungkin yang bisa disarankan adalah kelompok itu lebih bagus kalau memiliki nama. Oleh pembawa acara hanya diperkenalkan sebagai grup kolintang. Jadi dari sisi branding bisa lebih baik kalau ada namanya.”

Isabell Sarah Hie dari majalah komunitas Buset di Melbourne juga ikut menonton.

"Such a magical performance! Saya senang sekali bisa bisa nonton juara kolintang Indonesia main di Melbourne, apalagi untuk acara pengumpulan dana seperti ini." katanya.

“Selain bertalenta, mereka juga punya jiwa entertainer terutama dua pemain yang di paling depan, interaksi antar mereka bikin tambah seru nontonnya.” kata Isabell.

Associate editor majalah bulanan Buset ini mengatakan bahwa dia sangat suka dengan lagu Australia Waltzing Matilda yang digunakan untuk menutup pertunjukkan.

“Saya suka semua lagu mereka tapi paling menarik buat saya adalah Waltzing Mathilda karena tribute untuk Australian tour mereka.”

“Apalagi dimainkan dengan dengan kolintang jadi sebuah kombinasi yang unik.” tambahnya.

Baik Yudo Baskoro dan Isabell Sarah Hie sama sepakat bahwa kelompok kolintang dari Paroki St Jakobus Kelapa Gading Jakarta ini akan menarik minat penonton bilapun dimainkan di luar lingkungan gereja.

“Kalau tampil untuk umum, saya rasa bisa menarik penonton lebih lagi, kemarin saja baru melibatkan komunitas Indonesia saja sudah sebanyak itu.” katanya.

Pimpinan rombongan kolintang ini, Sukandi mengatakan bahwa ini adalah perjalanan ke luar negeri pertama yang mereka lakukan sebagai kelompok kolintang.

Kelompok ini pertama kali dibentuk di tahun 1998, namun kemudian mendapat semangat baru di tahun 2010 karena hadirnya pelatih yang serius mendampingi para anggota, yang semuanya adalah perempuan.

Tahun 2016 kelompok ini menjadi juara dua nasional dalam lomba kolintang di Surabaya.