ABC

Murid yang Absen Sakit Desak Mekanisme Resmi Bantu Ketertinggalan Akademis

Anak-anak yang terpaksa meminta waktu tambahan libur dari sekolah karena sakit atau cedera tidak mendapat dukungan yang cukup untuk mengejar ketertinggalan mereka baik dibidang akademis maupun sosial. Demikian kesimpulan dari sebuah riset terbaru di Australia.

Laporan yang disusun oleh Kelompok Advokasi Missing School, menunjukan anak-anak yang tidak masuk sekolah dalam waktu lama mengalami kesulitan akademik.
 
Laporan ini memperkirakan ada sekitar 60.000 murid sekolah di Australia yang terpaksa tidak masuk sekolah secara cukup lama dari sekolah tapi tidak memiliki mekanisme yang bisa membantu anak-anak itu mengejar ketertinggalan akademiknya.
 
Pendiri organisasi Missing School, Megan Gilmour, Gina Meyers dan Cathy Nell mendesar ada kesadaran yang lebih besar dan pendekatan yang lebih kuat untuk membantu anak-anak yang tidak bisa masuk sekolah karena alasan sakit.
 
"Kita perlu memberikan anak-anak ini langkah dan upaya yang efektif membantu mereka mengejar ketertinggalan pelajaran dalam bentuk kerangka yang konsisten,"
 
"Ini bukan masalah bantuan atau berbuat baik atau sumbangan, kita ingin melihat Kementerian Pendidikan negara bagian dan sekolah melakukan tanggung jawabnya terkait masalah ini didalam agenda nasional,"
 
Laporan ini juga mencatat murid-murid ini mengalami kesulitan akademik tapi juga bisa menjadi terisolasi dari  teman-temannya di sekolah sehingga perkembangan sosialnya terganjal.
 
Seperti dialami Jo Chivers, anak laki-lakinya yang  berusia 12 tahun,  Patrick Vann menderita sakit kulit dan terpaksa tidak masuk sekolah dalam periode waktu tertentu setiap tahunnya.
 
"Masalah utama yang kami perhatikan terkait dampak tidak masuk sekolah dalam periode yang lama ini adalah nilai akademiknya, seringkali guru tidak tahu bagaimana memberikan nilai untuk anak saya," kata Chivers.
 
"Komentar standar yang selalu didapatkan anak saya di buku raport sekolahnya adalah "dia bisa mendapatkan nilai lebih baik jika saja dia lebih sering masuk sekolah,"
 
Meski selama dirawat di rumah sakit Patcrick mendapatkan tutorial dan dapat bersekolah di RS Canberra, namun tampaknya tidak ada keseragaman antara materi yang diajarkan di rumah sakit dengan tugas-tugas dari sekolahnya.
 
"Ada sejumlah guru yang benar-benar memahami dan melakukan hal sebisa mungkin untuk memastikan anak saya bisa mengejar ketertinggalannya, tapi ada banyak juga guru yang tidak mengerti dampak dari masalah ini pada anak-anak seperti Patrick, yang bukan karena keinginannya juga tidak masuk sekolah dalam waktu lama," katanya.
 
Laporan yang dilakukan oleh Aliansi Riset untuk Anak dan Remaja Australia (ARACY) ini merekomendasikan data jumlah murid yang tidak masuk sekolah dalam waktu lama karena alasan sakit dan cedera bisa jauh lebih banyak.
 
Laporan ini juga mendesak adanya kesadaran yang lebih besar mengenai kesulitan yang dihadapi murid-murid tersebut dan memformalkan kesepakatan antara penyelenggara layanan kesehatan, sekolah dan orang tua untuk memastikan adanya transisi yang lebih baik bagi pasien anak untuk belajar kembali di sekolah setelah dirawat di rumah sakit.
 
Direktur Nasional program ARACY, Penny Daikin mengatakan kekurangan data yang pasti menyulitkan penulisan laporan ini, tidak ada jumlah yang pasti dari murid yang terpaksa absen setiap tahunnya karena sakit dan juga data mengenai pengalaman mereka. Sehingga diakui banyak kesenjangan didalam laporan mereka.
 
Oleh karena itu Daikin mengatakan temuan utama dari laporan ini adalah bahwa diperlukan sistem yang pasti untuk mengintegrasikan model pembelajaran yang bisa menggabungkan waktu anak-anak selama berada di rumah, di sekolah dan di rumah sakit.
 
"Sistem kita perlu diubah dan beradaptasi dalam merespon kebutuhan anak-anak," katanya.
 
"Anak-anak yang sakit, yang ketinggalan pelajaran di sekolah karena sakit atau kecelakaan atau menderita sakit kronis perlu mendapat dukungan melalui program pengajaran dan pembelajaran yang terintegrasi."
 
Laporan ini juga menyarankan penggunaan inovasi teknologi seperti layanan percakapan video skype yang bisa membawa anak-anak itu ke dalam ruangan kelas dari rumah dan meminta keterlibatan lebih jauh dari guru dan rekan sekelasnya ketika mereka tidak hadir di kelas.