ABC

Murid Perempuan Sembilan Tahun Menolak Berdiri Ketika Lagu Kebangsaan Australia Dinyanyikan

Sebuah sekolah dasar di Brisbane (Australia) telah memberikan tindakan disiplin kepada seorang murid perempuan berusia sembilan tahun yang menolak berdiri ketika lagu kebangsaan Australia dinyanyikan dalam upacara di sekolah.

Murid tersebut Harper Nielsen dari Kenmore South State School diberi hukuman tidak boleh bermain di jam makan siang hari Jumat, karena melakukan protes diam menentang lagu yang dikatakannya ‘salah’ tersebut.

“Ketika syair lagu itu mengatakan ‘kita adalah bangsa yang masih muda’ ini sama sekali mengabaikan warga asli Australia yang sudah ada di sini selama 50 ribu tahun.” kata Harper.

“Ketika syair itu ditulis pada awalnya, Advance Austtalia Fair berarti advance (majulah) warga kulit putih Australia.”

Harper mengatakan kepada Radio ABC Brisbane bahwa dia kecewa karena mendapat hukuman karena menyampaikan keyakinannya.

"Saya merasa mereka sedang berusaha menghilangkan kuasa yang saya miliki dan itu membuat saya kecewa karena yang saya perjuangkan adalah kesamaan bagi semua orang." kata Harper.

Murid kelas 4 tersebut mengatakan keputusan untuk melakukan protes tersebut dilakukannya sendiri, walau masalah tersebut sudah pernah didiskusikan dengan orang tuanya.

Meningkatkan kesadaran adanya ‘rasisme yang mengakar’

Ayah Harper adalah Mark Nielsen, Associate Professor Bidang Psikologi di University of Queensland, yang mengatakan dia sepenuhnya mendukung pandangan putrinya.

“Dia sudah menunjukkan keberanian luar biasa untuk menyuarakan apa yang diyakininya, dan mau melakukan sesuatu berdasarkan keyakinan tersebut dan saya sangat bangga dia mau melakukannya.” kata Mark.

Yvette Miller smiles as she holds a baby close to her face.
Ibu Harper adalah Yvette Miller, Associate Professor di Queensland University of Technology.

Facebook

Associate Professor Nielsen mengatakan meski sudah bertemu dengan pihak sekolah mendiskusikan masalah tersebut, pihak sekolah mengatakan aturan tidak mengijinkan putrinya terus melakukan protes.

“Mereka mengatakan dia harus berdiri atau harus meninggalkan wilayah tempat upacara.” katanya.

Mark Nielsen mengatakan memaksa putrinya tunduk terhadap apa yang tidak disukainya ‘bertentangan’ dengan apa yang sedang diperjuangkannya.

“Satu hal yang diharapkanya adalah adalah meningkatkan kesadaran dan membuat orang lain berpikir menenai ‘rasisme yang mengakar”, dan bagaimana mereka merasa terhadap orang-orang yang merasakan hal tersebut.” katanya.

Menanggapi kritik terhadap tindakan putrinya, Associate Professor Nielsen mengatakan penting sekali untuk memberikan kesempatan kepada semua orang untuk memperjuangkan apa yang diyakininya.

"Ini bukan sekedar seseorang ingin berbuat sesuatu tanpa dasar – ini adalah insiden yang sangat spesifik dimana ada alasan kuat dibelakang semuanya, yang berhubungan dengan hak asasi manusia." kata Mark Nielsen lagi.

“Ini bukan soal seseorang yang mengatakan dia tidak mau ikut pelajaran matematika.”

Ibu Harper, Yvette Miller, adalah Associate Professor di bidang Kesehatan Masyarakat di Queensland University of Technology.

Green and white sign at entrance of Kenmore South State School.
Kenmore South State School di Brisbane

ABC News: Stephen Cavenagh

Dalam sebuah pernyataan, Sekolah Negeri Kenmore South mengatakan sudah bertemu dengan keluarga murid untuk mendiskusikan masalah tersebut.

“Sekolah menghormati keinginan murid, dan memberikan alternatif lain untuk menyanyikan lagu kebangsaan.” kata pernyataan tersebut.

“Sekolah negeri sudah memiliki standar perilaku yang jelas yang diharapkan dari para murid.”

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini