ABC

Murid-murid Australia Mulai Menulis Buku Soal Lingkungan

Di Australia ada sebuah program pendidikan yang unik, dimana mendorong murid-murid sekolah untuk menulis soal lingkungan untuk diterbitkan dalam buku bagi anak-anak di masa depan.

Program ini dijalankan oleh Adrian Wells dari Petaurus Education Group yang percaya bahwa buku-buku tersebut akan mengajarkan murid-murid soal pentingnya mengelola dan tanah dan peninggalan bersejarah.

“Saya telah bekerja dengan anak-anak sekolah selama sekitar 15 tahun, tepat di seberang Murray-Darling Basin, New South Wales,” kata Adrian.

“Intinya, saya mencoba membuat mereka mengerti bagaimana melihat dan mencari tahu cara pengelolaan lahan dan air kita.”

Dua buah buku dengan judul Fred the Fergie dan Tracktors and Chooks
Murid-murid di Victoria meluncurkan buku pertama mereka untuk program membaca dan lingkungan.

Foto: Cherie von Hörchner

Adrian mengatakan program tersebut tidak hanya berfokus pada masalah lingkungan namun mengeksplor tindakan yang dapat menyeimbangkan antara industri, irigasi, pertanian, dan warisan budaya Aborigin.

Cara terbaik bagi anak-anak untuk belajar, menurutnya, adalah mengajak mereka pergi ke lapangan dan melakukan penelitian untuk diri mereka sendiri.

Belasan murid dengan seorang bapak di sebuah taman yang rindang.
Murid-murid dari Buronga Public School luncurkan buku mereka bersama Adrian Wells dari Petaurus Education Group.

Foto: Cherie von Hörchner

“Ini adalah program menulis buku, terutama bagi siswa sekolah dasar untuk mendorong mereka mengunjungi masyarakat dan berbicara dengan orang lain,” kata Adrian.

“Bertemu petani, penjaga tanah, tetua Aborigin dan menanyakan pendapat mereka soal pengelolaan lahan dan air yang kemudian ditulis menjadi sebuah yang dapat digunakan murid-murid lain di kemudian hari sebagai bagian dari program belajar dan membaca buku di sekolah.”

Adrian mengatakan anak-anak didorong untuk memutuskan sendiri cerita mana yang harus ditulis dan bagaimana menceritakannya, yang dibuat menjadi beragam topik dengan berbagai cara.

“Misalnya, di Wentworth, para siswa menulis tentang banjir tahun 1956, tapi mereka menulis dari sudut pandang traktor Ferguson, dan mereka sangat paham bagaimana melakukannya,” tambahnya.

Sebuah monumen dengan sebuah traktor di atas tiang di sebuah taman.
Traktor Fergie jadi tokoh dalam buku ditulis murid-murid Wentworth Public School.

Foto: Cherie von Hörchner

“Di Euston, mereka telah membuat sebuah buku tentang sejarah budidaya anggur di Euston yang kini banyak dikirim ke China.”

“Para siswa dari Balranald Central School, usianya sedikit lebih dewasa, ingin menulis buku tentang warisan budaya.

“Jadi, mereka menulis sebuah buku tentang jejak kaki, sebuah lintasan yang membentang dari Taman Nasional Mungo ke Taman Nasional Yanga, karena ada banyak siswa Aborigin di sana. Selain itu, kedua taman tersebut memegang peranan penting bagi warisan budaya mereka.”

“Mereka sudah mewawancarai para tetua suku Aborigin, mereka bebrincang dengan orang-orang di taman, semuanya disusun menjadi buku tentang interpretasi warisan budaya dan mengapa penting bagi kota ini.”

Pemandangan matahari terbit dengan langit dipenuhi gunungan awan berwarna oranye
Mungo National Park di New South Wales saat matahari mulai terbit.

ABC News: Bridget Brennan

Sky, usia 12 tahun dan kini menjadi kapten di sekolah Public House Buronga, mengatakan penelitian yang dilakukan sangat menyenangkan.

“Kami melakukan perjalanan ke peternakan milik Ron dan Elaine dimana mereka mengumpulkan ayam dan mengumpulkan telur.”

“Kami mengajukan banyak pertanyaan, seperti ‘Sudah berapa lama bekerja di peternakan?'”

Colby yang berusia sebelas tahun juga merasa senang saat menyelidiki ayam-ayam itu dan ia mengatakan senang berbagi pemikirannya.

“Kami semua masuk ke dalam sebuah kelompok dan masing-masing menulis apa yang menurut kami bakalan bagus dalam buku ini.”

Foto seekor ayam berwarna cokelat
Ayam dari peternakan milik keluarga Woorlong di Merbein, Victoria.

Foto: Brett Worthington

Bagi para penulisnya, program ini telah menjadi petualangan masuk ke dunia penerbitan tak terlupakan.

“Hal terbaik yang saya sukai dari menulis buku adalah semuanya kerja tim,” kata Skylar berusia 10 tahun dari Wentworth Public School.

“Memberikan saya kesempatan yang belum pernah didapatkan sebelumnya, untuk bisa menulis cerita yang masuk ke Perpustakaan Nasional di Sydney.”

Bagi Jacob berusia 10 tahun dari Buronga Public School, pengalaman ini diharapkan menjadi yang pertama untuk karir menulisnya.

“Ketika kami mendapatkannya dari printer dan melihat buku kami, kami pikir sangatlah bagus.

“Saya merasa sangat ingin menulis buku lain.”

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini