Muncul Bukti Baru Orang Aborigin Pernah Bermukim dan Memiliki Keluarga di Makassar
Kisah ini terdengar seperti adegan film.
Seorang wanita muda menghilang dari pantai terpencil di Australia Utara, dan di kemudian hari diketemukan sudah menetap di negara lain, menikah dan memiliki anak.
Tapi itulah yang terjadi pada keluarga Don Wininba Ganambarr.
Kini, hubungan genetik Don dan sejarah lisan keluarganya membantu memetakan migrasi Penduduk Asli Australia di Asia Tenggara sebelum orang Inggris tiba di Australia.
"Menurut saya kisah ini menceritakan sejarah Australia," ujar Profesor Lynette Russell, dari Global Encounters & First Nations Peoples, Monash University.
"Selama ini ada anggapan bahwa orang Aborigin terisolasi, namun faktanya mereka ini juga pelancong internasional," katanya kepada ABC News.
Foto-foto misterius
Keberadaan komunitas Aborigin yang tinggal di Indonesia pada tahun 1700-an dan 1800-an terungkap dengan ditemukannya foto-foto pemuda yang diambil di sebuah studio foto di Makassar pada tahun 1873.
Kelompok ini diyakini sebagai bagian dari sejumlah besar orang Aborigini yang melakukan perjalanan dari Australia ke Indonesia bersama para pelaut Makassar.
ABC News bekerja sama dengan tim peneliti Monash dan pemuka suku Aborigin untuk memetakan pemukiman luar negeri penduduk asli Australia yang selama ini kurang dikenal.
Di antara mereka yang mengetahui sejarah secara langsung adalah sesepuh suku Yolngu, Don Wininba Ganambarr.
Don sudah lama mendengar kisah tentang neneknya hilang. "Orangtua kami bilang dia (neneknya) dibawa pergi," jelasnya.
"Yang mereka lihat hanyalah jejak kakinya di pasir, dan dari sana dia menghilang. Saya perkirakan banyak orang yang dibawa dari Arnhem Land ke Indonesia waktu itu," kata Don.
Puluhan tahun kemudian datang berita mengejutkan. Nenek Don telah dipastikan pergi menemui pelaut Makassar, pindah ke kota pelabuhan itu, menikah dan memiliki anak.
Pada saat Don mengetahuinya, neneknya telah meninggal dunia, namun pada tahun 1978 dia datang ke Makassar dan bertemu dengan kerabatnya di sana.
"Sangat emosional, karena mereka kehilangan keluarga, dan kami kehilangan keluarga," ujarnya.
"Beberapa dari mereka tampak mirip dengan nenek saya. Saya tahu pasti ketika melihat lukisan totem [Yolngu] di rumah mereka," ujar Don.
"Nenek saya dimakamkan di Sulawesi, tapi saya belum melihat makamnya, jadi saya berharap bisa kembali lagi ke sana," katanya.
Tidak diketahui apakah nenek Don itu pergi secara sukarela atau dibawa dipaksa oleh para pelaut Makassar.
Beberapa tetua Aborigin, dari daerah pesisir lainnya, mengatakan kepada ABC News, kemungkinan besar mereka diperdagangkan, sebagai bagian dari pertukaran barang yang lazim terjadi saat itu.
Don mengaku mengenal beberapa orang suku Yolngu lainnya yang pindah ke Makassar.
"
"Mungkin yang terjadi sama seperti ajakan seorang teman… kalian sahabatku sekarang, jadi bisa pulang bersama kami (ke Makassar)," papar Don tentang penyebab neneknya meninggalkan Arnhem Land.
"
Penelitian global
Kisah keluarga Don ini disampaikan kepada tim peneliti dari Monash yang saat ini memetakan kunjungan awal ke benua Australia oleh orang-orang dari Eropa dan Asia.
Proyek bernama Global Encounters and First Nations Peoples berfokus pada interaksi pendatang asing dengan masyarakat pribumi Australia sebelum kedatangan kolonialis Inggris.
Profesor Lynette Russell yang memimpin penelitian akan melakukan perjalanan ke Makassar tahun ini untuk mendokumentasikan hubungan tersebut.
"Ada kemungkinan keturunan masyarakat pribumi Australia masih tinggal di Makassar saat ini," kata Profesor Lynette.
"Khususnya, dari pria-pria Makassar yang mengambil istri Aborigin yang mungkin telah melakukan perjalanan pulang bersama mereka," katanya.
"Tidak menutup kemungkinan menggunakan tes DNA untuk menyempurnakan penelitian ini lebih lanjut," tambahnya.
Tim peneliti menggunakan berbagai metode untuk mendokumentasikan kunjungan awal para pelaut dari negara-negara Prancis, Portugal, dan Indonesia.
Tim peneliti bahasa juga mempelajari bagaimana dan kapan kata-kata asing pertama kali muncul dalam dialek Aborigin setempat.
Teknik penanggalan diterapkan pada pohon asam yang tumbuh di sepanjang pantai utara Australia, untuk mengetahui saat pertama kali pohon tersebut diperkenalkan oleh pelaut Makassar.
Profesor Lynette menjelaskan peta digital interaktif sedang dibuat untuk menunjukkan berbagai perjalanan dan kontak yang mencapai Australia Utara dari seluruh dunia. Peta tersebut akan segera dipublikasikan.
"
"Ada persepsi bahwa sebelum kedatangan Inggris, Australia adalah lokasi terpencil yang hampir tidak pernah dikunjungi siapa pun," katanya.
"Tentu saja asumsi ini sangat keliru."
"
Don ingin menemui kerabatnya di Makassar
Don berharap bisa segera berhubungan kembali dengan para kerabatnya di Makassar.
Beberapa tahun lalu, beberapa anggota keluarganya dari Indonesia mengunjungi Northern Territory.
"Ketika mereka harus pulang, mereka semua menangis," kenangnya.
"Mereka menangis karena kami saudara sedarah, mereka memiliki darah Yolngu di dalamnya tubuhnya," kata Don.
"Ketika seseorang dibawa pergi, sama seperti awan — sebagian dari awan pecah dan tidak pernah kembali lagi," ujarnya.
Pemuka suku Yolngu ini mengatakan dia siap untuk tes DNA jika hal itu membantu memastikan hubungan keluarga dengan kerabatnya di Makassar.
Akankah misteri foto terpecahkan?
Pertanyaan yang tetap mengganjal adalah tentang identitas orang-orang di dalam foto dari tahun 1873 itu.
Tapi petunjuk menjanjikan telah muncul dari komunitas terpencil di pantai utara Australia.
Sebuah keluarga suku Yolngu yang melihat laporan ABC News pada bulan Februari telah mengajukan kemungkinan untuk diidentifikasi berdasarkan penampilan, riwayat lisan, dan skarifikasi.
ABC News bekerja sama dengan komunitas suku tersebut dan para antropolog dari Monash University untuk menyelidiki kemungkinan hubungan ini.
Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News yang selengkapnya dapat dibaca di sini.