ABC

Muliaman Hadad: Awal 2016 Situasi Ekonomi Indonesia Akan Berubah

Dalam beberapa bulan ke depan sampai akhir 2015, keadaan ekonomi dunia masih akan tidak menentu, namun akan terjadi perubahan mulai awal tahun 2016. Demikian pendapat Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indonesia di depan mahasiswa Indonesia di Universitas Monash hari Kamis (10/9/2015) malam.

Muliaman Hadad yang juga sebelumnya mendapat gelar Doktor dari Universitas Monash hadir dalam acara yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) Monash.

Ini adalah bagian dari kegiatan bernama Australia Indonesia Business Forum dimana PPIA Monash secara berkala mendatangkan para pembicara guna memberikan masukan kepada mahasiswa mengenai realitas dunia bisnis.

Muliaman Hadad hadir untuk berbicara dalam tajuk pertemuan "Crafting Innovative Leaders in Golden Era" (Mencetak Pemimpin Inovatif di Era Keemasan), namun berkenaan dengan situasi perekonomian dunia dan Indonesia saat ini, kemudian banyak juga menyinggung hal lain selain juga meberikan beberapa nasehat mengenai kepemimpinan.

Muliaman Hadad (tengah) bersama para mahasiswa Indonesia di Monash University. (Foto: Puteri Komarudin)
Muliaman Hadad (tengah) bersama para mahasiswa Indonesia di Monash University. (Foto: Puteri Komarudin)

Dalam uraiannya Muliaman Hadad mengatakan saat ini memang terjadi pelemahan pertumbuhan ekonomi di beberapa bagian dunia, terutama di China, dan negara-negara berkembang termasuk di Indonesia.

Menjawab pertanyaan apakah Indonesia sekarang mengalami krisis ekonomi, Muliaman mengatakan "Tidak". "Kalau kita lihat negara-negara lain berada dalam situasi lebih buruk dari kita. Thailand, Malaysia, Singapura dan negara-negara berkembang lainnya. China yang dulu bisa tumbuh 8-9 persen setahun sekarang mengalami kesulitan untuk mencapai 6 persen."

"Namun dalam waktu bersamaan, di Eropa meski ada krisis di Yunani, namun pertumbuhan ekonomi di sana masih bagus. Demikian juga dengan Amerika Serikat." kata Hadad yang pernah menjadi Wakil Gubernur Bank Indonesia tersebut.

"Inilah yang membedakan antara keadaan sekarang dengan krisis ekonomi global di tahun 2008. Yang juga terjadi karenanya sekarang ini tidak ada reaksi global bersama-sama untuk mengatasi situasi." tambahnya.

Dikatakan oleh Hadad bahwa dalam pertemuan otoritas jasa keuangan dan perbankan baru-baru ini di Turki yang dihadirinya, Amerika Serikat sebagai ekonomi terbesar di dunia mendapat desakan untuk segera menentukan sikap apakah akan menaikkan suku bunga atau tidak,  ghal yang dikatakannya menciptakan ketidakmenentuan sekarang ini.

"Mereka sendiri selama dua tahun terakhir tidak bisa memutuskan, dan kita juga tidak bisa memaksa mereka. Jadi keadaan ekonomi sekarang di Indonesia banyak disebabkan karena faktor eksternal." tambah Hadad.

Muliaman Hadad berbicara di depan para mahasiswa Monash University. (Sastra Wijaya)
Muliaman Hadad berbicara di depan para mahasiswa Monash University. (Sastra Wijaya)

Dalam situasi ini, Muliaman Hadad mengatakan kepada puluhan mahasiswa Indonesia yang hadir dalam acara ini untuk melihat persoalan ekonomi Indonesia dalam taraf menengah dan panjang.

"Beberapa bulan ke depan dinamika ekonomi dunia masih akan gonjang ganjing. Namun anda semua harus melihat potensi ekonomi Indonesia dalam jangka menengah dan panjang, karena di situlah anda akan bisa mengisinya setelah selesai sekolah nanti." kata Hadad, yang menjadi Doktor Ekonomi di Monash di tahun 1996.

Berbicara mengenai awal tahun 2016, Muliaman Hadad mengatakan hal yang dilakukan pemerintah Indonesia saat ini misalnya dengan mengeluarkan paket kebijakan ekonomi bulan September adalah untuk menciptakan momentum baru guna menumbuhkan kembali gerak perekonomian.

"Krisis ekonomi itu bisa datang dan pergi tanpa diundang dan dampak dari suatu putaran itu biasanya baru terasa 6-9 bulan berikutnya. Oleh karena itu, pemerintah berusaha untuk mendorong terus dengan berbagai kebijakan guna menghidupkan kembali ekonomi." tambah Hadad.

Dia juga optimistis bahwa modal asing yang sekarang ini keluar akan kembali ke Indonesia.

"Modal itu seperti air selalu mencari jalannya sendiri. Sekarang di AS, tingkat suku bunga sangat rendah, demikian juga di Eropa. Di negara-negara berkembang lebih rendah dari kita. Di Indonesia marginnya masih tinggi, jadi setelah mereka mencari ke sana kemari untuk menanamkan modalnya, saya yakin mereka akan kembali ke Indonesia." kata Hadad.

Dan di tengah situasi perekonomian yang tidak menentu ini, menurut Hadad, sebagai bagian dari Otoritas Jasa Keuangan yang perlu dilakukan adalah menjaga situasi guna memastikan tidak adanya misalnya bank atau lembaga keuangan yang "jatuh'.

"Dengan dolar Amerika Serikat yang terus menguat terhadap rupiah, sebenarnya kita tidak khawatir. Bank Indonesia tidak khawatir kalau dolar mencapai Rp 15 ribu. Juga indeks saham menurun tidak berpengaruh pada bank, karena di Indonesia, bank tidak boleh meminjamkan dana untuk membeli saham. Hal seperti itu terjadi di China, sehingga turunnya indeks saham mempengaruhi bank." kata Hadad lagi.