ABC

Monumen Wartawan Perang Akan Dibangun di Canberra

Untuk mengingat jasa mereka yang telah bertaruh nyawa di medan perang tanpa senjata…mereka yang hanya bersenjatakan mikrofon dan kamera…sebuah monumen akan dibangun di dalam Museum Perang Australia di Canberra.

Sejak jaman Banjo Paterson, jurnalis Perang Dunia Pertama, Australia telah mengirimkan banyak jurnalis perang ke area konflik, untuk memastikan publik dalam negeri menerima cukup informasi.

Kini, desakan untuk membangun monument peringatan mengenang pengorbanan mereka, mengemuka.

Monumen Jurnalis Perang, yang rencananya akan dibangun di dalam Museum Perang Australia di Canberra, adalah gagasan CEW Bean Foundation, sebuah yayasan yang dinamai sesuai dengan nama sejarawan Perang Dunia I Australia, Charles Bean.

Ketua yayasan tersebut, Rodney Cavalier, mengatakan, proyek monumen jurnalis perang ini telah direncanakan bertahun-tahun dan akan ditujukan untuk menghormati jasa mereka yang berkontribusi besar atas peliputan perang.

“Kita membicarakan nama-nama yang terkenal- contohnya juru kamera Damian Parer, yang mungkin tak terlalu terkenal, tapi hampir semua orang telah melihat karya dokumenter-nya, orang Australia pertama yang memenangkan Oscar, ia tewas saat bertugas – di sepanjang era modern, ketika orang-orang Australia ada di sana melaporkan konflik di Afghanistan, Iraq, dan Vietnam,” jelasnya.

Direktur Museum Perang Australia, Brendan Nelson, mengatakan, jurnalis perang memainkan peran yang penting dalam sejarah perang Australia.

“Karena itulah kita harus mengenang jasanya,” ujar Brendan.

Tony Walker adalah salah satu pendiri Bean Foundation dan pernah bertugas sebagai koresponden Timur Tengah untuk Koran London Fairfax dan the Financial Times, yang meliput beberapa konflik.

“Satu hal tentang Timur Tengah, daerah ini tak pernah sepi konflik,” ujarnya.

Saat meliput unjuk rasa rakyat Palestina di Tepi Barat, Tony sempat terjebak dalam suasana baku tembak. Beruntung ia terhindar dari luka serius ketika kakinya tertembak.

Ia menuturkan, peranan jurnalis perang adalah untuk menceritakan kebenaran yang sebenarnya. Namun hal itu memang sulit, seperti pada saat dirinya meliput perang sipil di Lebanon.

“Di satu sisi, ada buldozer yang menghancurkan rumah-rumah pengungsian, padahal ada perempuan dan anak-anak di dalamnya. Susah untuk tidak emosional saat menceritakan hal-hal itu,” kenangnya.

Desain monumen dibuat menyerupai ‘mata’

Pada Selasa, 15 April, Bean Foundation mengadakan jamuan makan malam untuk menggalang dana demi pembangunan monumen jurnalis perang tersebut.

Ketua yayasan, Rodney Cavalier, mengatakan, penggalangan dana itu diharapkan mampu menjaring 1 juta dolar untuk proyek pembangunan ini.

Ia menceritakan, monumen jurnalis perang ini akan dibangun di dalam taman patung museum, yang terletak di lekukan taman.

“Desain-nya dibuat menyerupai mata,” ujarnya.

Proyek pembangunan monumen jurnalis perang ini akan selesai pada tahun 2015.