ABC

Monash University Berdayakan UKM di Indonesia

Universitas Monash di Melbourne menyelenggarakan kursus singkat selama enam minggu bagi para peserta dari Indonesia dengan harapan mereka bisa memberdayakan usaha kecil dan menengah (UKM) sekembalinya ke Indonesia.

Dalam kursus yang diselenggarakan oleh Monash Sustainability Institute tersebut, para peserta adalah dosen dari beberapa perguruan tinggi dari tiga kota, Malang, Makassar dan Kupang.

Menurut Dr Paul McShane, Pejabat Peneliti Utama di Institut tersebut, program untuk memberdayakan usaha kecil dan menengah ini adalah yang pertama kali diselenggarakan.

"Kita tahu salah satu hal yang bisa dilakukan di Indonesia adalah mengurangi tingkat kemiskinan," katanya.

"Nah hal yang kita lakukan sekarang adalah secara proaktif membantu pembangunan ekonomi. Dengan itu nantinya juga akan mengurangi tingkat kemiskinan. Kita membantu untuk misalnya bagaimana bersama-sama meningkatkan sumber daya manusia, dan fokus kita kali ini adalah usaha kecil dan menengah," kata McShane kepada wartawan ABC L. Sastra Wijaya hari Kamis (21/5/2015) di Kampus Monash, Clayton, dalam acara penutupan program tersebut.

Para peserta fellowship untuk UKM dari Indonesia di Monash University
Para peserta fellowship untuk UKM dari Indonesia di Monash University

 

Yang dilakukan oleh Monash University adalah meminta para peserta yang datang dengan satu studi kasus mengenai usaha kecil dan menengah yang ingin mereka bantu.

Di Melbourne, para peserta kemudian mendapat masukan dari berbagai disiplin ilmu yang ada di Monash, dan juga berkunjung ke beberapa daerah antaranya ke Shepparton, sekitar  2 jam perjalanan dari Melbourne, untuk melihat kehidupan usaha kecil dan menengah.

Salah seorang peserta adalah Aulia Fikriarini Dosen Arsitektur Universitas Islam Negeri Malang, yang membawa studi kasus mengenai Elisa Bakery di Malang.

Dalam penuturannya, Aulia mengatakan sebelum ke Melbourne dia sudah terlibat membantu usaha penjualan roti itu dengan membuat desain logo.

"Sekarang dengan bekal yang saya dapat setelah enam minggu di Melbourne, saya akan membantu mereka dalam soal seperti misalnya bagaimana agar marketing atau manajemen mereka menjadi lebih bagus. Apakah mungkin mereka bergerak ke bidang e-commerce atau juga melakukan inovasi di bidang resep yang lebih bagus," kata Aulia.

Dosen Arsitektur UIN Malang Aulia Fikriarini
Dosen Arsitektur UIN Malang Aulia Fikriarini

 

Menurut Aulia, dia senang terlibat dalam program dari Monash University ini karena sebagai tenaga akademis, mereka juga memiliki salah satu tugas untuk mengabdi kepada masyarakat.

"Jadi kita tidak sebagai dosen saja. Tetapi juga harus menjadi pemimpin dan juga siap untuk menjadikan orang lain sebagai pemimpin." kata Aulia.

Bila studi kasus Aulia adalah mengenia bisnis orang lain, Dr Siti Azisah menggunakan bisnis menjual bahan bangunan yang dimiliki keluarganya sebagai bahan.

Dr Siti Azisah adalah dosen jurusan Tarbiyah Universitas Islam Negeri Makkasar dan bisnis menjual bahan bangunan tersebut dikelola oleh suaminya.

Dosen UIN Makassar Dr Siti Azisah
Dosen UIN Makassar Dr Siti Azisah

 

"Banyak yang saya pelajari di sini yang bisa saya kembangkan di Indonesia. Salah satunya misalnya mengenai refund, pengembalian barang. Selama ini konsep tersebut tidak banyak dikenal di Indonesia mungkin dalam usaha kecil dan menengah. Ini kan masalah kejujuran atau bagaimana membangun kepercayaan antara pelanggan dan pemilik bisnis." kata Dr Azisah.

Hal yang menarik juga menurutnya adalah berkenaan dengan kunjungannya ke Shepparton dimana mereka melihat perkebunan anggur.

"Di situ saya belajar bagaimana mereka bisa mempertahankan bisnis yang sudah hampir 100 tahun, dengan cara tradisonal namun juga mengkombinasikan dengan metode-metode modern." tambahnya.

Dosen Uncen Kupang Apriana Fanggidae menerima sertifikat dari Dr Paul McShane
Dosen Uncen Kupang Apriana Fanggidae menerima sertifikat dari Dr Paul McShane

 

Sementara itu Apriana Fanggidae Dosen Manajemen Unversitas Nusa Cendana Kupang (NTT) membawa studi kasus mengenai usaha peternakan ayam yang tidak jauh dari rumahnya.

"Usaha ayamnya masih tradisional, dengan sekitar 1000 ekor ayam. Dari sini, saya sekarang akan memberikan masukan bagaimana meningkatkan pemasaran, yang dulu dia harus menjual sendiri ke pasar menjadi misalnya pembeli dari supermarket, hotel atau restoran datang untuk membeli produknya." kata Apriana.

Hal lain yang juga adalah mengenai bagaimana mengelola kotoran ayam sehingga tidak terlalu menganggu lingkungan sekitar.

Menurut Paul McShane, dari program ini,  Monash University juga banyak belajar dari studi kasus yang dibawa oleh para peserta dari Indonesia tersebut.

"Jadi tidak saja mereka belajar dari apa yang didapat di sini, namun kami juga belajar banyak dari mereka." katanya.