ABC

Modus Mengulas Film, Puluhan Ribu Orang di PNG Jadi Korban Penipuan Golden Sun

Abraham Tamsen baru saja lulus dari universitas di Papua Nugini namun belum mendapatkan pekerjaan dan kekurangan uang sehingga dia tertarik ketika sepupunya mengirimkan informasi cara mendapatkan uang.

Informasi yang ia terima membawanya ke sebuah situs bernama Golden Sun di mana Tamsen harus melengkapi pendaftaran, membayar uang muka, dan dia dijanjikan bayaran setelah menonton klip film selama 15 detik dan menulis ulasan mengenai film tersebut.

Tamsen harus membayar 700 kina – mata uang PNG yang setara dengan Rp3,5 juta, jumlah yang mampu diberikannya, dan dia masuk dalam 'Level D'.

Dia yakin akan bisa mendapatkan kembali uangnya dalam waktu singkat.

Di Facebook dia melihat beberapa orang yang mengatakan mendapatkan keuntungan besar hanya dalam waktu beberapa minggu saja lewat Golden Sun.

Tamsen langsung menonton klip film yang populer seperti Pirates of the Caribbean dan The Good, The Bad, And The Ugly.

"Saya kira  ini akan bermanfaat buat saya," katanya kepada ABC.

"

"Saya menghabiskan sebagian besar waktu – sekitar 80-90 persen melakukan hal tersebut."

"

Tamsen kemudian berhubungan dengan manajer regional bernama "Michael Wiggins"  yang mengatakan tinggal di Sydney, Australia.

Mereka beberapa kali terlibat percakapan online lewat Telegram namun tidak pernah lewat telepon atau video.

Michael Wiggins mendorong Tamsen dan anggota lain untuk mencari anggota baru dari kalangan sanak saudara dan teman-teman untuk menjadi anggota Golden Sun dengan janji akan mendapatkan bonus.

Wiggins mengatakan Golden Sun terdaftar di Inggris dan memiliki hubungan dengan Universal Studios  dan perusahaan pembuat film besar lain di dunia.

Di Facebook, bahkan ada yang mengatakan bahwa pendiri Tesla Elon Musk merupakan salah satu investornya.

ABC sudah menghubungi Universal Studios dan Elon Musk mengenai kebenaran hal tersebut namun tidak mendapatkan jawaban.

'Semuanya tiba-tiba hilang'

Pada awalnya semua berjalan mulus.

Tamsen sudah melakukan dua kali "penarikan" dari akunnya di Golden Sun, di mana dia harus mengubah poin yang didapatnya untuk ditukar dengan uang.

Beberapa hari kemudian, dana tersebut masuk ke rekening banknya.

Namun situasi berubah minggu lalu saat dia bermaksud melakukan penarikan ketiga.

"Semuanya tiba-tiba hilang," katanya.

"

"Saya tidak bisa mengakses akun saya dan bahkan tidak bisa melakukan kontak dengan manajer regional karena akun mereka sudah hilang dari aplikasi Telegram."

"

Situs Golden Sun juga tidak ada lagi di internet dan akun media sosial dan di chat dari para manajernya juga menghilang.

Abraham Tamsen merasa bahwa apa yang dialaminya tersebut sudah sejak awal merupakan usaha penipuan.

"Saya kesal sekali," katanya.

"

"Namun dalam waktu bersamaan, saya juga merasa ini salah saya sendiri. Saya yang membuat keputusan. Ini pelajaran bagi saya."

"

Akibatnya, Tamsen rugi sekitar 370 kina (atau Rp1,85 juta), yang baginya bukan jumlah yang sedikit.

Apa yang dialami oleh lulusan universitas berusia 25 tahun tampaknya juga dialami banyak warga Papua Nugini lainnya.

Belum ada angka jelas berapa banyak korban dan jumlah kerugian yang dialami oleh warga di negara itu, namun skema Golden Sun ini diperkirakan telah meluas di sana.

Beberapa akun Facebook yang terafiliasi dengan Golden Sun memiliki jumlah anggota ribuan orang dan beberapa kalangan mengatakan jumlah mereka yang terlibat bisa mencapai puluhan ribu orang.

"Ini besar sekali dan semua orang sedang membicarakannya," kata John Cox, seorang antropolog dari Melbourne University dan pakar mengenai sistem MLM di PNG.

Beberapa pekan lalu, Dr Cox memberikan kuliah sebagai dosen tamu di University of Papua New Guinea  ketika sejumlah mendatanginya dan bertanya mengenai Golden Sun.

"Dan saya mengatakan: dari mana semua uang itu berasal dan apakah kalian mendapat janji hasil imbalan tinggi tanpa ada penjelasan bagaimana skema itu bisa berjalan?" kata Dr Cox.

"Bagi saya ini tampaknya seperti skema penipuan MLM."

Skema yang dikenal dengan struktur piramida adalah kegiatan di mana anggota mendapatkan bayaran dari uang pendaftaran dari anggota baru, dan bukannya dari hasil penjualan barang atau jasa. 

Ketika tidak ada anggota baru bergabung maka skema tersebut akan ambruk.

'Ini penipuan lokal'

Golden Sun pertama kali muncul di Papua Nugini pada awal 2023 dan segera populer lewat  media sosial.

Ratusan postingan bertebaran di grup Facebook menggambarkan pendapatan besar yang mereka terima dengan instruksi cara untuk bergabung.

Joel Waiogri sempat menikmati keuntungan. 

Dia membayar 3200 kina (sekitar Rp9 juta) untuk menjadi anggota di level C di awal Januari tahun ini dan memperkirakan dia sudah mendapatkan keuntungan sekitar Rp3 juta.

Namun minggu lalu dia tidak lagi bisa menarik uangnya.

Waiogri mengatakan manajer regional mengatakan kepada para anggota bahwa ada masalah cuaca yang memengaruhi jaringan internet.

Tetapi dia juga mendapat keterangan bahwa pembayaran memerlukan waktu yang lebih lama karena perusahaan terdaftar di Inggris dan bukannya di Papua Nugini.

Dr Cox memperkirakan bahwa skema penipuan ini tidak memiliki jaringan luar negeri.

"

"Saya kira jelas bahwa ini skema penipuan lokal," katanya.

"

Sebuah perusahaan bernama Golden Sun PNG Limited terdaftar mulai 13 Maret tahun ini.

ABC sudah mengirimkan email kepada perusahaan tersebut namun belum mendapatkan balasan.

Waiogri khawatir banyak warga Papua Nugini akan mengalami kerugian.

"Saya mendapat keuntungan," katanya.

"Tetapi saya mengkhawatirkan mereka yang terdaftar menjadi anggota di bawah saya."

Tuduhan keterlibatan bank lokal

Beberapa dokumen yang diragukan keasliannya sekarang beredar di media sosial membuat beberapa bank besar Papua Nugini mengeluarkan peringatan mengenai Golden Sun.

Hari Senin, Bank of Papua New Guinea (BPNG) mengeluarkan pernyataan mengatakan adanya dokumen palsu yang menyebut pejabat sementara bank tersebut, Elizabeth Genia, akan memberikan lisensi bagi Golden Sun PNG Limited.

"Bank dengan jelas memperingatkan kepada publik bahwa pernyataan itu tidak benar dan tidak pernah dikeluarkan oleh bank maupun Genia," kata pernyataan tersebut.

Bank juga memperingatkan soal investasi dalam skema ilegal.

BPNG bertanggung jawab dalam mengatur jasa layanan keuangan di PNG di mana skema piramida ilegal.

Bank besar lainnya Bank of South Pacific (BSP) juga mengeluarkan pernyataan minggu lalu mengatakan tidak memiliki hubungan dengan penipuan investasi online tersebut.


Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News.