ABC

Minat Pelajar Perempuan Australia Tekuni Ilmu Fisika Menurun

Jumlah fisikawan perempuan di Australia kalah jauh dibandingkan dengan laki-laki, terbukti dengan tidak banyaknya remaja puteri di sekolah menengah yang mempelajari disiplin ilmu pengetahuan ini dan sedikitnya ilmuwan perempuan yang memimpin penelitian ilmiah di bidang fisika.

 

Menurut peneliti proporsi perempuan yang menempati posisi pemula maupun junior di bidang ilmu fisika  mengalami penurunan. 
 
Profesor Sharon Bell dari Universitas Melbourne mengatakan saat ini memang ada sejumlah peneliti wanita terlibat dalam penelitian baru di bidang perhitungan kuantum, partikel fisika dan astronomi, namun keberadaan mereka merupakan pengecualian.
 
Professor Bell mengatakan proporsi wanita yang menempati jajaran teratas dalam Ilmu Fisika meningkat hanya 1 persen setiap tahunnya.
 
"Ada sejumlah disiplin ilmu pengetahuan, terutama ilmu pengetahuan berbasis matematika – fisika, astronomi dan IT – dimana wanita sangat sedikit perwakilannya di level awal," kata Profesor Bell.
 
"Bagian yang paling memprihatinkan adalah kita sudah mengetahui pola ini sudah berlangsung lama dan faktanya hingga kini kita belum juga menemukan solusinya," tambahnya.
"Sekarang waktunya untuk mendiagnosa masalah ini dan mengambil tindakan untuk mengakhiri keterbelakangan peneliti wanita di bidang ilmu fisika,"
 
Inggris memperkenalkan program yang dikenal dengan sebutan Project Juno melibatkan 40 universitas untuk mencari tahu bagaimana bisa mempromosikan wanita untuk mengisi posisi fisikawan senior. Professor Bell berharap Australia mulai menerapkan inisiatif yang serupa.
 
Stereotype bermula dari sekolah menengah.
 
Joanna Sikora, guru sosiologi senior di Universitas Nasional Australia, mengatakan tren sedikitnya perempuan yang berkecimpung di bidang fisika berawal dari masa sekolah lanjutan dimana pelajar perempuan cenderung lebih memilih ilmu pengetahuan hayati seperti biologi dan psikologi.
 
"Pelajar laki-laki sebaliknya lebih banyak tertarik di bidang teknik, teknologi informasi, matematika lanjutan dan fisika dan kecenderungan ini sangat kasat mata dan  tidak berubah dari waktu ke waktu, dan tidak berubah selama 20 – 30 tahun terakhir," kata Dr Sikora.
 
Riset yang dilakukan Dr Sikora juga mendapati masih ada presepsi kalau perempuan tidak mampu menguasai matematika dan fisika seperti laki-laki,"
 
"Fisika dan astronomi dipandang sebagai bidang ilmu pengetahuan yang berorientasi pada penemuan solusi dari masalah, dimana kemampuan berpikir abstrak sangat penting, dan anak laki-laki menilai mereka memiliki kelebihan dibidang itu dan perempuan tidak," paparnya.
 
Kesenjangan gender juga menjadi tren di Inggris, dimana tercatat hanya 20 persen perempuan yang mempelajari fisika di sekolah menengah.
 
Presiden Institus Fisika Inggris, Frances Saunders, yang tengah berada di Canberra menghadiri Kongres Nasional Fisika mengatakan masalah pengajaran dan stereotipe mengenai perempuan di bidang Fisika perlu mendapat perhatian.
 
"Kita perlu memahami keyakinan tradisional – seperti bagaimana pengajaran fisika di sekolah disampaikan, untuk melihat seperti apa budaya pengajaran mata pelajaran itu disekolah dan kemungkinan terjadinya tindakan yang justru memperluas kegiatan yang bisa mempromosikan atau mendukung stereotipe tidak benar ketimbang mendorongremaja puteri untuk melakukan hal yang berbeda dan mulai menekuni ilmu fisika," katanya.