ABC

Miliaran Limbah Coffee Pod Cemari Lingkungan Global

Kemasan takaran satu cangkir kopi atau coffee pod berkontribusi pada bencana lingkungan global, dimana milyaran wadah kapsul terbuat dari aluminium dan plastik berakhir di tempat pembuangan sampah di Amerika, Eropa dan Australia setiap tahunnya.

Ketika George Clooney menjadi wajah dari produk coffee pos Nespresso pada 2006, itu mengawali kecintaan di seluruh dunia dengan produk yang memungkinkan orang untuk menyeduh espresso di rumah hanya dengan menyentuh satu tombol saja.
Pasar global untuk satu takar biji kopi giling segar atau coffee pod ini mencapai $7 miliar pada tahun 2010 dan menjadi $17 miliar pada 2015. Tahun lalu, warga Australia menghabiskan $215.000.000 untuk membeli coffee pod.
Mantan kepala eksekutif Nespresso Jean-Paul Gaillard mengatakan saatnya bagi konsumen untuk berpikir ulang tentang harga dari kenyamanan produk ini.
“Coffee pod ini akan menjadi bencana dan saatnya untuk beralih dari produk semacam ini. Orang seharusnya tidak mengorbankan lingkungan demi kenyamanan,” katanya.
Gaillard mengatakan ia bahkan telah menulis kepada Clooney untuk memberitahukan dampak lingkungan dari coffee pod ini.

“Yang jelas adalah bahwa seseorang yang dikenal sebagai sosok pro-lingkungan dan yang dilakukannya justru mempromosikan sesuatu yang mencemari lingkungan.”

Butuh 500 tahun untuk terurai

Coffee pod terbuat dari kombinasi plastik dan aluminium dengan bahan organik terdapat didalamnya, coffee pod tidak bisa terurai di alam (not biodegradable).
Butuh waktu 150-500 tahun untuk kapsul aluminium dan plastik ini bisa terurai di TPA.

jean paul gaillard
Jean-Paul Gaillard Mantan kepala eksekutif Nespresso mengatakan tidak seharusnya lingkungan dikorbankan demi kenyamanan menikmati kopi.

ABC NEWS

“Omong kosong produk ini ramah lingkungan. Produk ini tidak seharusnya dilakukan,” kata Gaillard.
Perusahaan kopi seperti Nespresso kini bekerja sama dengan perusahaan daur ulang TerraCycle mendaur ulang coffee pod mereka.
“Kami bisa menyiapkan media internasional di mana Anda dapat mengirimkan kapsul, kami akan membayar Anda untuk mengirimkan coffee pod itu, kami bahkan memberikan sumbangan ke sekolah favorit Anda atau amal untuk setiap kapsul yang Anda kirimkan dan kemudian kami akan mengurai mereka,” kata CEO TerraCycle, Tom Szaky.
“Kami memisahkan bagian organik dan kompos dari coffee pod itu dan kemudian kami akan mengambil bagian logamnya, kami akan cairkan untuk dijadikan produk logam baru sementara plastiknya akan kami jadikan produk plastik baru.”

‘Memenangkan perang’ coffee pod

Nespresso belum merilis angka mengenai berapa banyak sudah coffee pod yang berhasil mereka daur ulang di seluruh dunia, tapi Gaillard tidak yakin daur ulang adalah jawaban untuk masalah coffee pod ini.
“Saya menemukan daur ulang ini tidak benar-benar bekerja. Kecuali jika Anda tinggal dekat dengan pabrik peleburan yang tidak pernah terjadi,” katanya.
“Kapsul aluminium ini harus dicacah, kopinya harus dibersihkan dengan air, bagian pernisnya harus dibakar dan aluminumnya harus dileburkan kembali. Anda perlu banyak transportasi dan energy.

Gaillard sekarang memimpin Ethical Coffee Company yang membuat coffee pod ramah lingkungan yang dapat terurai dalam waktu delapan bulan.
“Kapsul ini tidak mengandung satu pun elemen molekul yang berasal dari petrokimia. Hal ini sangat sulit, sedikit lebih mahal,” katanya.
“Ini adalah tantangan yang sulit dan saya akan mengatakan kita perlahan-lahan memenangkan perang pada tahap ini.
“Ini adalah soal masa depan. Planet ini bukan milik kita. Planet ini akan kita menjadi milik anak-anak kita.”
Szaky percaya tanggung jawab dari produk ramah lingkungan ini terletak pada produsen dan konsumen.
“Kabar baiknya adalah kekuatan sepenuhnya dengan konsumen untuk membeli barang yang tepat, karena apa yang kita membeli lebih dari, hal-hal akan di rak,” katanya.
“Konsumen harus mengambil tindakan dalam mengkonsumsi barang yang tepat, dan menyuarakan mana mereka tidak menyukai apa yang mereka lihat, dan itulah bagaimana kita akan bangun di dunia di mana konsep sampah tidak ada.”
“Kabar baiknya adalah kekuatannya sepenuhnya terletak pada konsumen untuk membeli barang yang tepat, karena apa yang kita beli tidak hanya sekedar apa yang terlihat di rak di toko saja,” katanya.
“Konsumen harus mengambil tindakan dalam mengkonsumsi barang yang tepat, dan menyuarakan apa yang tidak mereka sukai dari apa yang mereka lihat, dan itulah cara kita membangun dunia dengan konsep tidak ada sampah.”

Diterjemahkan pada pukul 21:30 wib, 25/8/2016, oleh Iffah Nur Arifah. Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.