ABC

‘Mereka Tak Percaya Saya Petani’: Anak Jakarta Mengurus Peternakan Austalia

Dengan menggunakan sepeda motor beroda empat, atau ‘quad bike’ dan ditemani seekor anjing bernama Rufus disampingnya, Sukma Bowling bisa melihat tepi pantai dan padang rumput yang luasnya berhektar-hektar.

Saat memadangnya, ia tidak melihat satu orang pun.

Sukma membantu mengelola peternakan yang cukup terpencil King Island, sebuah pulau kecil di perairan selat Bass Strait yang membelah negara bagian Victoria dan Tasmania.

Pulau ini dikenal dengan kualitas hidangan laut, keju, dan daging sapi.

The lighthouse at Currie on King Island.
Perekonomian di King Island sebagian besar tergantung pada pariwisata dan pertanian.

ABC Landline: Margot Kelly

“Sebagian besar wilayah ini berbatuan dan sangat berangin, tapi saat tidak berangin, tempat ini menjadi tempat yang paling indah yang pernah anda lihat,” kata Sukma.

Dengan cuaca yang tak terlalu panas, tidak juga dingin, disertai curah hujan yang tinggi membuat rumput subur sepanjang tahunnya. Ini membantunya mengembangbiakan hewan ternak yang gemuk.

Sukma selama ini mengaku sebenarnya ia tidak cocok dengan gambaran petani pada umumnya.

“Tapi saya selalu berpakaian semau saya saja.”

Murray Grey cattle in a pasture on King Island.
Sukma kini memiliki tanggung jawab untuk mengurus sejumlah hewan ternak di peternakan Murray Grey.

ABC Landline: Margot Kelly

‘Belum pernah lihat hamparan rumput’

Sukma Bowling as a child in Indonesia.
Sukma menghabiskan sebagian masa kecilnya di Jakarta.

Supplied: David Bowling

Sukma dilahirkan di kota Jakarta, dengan populasi saat ini mencapai lebih dari 10 juta orang dan bisa memenuhi dua pertiga area King Island.

“Saya dibesarkan di perkampungan [di Jakarta] dan tidak terlalu sering ketemu ibu saya, karena ia selalu kerja,” kata Sukma.

Saat ia berusia tujuh tahun, keluarganya pindah ke King Island yang jumlah penduduknya hanya 1.200 orang.

“Waktu kita tinggal di Bali, banyak hal yang terjadi di Indonesia,” kata David Bowling, ayah tiri Sukma.

“Pertama, turunnya Presiden Suharto diikuti kerusuhan, kemudian aksi bom di Bali, lalu serangan bom di hotel Marriott, Jakarta,” tambahnya.

Keluarga Bowling kemudian memutuskan untuk kembali ke kampung halaman David di King Island agar Sukma bisa mendapat pendidikan yang baik.

Saat itu, baik Sukma, maupun ibunya, Sumini, belum bisa berbahasa Inggris dengan lancar.

Pindah ke tempat yang sangat sepi, dimana tidak banyak orang dan sedikit toko, membuat Sumini kaget. Tapi sekarang ia sudah merasa King Island sebagai rumahnya.

Sumini Bowling in her kitchen on King Island.
Sumini Bowling mengatakan kondisi King Island sangat jauh berbeda dengan tempat tinggalnya di Indonesia.

ABC Landline: Margot Kelly

“Karena kebebasan dan merasa aman disini, kita tidak perlu mengunci mobil dan hal lainnya,” ujar Sumini.

“Di Indonesia, kita harus mengunci semuanya.”

Ketika pertama kali Sukma Bowling mengunjungi perternakan milik kakeknya, ia benar-benar gembira melihat lahan pertanian yang luas.

“Hari pertama disini, dia keluar dan berguling-guling di rumput, karena belum pernah melihat hamparan rumput sebelumnya,” ujar Peter Bowling, kakek tiri Sukma.

Peter Bowling in his shed on King Island.
Peter Bowling telah mengajarkan cucunya soal pertanian dan peternakan.

ABC Landline: Margot Kelly

Mengikuti jejak kakeknya

Sebagai anak kota, Sukma tak pernah menyangka dirinya akan menjadi petani dan peternak. Setelah ia lulus sekolah, kakeknya menawarkannya pekerjaan.

Ia pun tak luput dari melakukan kesalahan seperti biasanya, traktor yang menyangkut dan kadang-kadang tersesat sendiri di lahan perternakan yang luasnya mencapai 2.500 hektar.

“Ia tidak tahu apa-apa sebelumnya, jadi saya mengajarinya,” kata Peter.

Sukma Bowling holds a surfboard and walks over rocks.
Sukma benar-benar menikmati kehidupannya di King Island.

ABC Landline: Margot Kelly

Sukma sekarang senang bekerja dengan 2.200 ekor hewan ternak Murray Gray.

Ketika ia sedang tidak sedang bekerja di peternakan, Sukma memilih untuk menyelam untuk mencari kerang jenis ‘abalone’ atau ‘crayfish’, sejenis lobster dengan ukuran lebih kecil.

Mudah pula baginya untuk menemukan lokasi berselancar, atau ‘surfing’ di kawasan ini setiap harinya sepanjang tahun.

Bagi Sukma, tinggal di kawasan pedalaman Australia justru membukanya banyak kesempatan, asal memiliki pemikiran yang jelas.

“Banyak yang bilang, ‘oh saya bisa bosan’, tapi itu tergantung pikiran kita, kalau mau punya hidup yang bosan atau merasa bosan, ya maka terjadi.”

Keluarga Bowling mengaku memiliki keterikatan keluarga yang sangat kuat.

Sukma mengatakan hal terbaik dari bertani dan berternak adalah menghabiskan waktu dengan kakek dan neneknya.

Neneknya, Evon Bowling, merasa sangat senang melihat Sukma menikmati kehidupannya di King Island.

Evon Bowling on King Island.
Evon Bowling merasa bahagia melihat cucunya menikmati kehidupan di King Island.

ABC Landline: Margot Kelly

“Dari pandangan saya, benar-benar ada kepuasan melihat kita bisa menawarkan lingkungan yang membuat Sukma merasa bahagia,” ujarnya.

Sukma masih berkunjung ke Indonesia, meski ia merasa bersyukur bisa pindah ke King Island.

“Berada disini benar-benar menjadi sebuah keistimewaan bagi saya, untuk bisa diterima oleh keluarga juga oleh semua hal di pulau ini.”

Tonton kehidupan Sukma di King Island di acara Landline di ABC TV, hari Minggu (15/03/2020) atau lewat iview.