Menyaksikan Bagusnya Fasilitas Olahraga di Australia
Sebagai bagian dari program pelatihan Women in News and Sports yang diselenggarakan ABC dan Departemen Luar Negeri Australia, Aprelia Soewarto dari Tabloid Bola mengunjungi Sydney dan Melbourne. Inilah kesannya melihat berbagai fasilitas olahraga di kedua kota itu.
Saya berkesempatan mengunjungi Australia pada 27 Januari hingga 4 Februari 2017 sebagai bagian dari program Women in News and Sports (WINS) yang diselenggarakan International Development Austalian Broadcasting Corporation (ABC).
Saya berkunjung ke dua kota, Melbourne dan Sydney. Kota yang pertama saya sebutkan berhasil membuat saya jatuh hati. Bukan hanya karena keramahannya, melainkan juga karena kota ini sangat dekat dengan olahraga.
Kota dengan populasi lebih dari 4,5 juta jiwa ini memiliki beberapa stadion yang bisa digunakan untuk menggelar berbagai cabang olahraga.
Salah satunya adalah arena tenis di Melbourne Park yang merupakan gelanggang Grand Slam Australia Terbuka dan Sungai Yarra yang merupakan arena para pedayung.
Rod Laver Arena yang terletak di Melbourne Park pun menjadi arena yang paling mencuri perhatian saya. Lapangan utama di Australia Terbuka ini memiliki fasilitas yang sangat baik.
Dengan kapasitas stadion yang menampung hampir 15.000 orang, Rod Laver Arena memadukan kemegahan dengan kenyamanan dan efisiensi.
Megah itu terwujud dalam bentuk stadion yang moderen dan tempat duduk yang nyaman serta kemajuan teknologi yang digunakan di layar-layar LED di banyak tempat di dalam stadion.
Kenyamanan diberikan kepada seluruh pengunjung. Ya, berbagai macam kudapan disediakan.
Bahkan, terdapat arena bermain untuk anak-anak di sekitar Rod Laver Arena.
Efisiensi terwujud dalam letak Melbourne Park yang seperti berada di tengah kota Melbourne.
Melbourne Park sangat mudah dijangkau dari pusat kota dan menuju ke arena yang dibuka pada 1988 ini bisa berjalan kaki, bus, tram, atau menggunakan mobil pribadi. Semuanya sangat mudah.
Melbourne Park pun berdekatan dengan Sungai Yarra. Pada pagi, siang, dan sore hari, para pedayung yang tergabung dalam klub dayung lokal berlatih di sungai ini.
Sungai yang bersih ini memastikan para pedayung ini bebas berlatih. Hal ini tentu kontras dengan kondisi pelatnas dayung Indonesia yang harus berlatih di Waduk Jatiluhur atau di Situ Cileunca karena sama sekali tak ada sungai yang layak untuk berlatih dayung di tengah kota.
Etihad Stadium (Docklands Stadium)
Setelah saya terkesima dengan Melbourne Park, saya melanjutkan menjelajahi Melbourne dengan mengunjungi Etihad Stadium atau yang juga dikenal dengan nama Docklands Stadium.
Stadion yang terletak di Harbour Esplanade ini bisa menampung lebih dari 50.000 penonton. Arena yang dibuka pada tahun 2000 itu juga menjadi markas Australian Football League (AFL) alias AFL House.
Terdapat lima tim AFL yang menjadikan stadion ini sebagai kandang mereka, yakni Carlton, Essendon, North Melbourne, St Kilda, dan Western Bulldogs.
Kunjungan saya ke stadion yang memiliki fasilitas lengkap, seperti kursi dan atap yang bisa dipindahkan, ruang sauna, dan kolam pemulihan, ini pun bisa dibilang beruntung.
Soalnya, AFL tengah mempersiapkan kompetisi pertama untuk kategori putri dan area lobi kantor AFL masih dipenuhi promosi turnamen putri berupa foto dari para publik figur Australia yang mendukung digelarnya turnamen tersebut.
Salah satu foto tokoh yang langsung mencuri perhatian saya adalah Cathy Freeman, eks pelari Australia.
Cerita tentang kompetisi putri ini terus berlanjut. Dalam perjalanan saya menggunakan pesawat dari Melbourne ke Sydney pun, saya sempat berbincang-bincang dengan seorang bapak yang duduk di sisi kanan saya.
Ketika saya menyebutkan bahwa AFL akan menggelar kompetisi putri, dia sangat senang dan sempat menyebutkan bahwa turnamen itu bisa menginspirasi anak-anak untuk bisa menjadi pemain footy (sebutan australian football).
Bahkan, pria berusia matang yang akan pulang ke rumahnya di Cairns itu juga mengaku bahwa dia adalah penggemar AFL, kriket, dan rugbi serta dia masih aktif berolahraga.
Berada di Melbourne Park dan Etihad Stadium serta bertemu dengan pria ini membuat saya berpikir, kapan Indonesia memiliki fasilitas ciamik seperti ini yang terawat dan mudah dijangkau oleh siapa saja serta kapan masyarakat yang sudah tak muda lagi bisa seaktif dan sebugar pria ini.
Pesona Sydney
Saya sudah dimanjakan dengan menikmati desain serta kemegahan arena-arena olahraga di Melbourne. Perjalanan saya di Sydney pun tak kalah menariknya. Saya pikir, saya hanya akan cinta Melbourne, ternyata Sydney pun bisa menarik hati saya.
Ya, Sydney. Bagi saya, asosiasi kota ini hanya satu, Olimpiade 2000. Jadi, saya sangat bersemangat ketika mengunjungi Sydney Olympic Park.
Yang lebih menyenangkan lagi adalah saya menyebrang menggunakan feri dan sebuah bus untuk menuju ke kompleks olahraga tersebut.
Ketika memasuki kompleks tersebut, saya hanya memikirkan satu hal, yakni bagaimana kawasan ini tetap bertahan sepanjang 17 tahun setelah menggelar Olimpiade pada 2000?
Pertanyaan saya itu terjawab ketika mengunjungi ANZ Stadium. Saya sempat mengikuti tur di stadion dengan kapasitas lebih dari 80.000 orang ini.
Stadion yang akan digunakan untuk konser Justin Bieber dan Adele pada pertengahan Maret ini masih sangat terawat, memiliki arena khusus untuk para anggotanya, memiliki studio mini untuk menyaksikan sejarah Olimpiade, dan masih banyak lagi hal menarik yang dimiliki stadion ini yang membuat saya iri.
Ya, saya iri karena Indonesia seharusnya punya stadion seperti ini. Stadion yang megah, terawat, bersih, berisi sejarah yang bisa diceritakan kepada masyarakatnya dan para turis yang berkunjung ke Indonesia.
Namun, mimpi saya itu mungkin akan terwujud beberapa tahun lagi atau mungkin setelah Asian Games 2018. Sebelum itu terwujud, saya mau kembali menceritakan tentang Sydney Olympic Park.
Setiap fasilitas yang ada di Sydney Olympic Park dijaga dan dirawat. Mulai dari arena akuatik sampai lapangan atletik.
Biaya perawatannya memang tak sedikit dan diperlukan biaya untuk staf yang bekerja di arena-arena tersebut.
Akan tetapi, semua itu terbayarkan dengan kepuasan para pengunjung, fasilitas olahraga yang baik untuk para atlet profesional dan amatir, serta infrastruktur ini menjadikan masyarakat terus dekat dengan olahraga.
Sebagai penggemar olahraga, saya sangat suka dengan seluruh infrastruktur olahraga di kedua kota yang saya kunjungi dan tetap berharap suatu hari nanti Indonesia bisa memiliki dan merawat fasilitasnya seperti ini.
Selain itu, saya juga menyadari mengapa olahraga Australia bisa sangat maju. Salah satunya adalah masyarakat yang cinta olahraga dan sarana yang sangat baik.
*Aprelia Soewarto adalah Redaktur Olimpik di Tabloid BOLA di Jakarta.