ABC

Menunduk ketika Ber-SmartPhone, Leher Pikul Beban Setara 6 Bola Bowling

Meningkatnya penggunaan aplikasi berkirim pesan melalui ponsel pintar memicu maraknya keluhan ‘text neck’ atau tekanan berlebihan disekitar leher terutama di kalangan remaja. Studi menunjukan posisi kepala orang ketika ber-SMS menempatkan tekanan pada tulang belakang setara dengan berat rata-rata anak berusia 12 tahun atau sekitar enam buah bola bowling.

Fenomena keluhan ‘text neck’ ini diungkapkan Dr Ken Hansraj, Kepala Operasi dan Rehabilitasi Medis Tulang Belakang dari New York, AS  yang baru saja mempublikasikan risetnya di Jurnal Teknologi Operasi Kedokteran Internasional.
 
Dalam artikelnya di jurnal tersebut DR. Hansraj mengaku dia semakin banyak merawat pasien yang mengalami masalah pada tulang belakangnya karena apa yang disebutnya sebagai  ‘text neck’.
 
 “Text neck adalah kondisi nyeri dibagian leher diikuti dengan perubahan pada struktur tulang leher yang terlihat dari hasil x-ray dan radiografis dan kondisi ini terjadi akibat orang melakukan posisi yang buruk (poor posture) dan tekanan berlebihan pada tulang belakang bagian leher (cervical spine),” papar Dr. Hensraj.
 
Dr. Hensraj mengaku dirinya sangat khawatir dengan fenomena ‘text neck’ ini, terutama di kalangan remaja. Dr. Hensraj mengaku dia memiliki anak laki-laki yang berusia remaja dan ketika berkumpul dengan teman-temannya mereka malah asik bermain games dan berbicara lewat ponsel mereka dalam keadaan menundukan kepala. 
 
“Saya dokter operasi tulang belakang dan ada banyak anak-anak muda yang datang ke saya dengan keluhan sakit dibagian leher dan tulang belakang mereka dan itu terkait dengan posisi postur tubuh mereka ketika beraktifitas sehari-hari,”
 
Dalam studinya Dr. Ken Hensraj mendapati dalam posisi leher tegak lurus dengan kepala atau pada posisi netral, besar tekanan yang dialami tulang leher untuk sekitar  10-12 pounds itu setara dengan 4,5 kg – 6,8kg dan itu merupakan posisi yang dikatakannya paling baik dan efisien.
 
Dan semakin condong letak kepala seseorang,  maka tekanan yang ditanggung tulang leher semakin bertambah. Misalnya saja jika seseorang mencondongkan kepala  15 derajat ke arah depan, maka tulang leher kita menopang berat dua kali lipat dari berat tekanan kepala yang tegak lurus dengan leher. yakni sebesar 27 pounds atau sekitar 12,25kg.
 
Dan beban paling berat yang ditanggung tulang leher adalah jika orang mencondongkan kepalanya ke depan sebesar  60 derajat. Karena posisi itu menghasilkan tekanan sebesar 60 pounds juga dibagian utlang leher yang setara dengan 27,22 kg.
 
Ironisnya inilah posisi tubuh kebanyakan orang ketika menggunakan ponsel pintar mereka untuuk berkirim pesan atau menggunakan aplikasi lainnya.
 
Dr. Ken Hensraj mengatakan orang pada umumnya tidak menyadari betapa mereka telah memberi beban berlebihan pada kanal tulang belakang mereka terutama tulang leher. 
 
“Dalam posisi netral tekanan yang ditanggung tulang leher sebesar 10 pound atau 4,5 kg dan itu setara dengan berat satu bola bowling. Jadi jika Anda mencondongkan kepala 15 derajat kea rah depan, tekanan yang ditanggung tulang belakang bagian leher Anda setara dengan berat 3 bola bowling. Pada posisi 30 derajat Anda memiliki empat bola bowling, dan pada posisi 45 derajat Anda memiliki lima bola bowling dan itu sangat  konyol. Ini merupakan jumlah tekanan yang luar biasa untuk ditanggung leher Anda.” Katanya.
 
Dalam studinya Dr. Henraj juga mendapati untuk bisa membawa leher pada posisi netral, seseorang harus membawa telinganya tepat di atas tulang bahu meregang.
 
Untuk menghindari text neck, Dr Henraj menyarankan agar masyarakat selalu peduli dengan letak posisi kepala mereka setiap saat.  Dan usahakan untuk meletakan ponsel ke atas sejajar dengan mata ketika menggunakan ponsel, sehingga dengan demikian kepala dan leher  bisa tetap dalam posisi netral atau tegak lurus.
 
“Pesan saya Anda harus selalu sadar dan cerdas mengenai posisi kepala Anda dimanapun Anda berada. Sehingga Anda akan tetap berusaha menjaga kepala Anda netral dengan membawa ponsel pintar Anda ke atas bukan  menunduk,” kata Dr. Ken Henraj.