ABC

Menlu Australia Kunjungi Myanmar, Soroti Kondisi HAM Muslim Setempat

Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop akan tiba di Rangon, Rabu (2/7/2014) hari ini dalam kunjungan resmi kenegaraan pertamanya ke Myanmar. Bishop diperkirakan akan mengungkapkan perhatiannya terhadap pelanggaran HAM terutama yang dialami kaum Muslim di Myanmar barat.

Dia akan bertemu Presiden Myanmar Thein Sein dan pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi di sela-sela kunjungannya ke ibukota Myanmar, Naypyiday.

Kunjungan Bishop dimaksudkan menunjukkan dukungan Australia terhadap proses transisi yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar dari rezim militer ke pemerintahan demokrasi.

Tahun ini negara Myanmar, yang juga disebut Burma, akan mengambil posisi penting dalam memimpin ASEAN, sebuah kehormatan yang belum pernah dipegang oleh negara ini sebelumnya. 

Pendidikan dan pemberdayaan perempuan akan menjadi prioritas utama dalam kunjungan Bishop di Myanmar selama tiga hari. 

"Australia memegang peran penting dalam mendukung perkembangan dan reformasi ekonomi Burma, secara khusus dalam mempromosikan kesempatan pendidikan yang lebih besar untuk membantu menciptakan stabilitas dan damai," ujarnya dalam sebuah pernyataan tertulis.

Bishop juga akan mengungkapkan perhatiannya terhadap pelanggaran hak-hak asasi manusia di Myanmar, terutama yang dialami kaum Muslim di Myanmar barat. 

Kekerasan di negara bagian Rakhine telah mengakibatkan lebih dari 100,000 orang mengungsi pada enam bulan terakhir.

Myint Thein, warga Rohingya dari Rakhine, berkata komunitasnya yang berjumlah 400,000 orang saat ini tinggal di tempat pengungsian dimana setiap keluarga hanya diberi tempat seluas 2 meter persegi untuk tinggal.

Dia menambahkan orang yang tinggal di sana juga mengeluhkan pelayanan medis. Sekitar 50 pengungsi telah meninggal dalam dua tahun terakhir, banyak di antaranya perempuan hamil.

Banyak kaum Muslim Rohingya tidak mendapatkan pelayanan kesehatan di masyarakat yang mayoritasnya beragama Budha. 

Sebelumnya, banyak organisasi kesehatan international, seperti Doctor Without Borders dan Malteser International, diusir dari Myanmar barat.

Koordinator Malteser Johannes Kaltenbach berkata organisasinya diserang di bulan Maret karena memindahkan bendera Budha dari pos pusatnya. Akibat serangan itu, 200 pasien Rohingya terlantar.

Menlu Julie Bishop akan mendiskusikan nasib buruk kaum Rohingya dalam pertemuannya dengan Presiden Thein Sein, hari Kamis (3/7/2014).