ABC

Menjenguk Kerajaan Anjing Laut di Pulau Karang Phillip Island

Selain penguin, ada pula atraksi 'kerajaan' anjing laut di lepas pantai Phillip Island, Victoria, Australia. Namun, perlu perahu motor menuju tengah laut untuk melihatnya.

Sejumlah jurnalis Indonesia atas undangan Australia Plus ABC International pada September 2015 lalu berkesempatan menengok 'kerajaan' anjing laut dengan kapal Wild Ocean Ecoboat Tours.

Berangkat dari dermaga Rhyll (Rhyll Jetty), rombongan naik kapal motor RIB (rigid-hulled inflatable boat) dengan kapasitas kursi yang nyaman sebanyak 47 orang. Di depan kapal itu ada GPS-nya sehingga penumpang tidak buta lokasi yang sedang dituju.

Di atas kapal ada 4 kru, 2 laki-laki dan 2 perempuan. Yang perempuan bertugas memberikan penjelasan bak pemandu tur. Sedangkan 2 laki-laki memegang kemudi kapal dan berjaga di belakang.

"Hai apa kabar? Kalau Anda tahan mual Anda bisa duduk di depan, karena goncangan di depan cukup kencang. Kalau Anda tak tahan, silakan ke belakang, agar goncangannya tak begitu terasa, namun anginnya kencang. Kalau tidak, silakan duduk di bagian tengah," jelas staf edukasi dan informasi Phillip Island, Helen, lewat mikrofon portabel dengan suara kencang nan atraktif.

Sejenak kemudian kapal berdebam-debam mengantam ombak. Tak lama, sampailah di suatu pulau karang. Baunya amis tak keruan. Helen berteriak, "Lihat, kerajaan anjing laut di sana".

Dan dari arah yang ditunjuk Helen, tampaklah puluhan, bahkan bisa mencapai seratusan lebih anjing laut bergoleran di atas pulau karang. Ada yang mencoba memanjat pulau karang, ada yang berjemur dan eits, ada juga yang melompat dan berenang-renang mendekati kapal.

"Ada sekitar 15 ribu anjing laut di pulau karang. Total keseluruhan koloni adalah 30 ribu ekor," jelas Helen.

Tiap tahun, ada 6 ribu ekor anjing laut yang lahir. Anjing laut yang gendut-gendut karena lemaknya tebal itu juga punya predator. Predatornya adalah ikan hiu.

"Anjing laut jantan punya wilayah kekuasaan sendiri, kalau betinanya masuk, maka jadi miliknya. Betinanya melahirkan, kemudian mengajarkan anak-anaknya belajar berenang, seperti di sebelah sana," tutur Helen sambil menunjuk anjing laut kecil belajar berenang di air yang dangkal.

Puas jepret-jepret dan mengagumi anjing laut di alam aslinya, kapal Sea Print pun berbalik. 1 Jam kami kembali lagi ke dermaga Rhyll.

Kapal Sea Sprint ini beroperasi setiap hari, kala musim panas bisa 4 kali sehari dan kala musim dingin dan musim semi, hanya sekali sehari. Untuk melihat anjing laut di pulau karang lepas pantai Phillip Island itu, Anda harus merogoh AU$ 85 per orang. Biaya itu akan dikembalikan untuk penelitian dan konservasi anjing laut. 

 

Uang Datang dari Turis untuk Konservasi

Kini kawasan konservasi itu diserahkan dan dikelola Phillip Island, organisasi nirlaba yang independen yang mendanani dirinya sendiri untuk konservasi dan riset kehidupan alam liar di Phillip Island.

"Kami mandiri dan organisasi nirlaba, segala pendapatan turisme ini dikembalikan lagi pada upaya konservasi, bagaimana menjaga kehidupan liar ini dengan alami," tutur CEO Phillip Island, Matthew Jackson.

Matthew menambahkan dia tak mendapatkan dana dari pemerintah. Dia hanya memastikan bahwa pendapatan turisme dikembalikan untuk konservasi.

"Kami tak akan membiarkan turis datang tanpa berkontribusi bagi konservasi, jadi kami akan menutup lingkaran ini, mendanai turisme, mendanai konservasi. Tak banyak aktivitas, tapi konservasi," tegas Matthew.

Selain kegiatan konservasi, kegiatan riset juga akan dipertahankan. Riset dan konservasi diperlukan untuk menjadi organisasi riset alam liar di tingkat dunia.

"Itu core business kami, konservasi, kami akan membangun pemantau penguin di masa depan," tuturnya.

Matthew menambahkan bahwa pihaknya merupakan salah satu organisasi yang sangat ahli dalam spesies little penguin alias penguin kecil.

"Program riset kami di Phillip Island sudah berlangsung selama 45 tahun, untuk memantau populasi penguin. Kami menghabiskan jutaan dollar per tahun yang kami dapat dari kegiatan turisme untuk memastikan keberlangsungan hidup penguin," jelas dia.

Menjaga keseimbangan antara kegiatan turisme dan konservasi alam memang menjadi tantangan. Namun dengan siklus semua uang dari kegiatan pariwisata dikembalikan lagi ke kegiatan penelitian dan konservasi.

"Kami sangat punya keseimbangan. Kami habiskan AU$ 4 juta (Rp 40 miliar) per tahun untuk dikembalikan menjaga lingkungan dengan pakar yang sangat ahli dan peneliti yang memiliki pengalaman 20 tahun lebih. Kami memastikan bahwa lingkungan itu tidak dipakai berlebihan. Kami punya studi panjang, keahlian, untuk melakukan ekoturisme kelas dunia," jelas Matthew.

Ditambahkan peneliti biologi kelautan Phillip Island Dr Duncan Sutherland bahwa ada ketergantungan yang saling menguntungkan antara pendapatan dari pariwisata dengan konservasi penguin.

"Itu membutuhkan satu sama lain dan itu sangat sukses di sini," tutur Duncan.

*Dapatkan kesempatan memenangkan boneka beruang Bobbie, khas Australia, yang memiliki harum bunga lavender dengan menceritakan apa yang paling Anda sukai dari Australia. Caranya? Tulis di akun Twitter Anda dengan tag #JendelaAustralia. Ikuti akun @APlusIndonesia untuk mengetahui pemenangnya.