ABC

Menjalin Persahabatan Indonesia dan Australia Lewat Seni

Hubungan antar warga, atau people-to-people relationship, Australia dan Indonesia sudah cukup banyak tercermin dalam kegiatan pendidikan, bahasa, budaya, dan perdagangan.

Tetapi bagaimana dengan di bidang seni kontemporer?

Annie Gobel mencoba menciptakan hubungan seni dengan seniman muda Australia.
Annie Gobel mencoba menciptakan hubungan seni dengan seniman muda Australia.

Foto: Timur Imam Nugroho

Annie Gobel, seniman kelahiran Jakarta yang kini menetap di Melbourne, mengatakan tidak cukup banyak mengetahui kolaborasi yang sudah terjalin antara Indonesia dan Australia.

“Saya sudah mulai sering mendengar seniman-seniman Indonesia yang menggelar pameran di Australia,” ujar Annie kepada Erwin Renaldi dari ABC di Melbourne.

“Tapi apakah pameran mereka suatu kolaborasi, saya kurang tahu. Mungkin saja sudah banyak, tapi karena tidak banyak dipublikasikan, maka tidak banyak komunitas, di luar komunitas seni, yang mengetahuinya.”

Mungkin bisa dikatakan tanpa sengaja, Annie pernah membuat sebuah kolaborasi, dalam pamerannya yang berjudul ‘Complete Me’ pada bulan Agustus lalu.

Proyek ini masih akan terus berlangsung dengan mengajak seniman-seniman Australia lain yang tertarik untuk terlibat.

Pada awalnya, ia mengaku tidak berniat secara khusus untuk melakukan kolaborasi dengan seniman-seniman muda di Australia.

“Konsep dari proyek ini adalah mengenai awal saya pindah ke Australia untuk sekolah, kemudian harus mulai berteman dengan orang-orang yang bukan berasal dari Indonesia.”

Annie menjelaskan ‘Complete Me’ terinspirasi dari saat-saat ia dimana ia harus belajar berteman dengan orang-orang Australia.

Sebagai seniman wearable art, Annie meminta rekan-rekan seniman Australia untuk menyelesaikan potongan-potongan komponen metal. Komponen metal ini biasanya ia gabungkan menjadi perhiasan dengan menggunakan teknik enamel.

Dengan menggunakan komponen-komponen yang Annie sediakan, ia membiarkan para seniman Australia untuk bebas berekspresi lewat teknik dan bahan yang mereka ingin ciptakan. Menurut Annie, teknik menggabungkan ini memberikan identitas baru pada karya seninya.

“Para seniman menyelesaikan komponen saya dengan menggabungkan sesuai dengan teknik seni mereka,” tambahnya.

Annie menjelaskan rincian proses kolaborasinya dalam sebuah forum Meet The Neighbours, yang digelar oleh Garland Magazine, majalah digital dari lembaga World Crafts Council Australia, hari Selasa (21/11/2017) di RMIT.

Acara tersebut juga menghadirkan mahasiswi PhD asal Indonesia, Nuraini Juliastuti, pendiri KUNCI di Yogyakarta dan Profesor Julian Goddard, Kepala RMIT School of Art.

Bersama seniman bernama Marcos Guzman, misalnya, Annie menjelaskan karya seni yang dihasilkan ingin menggambarkan pertemanan mereka, yang beberapa kali sudah pernah nongkrong bareng di kedai kopi dan teh.

Marcos Guzman mencoba menyampaikan persahabatan dengan menggabungkan karya milik Annie.
Marcos Guzman mencoba menyampaikan persahabatan dengan menggabungkan karya milik Annie.

Foto: Timur Imam Nugroho

Ada pula kolaborasi unik yang mengkontraskan komponen metal milik Annie yang keras, dengan bahan organik, yang terbuat dari terong.

Ruby Aitchison mengabungkan dua komponen yang jauh berbeda ini untuk melambangkan keterkaitan dan persahabatan yang terus tumbuh diantara mereka berdua

Komponen metal karya Annie yang digabungkan dengan terong hasil karya Ruby Aitchison
Komponen metal karya Annie yang digabungkan dengan terong hasil karya Ruby Aitchison

Foto: Timur Imam Nugroho

Seniman lain yang ia ajak berkolaborasi adalah John Brooks, yang menggabungkan komponen metal Annie dengan berbagai bahan organik seperti benang kapas, bahan rambut untuk membuat wig, bulu-bulu dari bahan akrilik, hingga mutiara.

John menggabungkan karyanya dengan menggunakan teknik anyaman.

Ia juga berkolaborasi dengan seniman-seniman muda berbakat lainnya, seperti Freÿa Black, Louise Meuwissen, Nell Grant, dan Bianca Mavrick.

“Lewat pameran ini, saya merasakan betapa pentingnya berkolaborasi, apalagi antar negara.”

“Tantangan terbesar adalah fasilitas, dan jujur saja, finansial. Saya beruntung tinggal di Melbourne dan memiliki akses langsung ke seniman-seniman di Australia,” ujar Annie, lulusan Bachelor of Fine Arts in Gold and Silversmithing RMIT tersebut.

Menurutnya, apa yang bisa lebih banyak dilakukan adalah pertukaran seni antar negara, atau mendatangkan kurator-kurator dari kedua negara untuk bisa membuat proyek kolaborasi.

“Ini baru saja dilakukan oleh Dia.Lo.Gue.Artspace, dengan mengajak seniman-seniman Indonesia berpartisipasi di Unknown Asia Art Exchange Osaka. Hal yang sama juga bisa dilakukan dengan Australia,” jelas Annie yang pernah meraih Radiant Pavillion People’s Choice.

Annie mengatakan setiap negara tentu memiliki selera dan persepsi yang berbeda soal seni. Tapi menurutnya, seniman tidak seharusnya terpaku dengan pasar.

Ia mengajak seniman-seniman muda memiliki peranan untuk menyatakan sesuatu yang baru, atau bahkan menantang selera yang yang sudah ada.