ABC

Meningkat Desakan Izin Mengakses Akun Pengguna Sosmed yang Meninggal

Agar memudahkan kerabat mengakses akun digital mereka di internet, warga Australia semakin banyak yang memasukan pengelolaan akun digital mereka dalam daftar surat wasiat mereka. 

Seorang pengacara wasiat dan rumah warisan di Tasmania, Kimberley Martin menyarankan warga Australia untuk mendesak perusahaan pengelola akun digital di internet seperti Facebook, Google, Twitter dan lain-lain untuk memberikan akses kepada kerabat dari pemilik akun yang sudah meninggal.
 
Saran ini dilatar belakangi fakta kalau saat ini diperkirakan lebih dari 30 juta dan 1,3 miliar pengguna Facebook sudah meninggal dunia, dan kerabat dan anggota keluarga dari mereka sulit mengakses akun mendiang.
 
"Setiap hari ada 8,000 pengguna Facebook yang tutup usia di seluruh dunia," kata pengacara wasiat dan rumah warisan di Tasmania, Kimberley Martin.
 
"Setiap dari mereka meninggalkan catatan digital mengenai kehidupan mereka, mulai dari foto, video dan percakapan personal, namun kerabat dan anggota keluarga yang ditinggalkan kesulitan untuk mengakses akun mereka jika sudah tidak digunakan lagi." tambahnya.
 
Kesulita ini terjadi pada seorang warga Inggris, Emilly Baxter. Pada 12 Oktober 2012 lalu saudara laki-lakinya Edward Drummond-Baxter yang merupakan seorang tentara tewas dalam serangan yang terjadi dalam penugasan pertamanya di Afghanistan, namun akun facebooknya masih tetap aktif.
 
Emily  terpaksa menulis surat dengan menyertakan bukti kematian kakaknya – berupa sertifikat kematian dan kliping berita – kepada pengelola Facebook sebelum akhirnya dia bisa mengambil alih akun saudara laki-lakinya tersebut.
 
Emily juga berusaha mengambil alih akun email dan akses ke sejumlah dokumen penting terkait dengan rumah tinggal milik kakaknya, namun Google menolak memberitahu pasword dengan alasan privasi.
 
Di sejumlah kawasan di AS, seperti Delaware, sejumlah warga mendesak pemerintah setempat untuk mendesak perusahaan Google memberikan akun akses kepada anggota keluarga dari pengguna mereka yang sudah meninggal.
 
Martin mengatakan warga Australia harus mengikuti langkah warga Delaware untuk mendesak pemerintah melakukan hal yang sama.
 
"Saya kira aturan hukum seperti ini penting karena tanpa adanya pedoman, pengacara tidak hanya kesulitan untuk mengetahui cara-cara mana yang harus ditempuh dan kemana harus mencari informasi yang benar tapi semakin hari semakin banyak warga yang berhadapan dengan masalah seperti ini setelah anggota keluarga mereka meninggal dan mereka tidak tahu bagaimana bisa mengakses akun digital anggota keluarga yang disayanginya," kata Martin.
 
Banyak kliennya sekarang menanggapi serius masalah ini dengan memasukan ke dalam wasiat mereka daftar pasword email, akun perbankan dan akun sosial media mereka.
 
Cara ini memungkinkan wali pengelola mereka untuk mematikan akun mereka dan menghapusnya dari situs tersebut.
 
Martin mengaku semakin banyak menyusun wasiat yang memasukan kedalamnya perintah untuk mengelola hal yang disebutnya sebagai 'aset digital' milik seseorang.
 
"Petunjuk itu mencakup seluruh arsip personal seseorang yang ada di komputer merupakan salah satu yang saya susun dalam daftar wasiat baru-baru ini," katanya.
 
"Perintah lainnya juga seperti menghapus semua foto dan mengcopy ke-USB untuk setiap anggota keluarga yang berbeda," katanya.
 
Brian Hay dari Kepolisian Queensland dan Pasukan Khusus Kejahatan Siber mengatakan akun Facebook atau akun email yang dilupakan bisa dibajak orang dan digunakan sebagai identitas pencuri.
 
Menurutnya orang yang sudah meninggal menjadi sasaran yang mudah karena biasanya akun mereka tidak dimonitor.

Karenanya ia memperingatkan orang untuk tidak meninggalkan jejak digital yang besar di internet setelah meninggal, tapi tampaknya tidak semua pengguna internet ingin kehidupan digital mereka  mati bersama mereka.

 
Belakangan meningkat permintaan pada layanan DeadSocial, sebuah akun sosmed yang mendistribusikan pesan pra-recorded atau yang telah direkam terlebih dahulu untuk kerabat dari orang yang meninggal, selama bertahun-tahun di masa yang akan datang.
 
Menurut pengelola layanan DeadSocial, pesan ini bisa dijadwalkan untuk dikirim pada hari ulang tahun, peringatan tertentu dan juga tahapan kehidupan lainnya.
 
Layanan sejenis lainnya, LivesOn, yang masih dalam tahap pembangunan juga memungkinkan pengguna Twitter tetap mengunggah tweet mereka setelah meninggal.
 
Teknologi ini bisa menangkap tweet yang dikirim dari akun itu dan memotong-motongnya untuk menjadi tweet baru.
 
Dr Michael Arnold dari Universitas Melbourne mengatakan cara orang berinteraksi dengan orang yang sudah meninggal dunia saat ini sudah berubah.
 
"Beberapa orang akan mendapati hal semacam ini sebagai sesuatu yang menakutkan, tapi tidak semua beranggapan demikian," katanya.
 
"Contohnya sejumlah orang memilih tetap menggunakan rekaman suara atau Voicemail dan mendengarkannya berulang-ulang lagi,"
 
"Tampaknya itu bisa menjadi cara yang menenangkan untuk mereka,  sama saja, tetap menerima email dari orang yang sudah meninggal juga bisa menjadi hal yang dapat menenangkan bagi orang tertentu," katanya.