Mengenalkan Potensi Wisata Pedalaman Lewat Aplikasi Ponsel
Para wisatawan seringkali melewatkan sebagian besar pedalaman Australia, namun sebuah aplikasi ponsel yang baru bisa mengubah hal itu.
Couchsurfing -sebuah aplikasi yang menghubungkan pemilik properti dengan wisatawan untuk akomodasi gratis -dimulai pada tahun 2004 dan kini telah mencapai empat juta pengguna dengan 400.000 pemilik properti di seluruh dunia.
Salah seorang pemilik properti di Queensland tengah telah menggunakan aplikasi ini untuk menampilkan daerah tempat tinggalnya, yang seringkali tak terjamah rute pariwisata.
Sejak bergabung lebih dari setahun yang lalu, Becky Bowen telah menerima sedikitnya 170 orang di rumah Rockhampton-nya dan bangga menunjukkan daerahnya kepada para wisatawan.
Respon yang diterimanya-pun sejauh ini positif.
"Seorang gadis mengatakan, daerah ini adalah tujuan terbaiknya di Australia,” kata Becky.
“Saya langsung berujar ‘wow’, yang saya lakukan adalah membawanya ke Mt Archer, Byfield, dan menunjukkan padanya beberapa daerah kecil dan ia benar-benar menyukainya,” tutur Becky.
Ia lalu menceritakan, “Kami kedatangan orang-orang yang awalnya minta tinggal selama dua hari tetapi malahan tinggal selama seminggu. Mereka suka tempat ini bukanlah kota yang sibuk, dan masih banyak yang bisa dilakukan.”
Becky memiliki daftar panjang tujuan yang bisa dikunjungi, termasuk Pusat Budaya Dreamtime untuk belajar tentang budaya Aborijin setempat, dan bangunan batu pasir tua di sepanjang jalan Quay Street.
“Saya biasanya tak menerima orang yang hanya tinggal satu malam karena saya ingin mereka menjelajahi kota ini,” ujarnya.
Ia menyambung, “Jika Anda datang pada malam hari dan pergi di pagi hari, saya tak akan menerima Anda, karena itu bukanlah tujuannya.”
Pemilik properti putuskan siapa yang bisa tinggal
Becky -yang pernah menggunakan aplikasi tersebut untuk bepergian ke Cooktown dengan dua anaknya -mengatakan, ini adalah masalah kepercayaan, dan juga menjadi selektif.
Ia lalu menuturkan, dirinya tak punya pengalaman buruk, tapi ia tidak akan menerima orang tanpa referensi, atau mereka yang tak meluangkan waktu untuk mengisi profil mereka di aplikasi dengan benar.
"Saya memiliki profil, dan di profil itu ada fotonya, apa yang bisa saya tawarkan, dan kemudian mereka akan mengajukan permohonan dan mengatakan berapa banyak orang yang tinggal, berapa lama mereka ingin tinggal,” jelas Becky.
Ia memaparkan, “Beberapa orang menulis cerita yang benar-benar bagus, dan beberapa di antaranya cukup membosankan, dan saya membaca referensi mereka dan jika saya pikir mereka ingin tinggal, saya akan menerimanya.”
Apakah hal itu telah membuka matanya tentang potensi lokal?
“Ya. Saya pikir itu membuat saya menghargai apa yang kami miliki di Australia,” jawabnya.
Becky berencana untuk mencoba aplikasi ‘coachsurfing’ ini di Tasmania, dan pada akhir tahun 2017 mencobanya ke Eropa.
“Saya akan pergi ke 15 negara dan aku berharap untuk memakai layanan ‘couchsurfing’ di setiap tempat. Tujuan saya adalah untuk tidak membayar satu sen-pun untuk urusan akomodasi,” sebutnya tertawa.
Pergi ke tempat tak umum
Pelancong Jared Lister dan Tessa Jaspers pergi ke tempat-tempat yang tak umum, berhenti di Rockhampton selama beberapa hari sebelum menuju ke wilayah Agnes Waters.
"Pada dasarnya ketika saya pertama kali datang ke sini, saya bepergian dengan ransel dalam bujet terbatas dari Sydney ke Cairns," kata Jared, yang datang dari Kanada dengan visa kerja satu tahun.
“Saya kembali dari Magnetic Island dan bekerja di sana sebentar untuk akomodasi backpacker, dan di situ-lah saya bertemu Tessa, dan ia memperkenalkan saya ke ‘coachsurfing’ ini,” lanjutnya.
“Saya tak pernah mengetahui ini sebelumnya,” imbuh Jared.
Ia kini berencana untuk bepergian dengan cara yang tak lagi sama.
"Anda harus bertemu warga lokal dan mereka membawa Anda ke tempat yang tak akan ada temukan di peta,” ujar Jared.
“Di Mackay, kami pergi ke beberapa tempat di hutan hujan yang berada di atas sebuah gunung besar. Kami belum pernah mendengar tempat ini,” tuturnya.
Pelancong harus punya kepercayaan
Jared mengatakan, para wisatawan harus menaruh kepercayaan dalam level tertentu kepada pemilik properti.
“Dengan coachsurfing, Anda berada di rumah seseorang dan Anda berdua benar-benar saling tak mengenal, kecuali apa yang Anda sebut dalam profil Anda, dan itu membutuhkan banyak kepercayaan,” utaranya.
Tessa -yang bepergian selama beberapa bulan sebelum ia kembali ke Belanda -adalah pengguna setia coachsurfing. Ia telah menggunakan aplikasi ini selama enam bulan.
Ia pernah menemukan satu pemilik properti yang licik.
"Ini adalah pria yang memiliki banyak kucing dan saya harus tidur di sofa dengan tujuh anjing -dan segala macam hewan Tapi itu hanya sekali," kisah Tessa.
Tessa mengatakan, itu adalah soal membuat keputusan yang cerdik.
“Anda tak harus membayar untuk itu, sehingga Anda bisa pergi. Tapi saya kira semua pengguna ‘couchsurfing’ adalah orang-orang yang setipe. Mereka semua sangat santai, berpikiran terbuka, petualang,” pendapatnya.