ABC

Mengenal LoA dan Cara Mendapatkan ‘Surat Sakti’ S2/S3 di Luar Negeri

ABC Australia Plus Indonesia secara berkala menurunkan informasi mengenai cara bagaimana mendapatkan beasiswa untuk belajar ke luar negeri terutama untuk mahasiswa S2 dan S3.  Setelah menulis mengenai cara menulis esai yang efektif, Heru Handika yang sekarang sedang melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Melbourne menjelaskan bagaimana cara mendapatkan surat bukti anda diterima di perguruan tinggi sasaran anda.

LoA singkatan dari Letter of Acceptance, atau terkadang disebut juga Letter of Offer. Surat ini merupakan bukti kita sudah terdaftar di perguruan tinggi tujuan, dalam kasus ini perguruan tinggi luar negeri.

Pada program beasiswa tertentu, LoA ini juga memberikan nilai tambah sehingga peluang mendapatkan beasiswa tersebut lebih besar.

Secara umum, ada dua bentuk LoA: conditional dan unconditional. Jika mendapatkan LoA conditional, berarti masih ada syarat yang harus dipenuhi sebelum bisa diterima di universitas tujuan tersebut. Heru Handika (Foto Titis Tosca)
Heru Handika (Foto Titis Tosca)

Kebanyakan yang mendapatkan LoA conditional ini karena masalah skor Bahasa Inggris, atau sertifikat Bahasa Inggris yang digunakan tidak diterima di universitas tersebut, bisa juga disebabkan adanya ujian masuk universitas yang harus dilewati terlebih dahulu, atau masih kurang lengkapnya syarat yang diberikan saat mendaftar. 

Sedangkan LoA unconditional, sesuai namanya, LoA ini menyatakan kita diterima di universitas yang mengeluarkan LoA tersebut tanpa syarat.

Lalu, bagaimana cara mendapatkan LoA ini? Pada kasus tertentu, ada yang mendapatkan LoA hanya lewat calon pembimbingnya. Walaupun pada dasarnya, calon pembimbing seharusnya hanya bisa memberikan rekomendasi. 

Namun, ada universitas dimana calon pembimbing punya power untuk masalah ini, atau setidaknya pengurusannya dibantu calon pembimbing. Sebagian mendapat LoA lewat bantuan dosen/pembimbing ditempat kuliah sebelumnya. Tetapi, kita berbicara hal umum yang bisa dilakukan siapa saja. Berikut caranya:

1. Mendaftar sendiri

Cara ini sedikit sulit, tapi anda akan mendapatkan banyak pengalaman setelahnya. Mendaftar sendiri juga memberikan anda banyak pilihan universitas. Pendaftaran sendiri ini biasanya dilakukan melalui website universitas. 

Bagi yang mendaftar sendiri, penting dipahami dulu cara dan syarat mendaftar di universitas tersebut. Cara pendaftaran dan syarat-syarat yang dibutuhkan umumnya sudah tersedia lengkap di website universitas. Jadi, pelajari dulu informasi di websitenya, biasanya cara dan syarat pendaftran terdapat pada bagian “Future Student” atau “Prospective Student”.

Salah satu sudut Universitas Melbourne, salah satu universitas terbaik di Australia. (Foto: Heru Handika)
Salah satu sudut Universitas Melbourne, salah satu universitas terbaik di Australia. (Foto: Heru Handika)

Untuk yang bidangnya membutuhkan riset, umumnya diminta untuk mengontak calon supervisor yang akan membimbing riset kita nantinya. Persetujuan calon supervisor ini merupakan salah satu syarat agar aplikasi kita bisa diterima. Tak jarang calon mahasiswa menelpon calon supervisor-nya untuk membuktikan keseriusan mereka. Skype atau layanan video/telepon internet lainnya dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan calon supervisor. 

Setelah semua syarat dimiliki, anda bisa langsung mendaftar melalui website universitas. Setelah itu tinggal menunggu hasil dari aplikasi anda. Umumnya waktu yang dibutuhkan mulai dari hitungan minggu sampai bulanan. 


Untuk universitas populer, biasanya membutuhkan waktu 3-4 bulan, tetapi ada juga yang mendapatkan lebih cepat atau lebih lama. Jika aplikasi anda sukses, anda akan mendapatkan LoA. Apakah LoA tersebut conditional atau unconditional tergantung syarat yang telah anda penuhi.

Kampus Universitas RMIT berada di tengah kota Melbourne. ( Foto Heru Handika)
Kampus Universitas RMIT berada di tengah kota Melbourne. ( Foto Heru Handika)

2. Mendaftar lewat konsultan pendidikan

Ini cara yang cukup mudah. Umumnya, konsultan pendidikan menggratiskan biaya untuk ini. Mulai dari konsultasi universitas tujuan hingga proses pendaftaran ke universitas. Jika anda belum memiliki sertifikat Bahasa Inggris, biasanya konsultan pendidikan juga memberikan jasa tes Bahasa Inggris (IELTS dan/atau TOEFL IBT); kebanyakan menawarkan IELTS dan dikenakan biaya tes.

Jika pendaftaran universitas membutuhkan biaya, biasanya anda diminta untuk membayar uang pendaftaran tersebut. Tapi, ada juga konsultan yang mau menanggung biaya ini. Misalnya, jika mendaftar ke University of Melbourne, applicant dikenakan biaya AUD $100 (sekitar Rp 1 juta).

Sedangkan jika mendaftar di Australian National University, biaya pendaftarannya gratis. Peraturan ini ada di universitas tujuan, bukan dari konsultan. 

Kelebihan mendaftar lewat konsultan pendidikan ini, anda tidak perlu lagi pusing memikirkan cara mendaftar. Anda tinggal datang dan berkonsultasi dengan konsultan pendidikan yang anda pilih. Setelah itu melengkapi syarat-syarat yang diminta.

Untuk pendaftaran ke universitas di Australia, umumnya syarat yang dibutuhkan: scan passport, sertifikat Bahasa Inggris, personal statement, rekomendasi dari pembimbing S1, ijazah S1 (Bahasa Indonesia dan Inggris), dan transkrip nilai (Bahasa Indonesia dan Inggris). 

Bantuan yang diberikan tidak hanya sebatas pendaftaran hingga mendapatkan LoA, maupun membantu mencarikan supervisor (bagi yang bidangnya ada riset atau kuliah by research). Tapi, juga membantu pengurusan visa, persiapan keberangkatan dan kedatangan, hingga penjemputan di bandara negara tujuan dan mencarikan tempat tinggal. Umumnya semua layanan itu gratis, kecuali biaya pendaftaran (jika ada), pengurusan visa, dan tes kesehatan. 

Kekurangannya, pilihan universitas biasanya terbatas negara tertentu. Tetapi, umumnya merupakan negara populer untuk kuliah S2/S3. Kebanyakan universitas-universitas populer di Australia dapat dibantu oleh konsultan pendidikan.

* Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan sebelumnya pernah dimuat di blog pribadi Tikus.net. Heru Handika adalah penerima beasiswa LPDP tahun 2014. Saat ini aktif sebagai mahasiswa Master of Science (Zoology) di University of Melbourne, Australia, juga aktif melakukan penelitian di Museum Victoria,  Australia.