Mengenal Koleksi Spesimen Manusia Secara Digital
Mengagumi tengkorak mumi Mesir nantinya bukan lagi semata-mata jadi aktivitas kalangan mahasiswa di bidang ilmu terkait. Pasalnya, Brookes Allen Museum of Anatomy and Pathology pada Melbourne University akan membuka sebagian koleksi spesimen manusianya secara digital.
Sebuah replika tengkorak kuno telah dicetak secara 3D sebagai bagian dari upaya galeri baru memadukan sains dan seni agar dapat lebih menarik dan menginspirasi.
Museum anatomi dan patologi yang memiliki banyak koleksi spesimen manusia tersebut akan membuka sebagian koleksinya melalui ruang baru yang mengggunakan fasilitas streaming dan berbagai metode digital lainnya.
Hal ini merupakan hasil kerjasama Melbourne University dengan Science Gallery, sebuah jaringan global yang bertujuan menjadikan bidang kajian ini lebih menarik.
Kepada ABC, Direktur Science Gallery Rose Hiscock menjelaskan, meskipun kerjasama ini ditujukan bagi generasi muda namun ekspansi digital ini juga bisa menjangkau publik yang lebih luas.
Menurut dia, ruang galeri ini merupakan perpaduan seni dan sains.
“Memang penting untuk menumbuhkan minat generasi muda pada bidang keilmuan STEM (sains, teknologi, engineering serta matematika). Dan kami ingin memasukkan seni (arts), jadi kami menyebutnya STEAM,” jelas dia.
“Semua ilmuwan yang saya temui menyatakan, sains itu dengan sendirinya kreatif … dan sangat menarik,” tambah Rose Hiscock.
"Dengan memadukan seni dan sains kita bisa mulai memecahkan sejumlah masalah yang rumit," ujarnya.
Koleksi yang ditampilkan mencakup bagian-bagian serta gambar-gambar tubuh, tengkorak, dan segala macam organ manusia.
Bahkan ada pula tengkorak kecil yang memegang seruling – yang tampaknya spesimen dari musisi miskin usia 28 tahun yang meniup sulingnya di tangga Notre Dame di Paris di tahun 1700-an.
Program donor tubuh yang menopang musem ini merupakan keunikan tersendiri bagi University of Melbourne yang menerima sekitar 200 donasi setiap tahun.
Sejumlah spesimen tetap disimpan di area tertutup yang hanya bisa diakses oleh kalangan mahasiswa.
“Hal ini dilakukan dengan alasan jelas,” ujar Rose Hiscock. “Yang kami tampilkan adalah bagian tubuh manusia sehingga harus dilakukan dengan penuh respek.”
“Namun, yang akan saya lakukan melalui Science Gallery adalah membuka isi koleksi yang luar biasa ini,” katanya.
“Kami memikirkan cara terbaik melakukannya. Kami akan melakukan streaming dari ruang kuliah serta akan streaming isi dari penemuan sains ke ruang galeri,” jelasnya.
Diterbitkan Pukul 16:00 AEST 24 Oktober 2016 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris di sini.