ABC

Mengenal Febri Sidjaja, Doktor Bidang Autisme Lulusan Australia

Menyelesaikan studi doktoral dalam bidang deteksi autisme di Australia makin meneguhkan semangat Febriana Sidjaja untuk mengabdikan diri pada bidang pengembangan anak berkebutuhan khusus. Psikolog klinis anak kelahiran Makassar ini punya mimpi besar untuk anak-anak Indonesia.

Febriana Sidjaja, yang akrab disapa Febri , menyelasikan pendidikan doktoral bidang autisme di Fakultas Psikologi, Universitas Queensland, pada tahun 2015.

Dalam studi PhD-nya itu, Febri mengadaptasi Deteksi Autisme pada Masa Awal Kanak-Kanak (ADEC) ke dalam versi bahasa Indonesia (ADEC-IND). ADEC adalah sebuah ukuran pengamatan untuk mendeteksi autisme pada anak-anak sedini usia satu tahun.

Kini, sekembalinya dari Australia, kesibukan praktek dan mengajar mengisi hari-hari psikolog klinis yang sangat mencintai anak-anak ini.

“Dalam kegiatan sehari-hari saya, saya biasa memeriksa anak dalam praktek pribadi saya, selain itu saya biasa memeriksa anak dan mengobservasi anak di sekolah, dan di klinik yang menjadi associate (rekanan) saya,” tutur Febri.

Febri and Her Students
Febri (berdiri tengah baju putih) dan mahasiswa-mahasiswinya di Universitas Widya Mandala, Surabaya.

Facebook; Febri Sidjaja

Menurut perempuan berambut pendek ini, anak-anak adalah aset berharga bagi suatu bangsa, terlepas dari kondisi fisik maupun psikisnya.

“Saya percaya bahwa anak-anak adalah generasi masa depan yang perlu kita bimbing, yang perlu kita beri penanganan secara maksimal, yang perlu kita penuhi kebutuhannya,” tegas dosen Universitas Widya Mandala Surabaya ini.

Ia lantas menyambung, “Dan tidak terkecuali bagi anak-anak berkebutuhan khusus, kita benar-benar perlu menyediakan penanganan yang terbaik, pemeriksaan yang terbaik.”

Pengalaman studi di Australia membuat Febri sadar bahwa pola pengembangan anak berkebutuhan khusus di Indonesia harus mengejar ketertinggalan dari negara maju.

Ia juga berpendapat, ada perbedaan sikap antara orang tua berkebutuhan khusus yang tinggal di kota besar Indonesia dengan mereka yang tinggal di daerah terpencil.

“Kalau di daerah perkotaan ya, di Indonesia, sepertinya saya melihat sudah tidak banyak perbedaan dengan Australia. Jadi dari segi awareness (kesadaran), dari segi penerimaan orang tuanya,” terang Febri.

“Tapi kalau menurut saya, mereka yang tinggal di daerah pedesaan atau mungkin di daerah terpencil yang bukan di kota besar, kita masih ada isu-isu seperti stigma,” lanjut penerima beasiswa Australia Awards ini.

Kebijakan dalam hal pengembangan pendidikan dan pemeriksaan anak berkebutuhan khusus adalah salah satu hal yang, bagi Febri, patut dipelajari dari Australia.

Simak cerita Febri dalam video berikut.

Skip YouTube Video

FireFox NVDA users – To access the following content, press ‘M’ to enter the iFrame.

YOUTUBE: Febri Sidjaja