ABC

Menengok Klinik Aborsi Legal Di Melbourne

Klinik Marie Stopes di Melbourne timur merupakan satu-satunya klinik yang menyediakan layanan aborsi di usia kehamilan yang sudah besar.

Perjalanan mendatangi klinik Marie Stopes merupakan satu hal yang mengerikan bagi lebih dari 200 perempuan yang mendatangi klinik ini setiap tahunnya untuk mengakses prosedur aborsi yang ditolak di tempat lain.

Semua pasien di klinik ini besar kemungkinan sebelumnya pernah ditolak oleh banyak dokter dan rumah sakit.

Dan sebelum dilarang oleh Pemerintah Negara Bagian Victoria pada tahun 2015, pengunjung klinik sudah pasti harus menghadapi aktivis anti aborsi yang menggelar aksi unjuk rasa di pintu masuk fasilitas ini.

Seorang dokter yang bekerja di klinik ini mengatakan untuk bisa melalui pintu klinik ini pasien mereka perlu menepiskan semua pilihan lain,.

“Tidak satu pun dari wanita-wanita ini akan memilih mengambil prosedur ini dengan ringan,” kata Dr Herbert, yang meminta agar nama depannya dirahasiakan.

"Siapa kita yang menghakimi keputusan orang lain kecuali kita memahami situasi mereka?"

Perdebatan terkait aborsi begitu memecah-belah, bahkan para profesional medis harus berpihak. Dan banyak dari mereka menolak melakukan prosedur ini atas dasar agama atau moral.

Tetapi tidak ada penentang hati nurani di fasilitas ini.

“Ini adalah passion saya untuk mengadvokasi hak perempuan dalam memilih untuk melakukan aborsi atau tidak,” kata Dr Herbert.

“Saya meyakini bahwa orang tidak bisa mendikte kita soal apa yang benar bagi kita dalam hidup kita.”

Hotline Aborsi
Konselor Michelle Reynolds rutin berbicara dengan perempuan yang bimbang perlu atau tidak melakukan aborsi.

ABC News: Tim Leslie

‘Aku tidak ingin melihat bayinya’

Dr Herbert adalah satu dari hanya empat dokter di Victoria yang melakukan pelayanan bedah aborsi di usia kehamilan yang sudah besar.

Prosedur ini terjadi ketika seorang wanita hamil antara 20 dan 24 minggu.

Di atas kertas, aborsi ini memang dilegakan di sebagian besar negara bagian dan teritori, tergantung pada kondisinya.

Namun dalam prakteknya, perempuan secara rutin ditolak untuuk melakukannya dan ditinggalkan.

Amy (bukan nama sebenarnya) sedang hamil 22 minggu. Dia mengaku kehamilannya tidak direncanakan membuatnya sangat terkejut mengetahuinya.

Bahkan, dia tidak sadar sedang mengandung sampai baru-baru ini.

“Saya merasa sangat kesepian, terisolasi, terhina, malu, dan marah pada diri saya sendiri,” katanya.

Amy dan ibunya memutuskan untuk merahasiakan kehamilan itu.

Wanita berusia 20 tahun itu mengatakan dia mempertimbangkan semua pilihan sebelum memutuskan untuk mengakhiri kehamilan.

“Jelas dengan emosi Anda, Anda berpikir ‘apakah tepat bagi saya untuk melakukan aborsi’,” katanya.

"Apakah benar bagiku untuk menjaga bayinya? Atau bisakah aku melakukan adopsi? Apakah aku cukup kuat?"

Data statistik tentang tingkat aborsi di Australia tidak tersedia untuk umum.

Namun, angka ekstrapolasi dari Australia Barat dan Australia Selatan – satu-satunya negara bagian di Australia yang menerbitkan data aborsi – menunjukkan bahwa sekitar 65.000 wanita menghentikan kehamilan mereka setiap tahun.

Dari mereka, hanya sekitar 1 persen yang melakukan aborsi telat setelah 20 minggu.

Menurut laporan pemerintah, alasan paling umum untuk prosedur ini adalah ditemukannya kelainan pada janin berdasarkan tes medis.

Sementara itu meski ada permintaan yang kuat untuk melakukan aborsi bedah di usia kehamilan besar di klinik Marie Stopes namun mereka kekurangan tenaga medis untuk melakukan prosedur aborsi bedah terlambat.

Kylie (nama keluarga dirahasiakan) pengelola fasilitas dan juga seorang bidan mengatakan tidak banyak tenaga medis yang berminat memberikan layanan ini.

“Satu hal yang kami perjuangkan adalah mendapatkan staf,” katanya.

Akibatnya, klinik ini telah beralih ke dokter FIFO untuk mengisi kesenjangan.

FIFO merujuk kepada pekerja yang datang dari negara bagian lain dan tidak tinggal menetap, istilah yang biasanya lebih banyak dikenal di dunia pertambangan.

“Kami benar-benar harus menerbangkan mereka kemari. Kami tidak memiliki dokter di Victoria yang bersedia melakukannya,” katanya.

“Saya tidak tahu kenapa. Mereka mengerti permintaan itu ada. Kami ingin memilikinya.”

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.