ABC

Mendeteksi Penyakit Lewat Pernapasan

Dalam beberapa tahun mendatang, kita mungkin akan bisa mengetahui penyakit yang kita idap dengan memasukkan sebuah disk ke dalam ponsel kita. Disk itu sebelumnya mengumpulkan data dari pernapasan dan alat itu sedang dikembangkan oleh seorang ilmuwan di Sydney.

Alat pengecek pernapasan, seperti yang sekarang digunakan polisi bagi alkohol atau narkoba, akan lebih kecil dan lebih sensitif lagi.

Noushin Nasiri, insinyur di bidang material dari University of Technology Sydney, sedang mencoba mengembangkan alat sensor terkecil di dunia guna mendeteksi penyakit dari pernapasan manusia.

Menggunakan nanotechnology, dia menggunakan prinsip ‘sains di balik kemampuan anjing mengendus’ menjadi sebuah disk berbentuk persegi panjang, yang bisa dimasukkan ke dalam ponsel, dan membaca penyakit apa yang sedang kita idap.

Anjing memiliki penciuman lebih tajam dari manusia
Anjing memiliki penciuman lebih tajam dari manusia

Flickr: Adam Wyles

“Setiap perubahan yang terjadi dalam tubuh kita akan menghasilkan biomarker (tanda), dan biomarker itu, karena memiliki tekanan dalam tingkat tinggi, akan mencari jalan untuk keluar dari tubuh kita, entah lewat air seni, keringat, air mata, air liur atau lewat pernapasan.” kata Dr Nasiri.

“Bila kita melakukan tes darah, kita baru mendapat hasilnya dalam dua minggu.”

“Namun analisa pernapasan tidak memerlukan jarum suntik. Ini sangat murah karena kita bisa menggunakan ponsel, jadi tidak perlu menghabuiskan uang pergi ke rumah sakit untuk menjalani tes.”

Dr Nasiri lahir di Iran dan menyelesaikan PhD di Australian National University di Canberra, sebelum bergabung dengan UTS sebagai peneliti postdoktoral.

Dia mengatakan bahwa para peneliti lain juga ada yang mengembangkan sensor pernapasan, namun dia tidak mengetahui adanya peneliti lain yang mengembangkan sensor sekecil yang dilakukannya.

Penyakit apa yang bisa dideteksi

Saat ini adalah 17 penyakit yang memiliki biomarker jelas dalam pernapasan manusia.

Penyakit itu antara lain diabetes, kanker paru-paru, kanker payudara, Parkinson’s disease, asma, skizoferenia, gagal ginjal dan hati.

Tingginya tingkat acetone di dalam pernapasan contohnya adalah biomarker untuk penyakit diabetes sementaar kanker paru-paru, para peneliti mengetahui adanya 16 biomarker.

Noushin Nasiri in the lab at UTS
Noushin Nasiri menyelesaikan pendidikan sarjana di Teheran sebelum pindah ke Australia

ABC Radio Sydney: Amanda Hoh

Dengan mengetahui penyakit dari pernapasan manusia, Dr Nasiri mengatakan ada peluang lebih besar bagi adanya deteksi dini, sebelum penyakit masuk ke dalam darah, atau menyebar sebelum kemudian dideteksi oleh MRI dalam kasus penyakit kanker.

"Kita berusaha mendeteksi penyakit segera, anda bernapas dan kami akan memberikan hasilnya segera." katanya.

“Ketika kita menderita kanker paru-paru, ini biasanya ditemukan ketika sudah stadium 4, dan kita hanya memiliki peluang 10 persen untuk sembuh, dan kadang malah cuma 6 persen.”

“Tetapi bila ditemukan lebih awal, lewat pernapasan, maka peluang untuk sembuh adalah 80 persen.”

Ilmu dibalik sensor

Sensor yang ada akan dilapisi dengan bahan kimia yang sensitif atau yang akan bereaksi terhadap biomarker tertentu.

Sebagai contoh misalnya acetone hanya akan bereaksi keras dengan tin oxide, dan tidak dengan bahan kimia lain.

Dengan menggunakan nanoteknologi, Dr Nasiri bisa membuat sensor yang sangat sensitif terhadap partikel nano di dalam pernapasan, dan menghitung konsentasi biomarker tersebut.

“Kalau anda mengidap diabetes, konsentrasi acetone di dalam napas adalah satu partikel per miliar, atau satu partikel per juta, tergantung jenis diabetes yang berbeda.” kata Dr Nasiri.

“Ini berarti sensor harus bisa mendeteksi satu tetes cairan di dalam sebuah kolam renang ukuran Olimpiade.”

Noushin Nasiri uses tweezers to hold the breathalyser disk
Sensor bisa mengecek apakah ada biomarker di dalam pernapasan yang merujuk pada penyakit tertentu

ABC Radio Sydney: Amanda Hoh

Kapan kita bisa mulai menggunakannya?

Dr Nasiri mengatakan bahwa dalam tiga tahun lagi dia akan bisa memasarkan produk ini.

“Pada saat ini kami mencoba untuk bisa mendeteksi empat sampai delapan penyakit, cukup susah.”

“Cara membuatnya mirip, sekali kita bisa membuat satu sensor untuk satu penyakit, hal yang membedakan adalah ilmu di balik lapisan nano di sensor.”

Harapannya adalah mengembangkan satu senior yang bisa mendeteksi 10 penyakit dari satu kali pernapasan, dan hasilnya bisa dikirim lewat app ke handphone.

“Untuk membuat sensor sekecil telepon, masih perlu penelitian.” katanya.

"Untuk membuat seukuran peralatan portabel untuk dipasang di apotek atau klinik, kami sudah mendekati hal tersebut

Diterjemahkan pukul 14:25 AEST 31/7/2017 oleh Sastra Wijaya dan simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini