ABC

Mempopulerkan Ballet dari Bantaran Kali Ciliwung

Kursus singkat dari pebalet Australia, Julliet Burnett, kepada anak-anak di bantaran Kali Ciliwung Jakarta  beberapa waktu lalu  menginspirasi banyak kalangan. Sekelompok seniman dan pencinta ballet bertekad melanjutkan inisiatif ini sebagai upaya mempopulerkan seni tari ballet di Indonesia.

Sejak dua bulan terakhir, belasan anak berusia 6 – 12 tahun yang berasal dari bantaran kali Ciliwung tepatnya di kawasan Bukit Duri, Jakarta Selatan punya kegiatan baru yakni berlatih ballet bersama penari ballet professional dari Yayasan Bina Ballet Indonesia atau Ballet.ID.
 
Ini merupakan ‘kemewahan’ tersendiri bagi anak-anak tersebut, lantaran selama ini  mereka hanya berlatih tari seadanya bahkan tak jarang hanya meniru gerakan tari dari youtube.
 
“Saya suka balet, tariannya menyenangkan dan kakinya harus jinjit,” kata Yunda, salah satu anak dari Sanggar Tari Komunitas Ciliwung Merdeka yang ikut berlatih balet bersama ballet.id. 
 
Co-founder Yayasan Bina Ballet Indonesia, Meutia Chairani mengatakan  pelatihan kelas ballet untuk anak-anak Komunitas Ciliwung Merdeka ini merupakan kelanjutan dari inisiatif serupa yang dilakukan bersama dengan  penari ballet Australia Julliette Burnett yang disponsori Kedutaan Besar Australia, pada Agustus lalu.
 
“Kami tidak ingin setelah selesai kunjungan Julliete Burnett itu, sudah selesai begitu saja, tapi kami ingin kegiatan ini berlanjut. Apalagi di komunitas ini memang sudah memiliki sanggar tari dan kami lihat anak-anak disana antusias sekali untuk belajar Ballet, jadi kami menawarkan memberikan kelas ballet untuk mereka,”
kata perempuan yang akrab disapa Rani.
 
Pebalet dari Ballet.id setiap minggu mengajarkan gerakan tari berbasis balet dan juga memutarkan video-video mengenai berbagai tarian untuk meningkatkan apresiasi anak-anak terhadap seni tari.
 
Kerja keras anak-anak dari Sanggar Tari Komunitas Ciliwung Merdeka berlatih bersama para penari dari Ballet.id ini selama ini dibuktikan dalam pagelaran ballet 'Healing HeARTs' Tugu Kunstkring Paleis (28/11). 
 
Dalam event ini, bersama para penari dari Ballet.ID  yakni Mariska Febriyani dan Yovan Anggara, anak-anak komunitas Ciliwung tampil membawakan tarian 'Ciliwung Larung' yang merupakan kombinasi antara gerakan tari Ballet dengan Tari Jaipong  Sunda.
 
Pertunjukan Ballet ‘Healing HeARTs ini mendapat apresiasi dari banyak kalangan terutama tokoh dan perwakilan diplomatik negara-negara sahabat.
 
“Ini kolaborasi yang unik, tarian yang ditampilkan perpaduan antara tari teatrikal dan  ballet, kolaborasi ini merupakan penyembuh untuk anak-anak ini,lantaran kami sehari-hari berhadapan dengan program penggusuran lalu kemudian tiba-tiba datang upaya untuk mengangkat martabat mereka sebagai manusia..anak-anak itu senang sekali,” ungkap Pemimpin Komunits Ciliwung Merdeka, Romo Sandyawan usai pertunjukan.
 
Menurut Meutia Chairani, kolaborasi ini merupakan bagian dari upaya Yayasan Ballet Indonesia atau Ballet.ID untuk mengenalkan dan memasyarakatkan ballet pada semua kalangan.
 
 “Kami memang ingin memperluas akses kepada seni ballet ini, jangan sampai ballet hanya bisa diakses oleh kalangan tertentu saja. Tapi kita juga ingin membuktikan bahwa anak-anak siapapun bisa menjadi penari ballet ..tidak terkecuali anak dari bantaran Kali Ciliwung ..kalau saja diberi kesempatan,” kata
Rani.
 
Tidak hanya memberikan pelatihan kelas ballet setiap minggu tapi Ballet.id juga memberikan beasiswa sekolah Ballet untuk anak-anak dari sanggar tari komunitas Ciliwung Merdeka, Yunda dan Yulianti.
 
“Kami memilih anak-anak yang kami anggap memiliki minat yang besar pada Ballet. Mereka mungkin terpikir juga tidak untuk kursus ballet, tapi karena mereka ada kemauan maka kita berikan kesempatan.. kita berikan beasiswa sekolah tari Ballet disebuah  sanggar ballet selama satu tahun,” kata Rani.
 
Menurut Rani, inisiatif serupa di Phillipina terbukti sukses membuka akses yang lebih luas bagi masyarakat untuk mengenal tari Ballet.
 
“Di Philipina sudah berjalan lama kegiatan seperti ini, jadi komunitas ballet disana membuat yayasan dan kemudian juga menggandeng komunitas dari kalangan yan tidka mampu dan membuat audisi untuk mencari bibit-bibit penari yang kemudia akan mereka sekolahkan ballet,”
 
“Dan kini lulusan program ini sudah jadi semua dan ada yang sudah berhasil menjadi penari utama serta melakukan tour ke Luar Negeri. Mungkin tanpa ada kesempatan seperti ini mereka bisa menjadi pecandu narkoba dan kejahatan lainnya. Tapi karena memiliki keinginan yang kuat dan diberi wadah maka kini ballet jadi semacam pegangan hidup mereka.”
 
Yayasan Ballet Indonesia berharap dapat memperluas jangkauan program beasiswa ballet mereka ke komunitas-komunitas lain jika memang pendanaan mereka memungkinkan.