ABC

Media Diminta Tak Dramatisir Pemberitaan Jatuhnya Lion Air JT 610

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah memeringatkan wartawan lokal untuk tidak mendramatisir laporan jatuhnya pesawat Lion Air, dalam upaya untuk menghentikan meluasnya “liputan media yang tidak etis” tentang bencana besar.

Poin Utama Pemberitaan Media

Poin kunci:

• Adegan traumatis sering ditampilkan dengan musik melankolis untuk mendramatisir tayangan

• Memunculkan emosi dari para narasumber yang rentan adalah praktik yang umum terjadi di Indonesia

• Ada yang mengatakan ini adalah respon dari tekanan untuk menerbitkan berita ketika tidak ada info terbaru

KPI melayangkan himbauan itu sehari setelah penerbangan JT610 jatuh ke Laut Jawa pada hari Senin (29/10/2018).

Jurnalis lokal di Indonesia berlomba untuk meliput kecelakaan itu, tetapi para penonton mengkritik pemberitaan tersebut tidak sensitif terhadap keluarga korban.

Salah satu media daring, OkeZone, mengunggah sebuah video yang menunjukkan segerombolan wartawan yang mengelilingi seorang perempuan yang tampak terguncang di luar Pusat Krisis Air Lion di Jakarta dan dengan cepat memberondonginya dengan pertanyaan.

“Bagaimana perasaan anda setelah mendengar tentang kecelakaan ini?” tanya yang lain.

Dalam sebuah video dari media lokal lainnya, seorang wartawan bertanya kepada keluarga korban lain: “Apakah Anda memperkirakan sesuatu seperti ini terjadi?”

Ahmad Arif – jurnalis di Kompas dan penulis buku Jurnalisme Bencana – mengatakan sikap agresif yang memunculkan emosi dari narasumber rentan yang diwawancarai adalah praktik umum di kalangan jurnalis di Indonesia.

“Pertanyaan semacam itu ditanyakan oleh para pemburu berita untuk membangkitkan perasaan mereka, seringkali dengan sengaja mengeksploitasinya hanya demi mendramatisir suatu peristiwa yang disayangkan,” katanya.

TV berita menyiarkan gambar-gambar mengerikan disertai musik dan efek untuk mendramatisasi tayangan.
TV berita menyiarkan gambar-gambar mengerikan disertai musik dan efek untuk mendramatisasi tayangan.

AP: Tatan Syuflana, file

Menimbulkan trauma

Ketua Aliansi Jurnalis Independen Indonesia (AJI), Abdul Manan, mengatakan bahwa tayangan TV yang berisi puing-puing pesawat JT610 dan anggota keluarga korban yang sedih berulang kali disiarkan dengan musik melankolis. Hal itu justru “membuat trauma penonton dan anggota keluarga”.

Abdul Manan mengatakan “pastinya ada tekanan pada wartawan di lapangan” untuk terus menghasilkan cerita bahkan ketika tidak ada pembaruan yang signifikan untuk dilaporkan.

Masyarakat Indonesia yang peduli juga menggunakan media sosial untuk mengekspresikan ketidaksenangan mereka tentang bagaimana kecelakaan itu diberitakan.

“Saya mendengar reporter TVOne bertanya kepada seorang anggota keluarga dari satu korban ‘Apakah Anda dekat dengan korban?’ kemudian adik korban itu menjawab, ‘Tentu saja!’,” unggah Dewi Sunarni di Twitter.

Pengguna Twitter lainnya mengatakan ia mendengar seorang wartawan bertanya: “Apa momen paling tak terlupakan yang Anda lalui bersama dengan korban?”

Yuliandre Darwis, Ketua KPI mengatakan peringatan mereka tentang “pemberitaan yang tidak etis” dari penerbangan Lion Air telah direspon oleh banyak redaksi media di seluruh Indonesia.

Pemberitaan media tentang kecelakaan pesawat dan bencana lainnya pada umumnya membaik, tambah Yuliandre, tetapi perlu ada “kontrol lebih” terhadap apa yang dipublikasikan secara daring.

Situs berita dari Makassar ini memiliki judul: "Pramugari cantik ini jadi korban jatuhnya Lion Air".
Situs berita dari Makassar ini memiliki judul: "Pramugari cantik ini jadi korban jatuhnya Lion Air".

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.