ABC

Masjid di Adelaide Dicoreti Grafiti Neo Nazi

Sebuah masjid Adelaide menjadi sasaran serangan rasis oleh oknum yang belum diketahui, yang mencoreti pintu masuk masjid dengan lambang swastika dan slogan-slogan bernada ofensif.

Bangunan rumah yang dikonversi jadi masjid itu terletak di Hogarth Street di daerah Elizabeth Grove, Adelaide utara, ditulisi grafiti “No Muslim” dan “We’re full (kami sudah penuh)”.

Angka 88 – kode yang digunakan oleh kelompok neo-Nazi untuk merujuk pada penghormatan “Heil Hitler” – juga tampak di dinding bangunan itu.

Polisi menyatakan mendapat laporan mengenai grafiti pada Jumat malam (29/7), dan mengatakan kejadiannya kemungkinan pada pekan lalu.

Serangan itu mendapat banyak kecaman dan disebut sebagai “mengerikan” dan “benar-benar menjijikkan” di media sosial, yang memuat foto-foto bangunan yang dicoreti tersebut.

Imran Lum, yang keluarganya mengelola masjid ini, menulis di Facebook bahwa serangan itu terjadi pada Jumat malam.

“Mereka pernah mencoba membakarnya, memecahkan jendela kami dengan batu, dan sekarang swastika di pintu [masjid] kami,” katanya.

“Kami tidak takut atau terintimidasi dan hal ini tidak akan menghentikan kami berkumpul dan melayani jamaah,” katanya.

Bangunan itu telah berfungsi sebagai masjid selama 16 tahun dan tidak pernah menjadi sasaran yang demikian ini sebelumnya, kata seorang juru bicara.

Bangunan ini berfungsi sebagai tempat ibadah bagi umat Islam dari berbagai latar belakang etnis yang berbeda.

‘Kita harus memaafkan mereka’

Juru bicara masjid itu, Dr Omar Lum, mengatakan bangunan ini dipakai oleh jamaah dengan beragam latar belakang.

“Orang Pakistan, ada orang Arab, dan belakangan ada dari Suriah,” katanya.

“Dari jamaah yang datang pada hari Jumat, banyak yang bekerja di Rumah Sakit Lyell McEwin, mereka dokter atau berhubungan dengan pelayanan medis. Beberapa datang dari Gawler,” jelas Omar Lum.

Dia mengatakan ini adalah pertama kalinya masjid itu menjadi sasaran sentimen anti-Muslim, namun mengatakan dia “filosofis” menanggapinya.

“Orang bodoh melakukan hal-hal bodoh… kita harus bersabar dan memaafkan mereka,” katanya.

“Ini adalah (daerah) Elizabeth sehingga munculnya grafiti di sana-sini dan di mana-mana mungkin sudah jadi bagian dari kehidupan sehari-hari,” kata Omar Lum.

“Mengingat kejadian di dunia saat ini, sejumlah orang mungkin marah dan ingin melampiaskan kemarahan itu dalam berbagai wujud atau bentuk,” tambahnya.

Masyarakat Islam Australia Selatan mengatakan pihaknya telah mendengar insiden itu, dan menyebutnya “mengecewakan”.

“Australia adalah negara yang dibangun oleh masuknya para migran yang membudidayakan tanah ini, membuka bisnis dan terlibat aktif secara sosial,” katanya.

“Kami berharap pihak berwajib menanggapi masalah ini dengan serius sebagai bentuk lain ekstrimisme yang sama-sama berbahaya,” tambah Omar Lum.

Diterbitkan Pukul 16:00 AEST 1 Agustus 2016 oleh Farid M. Ibrahim. Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.