ABC

Masih Ada Kesenjangan Besar Prestasi Sekolah Pelajar Pribumi dan Non Pribumi

Masih terdapat kesenjangan yang cukup besar dalam prestasi sekolah antara anak-anak Aborigin dan non-Pribumi di Australia. Demikian kesimpulan dari sebuah penelitian terbaru di Australia.

Laporan yang disusun oleh Universitas Flinders ini mencatat para pelajar pribumi masih tertinggal di belakang dari pelajar non-pribumi dalam serangkaian kriteria mulai dari prestasi akademik, kehadiran maupun tingkat retensi atau naik kelas di sekolah.
 
Hal ini didasarkan pada sebuah studi longitudinal terhadap 14.000 anak-anak Australia dan dilakukan beberapa tahun setelah Pemerintah Australia sepakat untuk berusaha menutup kesenjangan ketertinggalan warga pribumi.
 
"Sekolah yang diikuti pelajar pribumi dan non pribumi berbeda, latar belakang ekonomi sosial para pelajar juga berbeda, tapi meski setelah kami mengawasi perbedaan diantara sekolah ini, tetap saja kami masih mendapati kesenjangan yang cukup besar antara warga pribumi dengan non pribumi," kata Professor Kostas Mavromaros, dari Institut Kajian Buruh Nasional Universitas Flinders.
 
"Jika Anda melihat tingkat tinggal kelas antara kelas 7 dan 8, dan tahun 12 di sekolah itu pada tahun 2012, tingkat kenaikan kelas dikalangan pelajar pribumi mencapai 51 persen, sementara di kalangan pelajar non pribumi mencapai 81 persen dan itu artinya ada kesenjangan yang masif sebesar 30%.
 
Penulis laporan ini mendapati tidak ada perbedaan yang signifikan antara pelajar pribumi dan non pribumi setelah mereka berusia 15 tahun, meski prestasi akademik turut berperan. Oleh karena itu Ia menilai kondisi ini masih bisa terus diperbaiki dengan memperbanyak intervensi yang lebih dini.
 
Menanggapi hasil temuan ini Kepala sekolah menengah  Le Fevre di Adelaide, rob Shepherd,  mengaku tidak terkejut dengan hasil tersebut.
 
"Berdasarkan pengalaman kami di sekolah ini dan dari hasil kerja saya dengan kolega yang lain, tidak hanya di Australia Selatan tapi hal yang sama juga terjadi di wilayah lain di Australia, kesenjangan ini memang nyata," katanya.
 
Menurut Shepherd sekolahnya juga memiliki keragaman kelompok pelajar yang sangat besar, dimana sekitar 20 persen murid disekolahnya adalah pelajar Aborijin.  Namun sekolahnya berhasil meningkatkan angka kenaikan kelas disekolahnya dengan melakukan penyesuaian di kelas Bahasa Inggris dan mendorong lebih banyak pertautan dengan kebudayaan.
 
"Intervensi yang lebih awal itu penting dan di sekolah kami hal itu bahkan telah menjadi bagian semacam pola dalam menangani pelajar Aborijin."
 
"Kami mentargetkan program untuk semua pelajar kami untuk pelajaran membaca dan berhitung, dan sebagai tambahannya kami memiliki tim pendidik berlatar belakang Aborijin," kata Shepherd.
 
"Staf kami menyadari ternyata hubungan yang saling memberi manfaat dan menghormati itu sangat penting bagi semua pelajar dan komunitas sekolah, begitu juga dengan komunitas sekolah Aborijin,"
 
Hal ini akan membuat semua anggota komunitas sekolah saling mengenal satu sama lain dan saling mendukung dan akhirnya para pelajar di sekolahnya sangat menikmati pendidikan mereka, termasuk pelajar laki yang berpartisipasi dalam akademi olahraga Aborijin untuk murid Australia Selatan.
 
Peneliti berharap temuan dalam laporan ini akan digunakan untuk membentuk kebijakan pendidikan di masa depan.