Masa Depan Pangan Ada Pada Produksi Berkelanjutan
Pasokan makanan yang berlimpah belum pernah terjadi dalam sejarah manusia sebelumnya. Namun, banyak warga perkotaan tidak mengetahui bagaimana dan dari mana bahan pangan yang ada di piring mereka.
Pesan yang disampaikan oleh Profesor Louise Fresco saat berada di Sir John Crawford Memorial Address di Canberra adalah pragmatis.
Ia mendesak petani agar tidak disembunyikan identitasnya, dan konsumen menjadi lebih memiliki hubungan dengan makanan, bahkan saat kopi berasal dari Jawa, karena produk kopi tidak harus selalu lokal.
Profesor Fresco telah berpengalaman selama 40 tahun bekerja di negara-negara berkembang, termasuk dengan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB.
Sekarang, ia menjabat presiden di Wageningen University, universitas di Belanda yang terkemuka dengan bidang pertanian dan makanan.
Dalam buku terbarunya ‘Hamburger in Paradise’, dia mengeksplorasi kisah di balik makanan yang kita makan.
“Saya menunjukkan bagaimana hamburger dimulai sebagai makanan untuk keluarga di pinggiran kota, lalu menjadi Big Mac yang ‘macho’ setelah perang,” jelasnya.
“Kemudian menjadi simbol globalisasi. Di Cina dan Rusia setelah jatuhnya Tembok Berlin, setiap orang ingin mengkonsumsi hamburger.”
“Sekarang, meskipun dicemooh di negara-negara barat, tapi telah kembali dalam bentuk ‘gourmet’.”
Gourmet adalah istilah seni memasak dengan menggunakan bahan-bahan yang bisa memberikan kesan mewah dan lebih menarik.
"Menjadi simbol yang menarik bagaimana kita melihat makanan dan pendapat kita soal makanan telah berubah."
Profesor Fresco mengatakan ‘Paradise’ dalam judul bukunya, sebagai nostalgia dari masa lalu yang sebenarnya tidak ada, “karena makanan tidak diproduksi, tapi ada begitu saja.”
“Hampir semua agama memiliki gambaran di mana di surga semuanya akan langsung datang kepada kita, tapi itu tidak terjadi di sini [di Bumi],” katanya.
Pangan Berkelanjutan tidak Harus Lokal
Profesor Fresco bukanlah seorang yang menolak produk makanan asal impor dan harus selalu menggunakan bahan pangan lokal.
“Produksi pangan yang berkelanjutan dan efisien adalah saat tanaman dan hewan dapat diproduksi dengan baik, dalam kondisi terbaik,” katanya.
“Kita perlu menyeimbangkan bahan pangan global dengan lokal.”
"Namun tantangan utamanya adalah menemukan rantai makanan yang tidak disembunyikan, orang merasa memiliki koneksi bagaimana pangan itu diproduksi."
“Seperti kopi di Jawa. Orang ingin tahu, siapa orang yang memproduksi kopi saya?”
Ia mengatakan tantangan yang paling penting dalam memproduksi pangan bagi dunia adalah untuk berpikir soal sumber protein.
“Protein akan menjadi faktor yang paling membatasi untuk keamanan pangan di masa depan,” kata Profesor Fresco.
“Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang penggunaan yang lebih baik dari protein hewani, tetapi terutama dari sumber lainnya, seperti protein dari laut, serangga, atau ganggang.”
Profesor Fresco kini sedang dalam misi untuk berbicara dengan pemerintah tentang pengembangan kebijakan pangan yang menutup lingkaran lingkungan, limbah, air, energi dan pertanian.
Ia mengatakan tidak ada negara di dunia yang memiliki kebijakan pangan dan pertanian yang terintegrasi.
“Mereka memiliki kementerian pertanian, lingkungan, makanan dan kesehatan, meski kadang-kadang makanan tidak memiliki kementerian,” kata Profesor Fresco.
“Pembagian lama seperti itu tidak bisa lagi diterapkan dalam masyarakat yang saling berhubungan dan konsumen tidak berpikir secara terpisah soal makanan, kesehatan, dan bagaimana pertanian menghasilkan makanan.”
Diterbitkan pada pukul 14:00 AEST oleh Erwin Renaldi, dari artikelnya dalam bahasa Inggris, yang bisa dibaca disini.