ABC

Mark Webber Ungkap Kisahnya Sebagai Pebalap Formula 1

Memutuskan untuk pensiun adalah hal yang tidak mudah dilakukan bagi para juara ketika usia tidak lagi muda dan stamina tubuh sudah mulai mengendor.

Dalam jamuan acara santap pagi di arena F1 Melbourne Jumat (18/3/2016), Mark Webber, yang memulai debutnya di ajang Formula 1 tahun 2002, mengungkap betapa sulitnya menjaga posisi untuk tetap menjadi orang nomor satu.

“Tahun ini saya berusia 40 tahun, banyak pembalap muda yang lebih baik," ujarnya.

"Keputusan saya pensiun dari Formula 1 tahun 2013 lalu karena saya tidak ingin mundur saat saya tidak mampu lagi perform menjaga posisi nomor satu. Tentu tidak mudah karena adrenalin masih terus memicu saya untuk ingin tetap menjadi juara,” tutur Webber seperti dilaporkan Dian Fatwa dari ABC.

Mark Webber dalam acara santap pagi di arena F1, Jumat (18/3/2016) di Melbourne. (Foto: ABC/Dian Fatwa)
Mark Webber dalam acara santap pagi di arena F1, Jumat (18/3/2016) di Melbourne. (Foto: ABC/Dian Fatwa)

Ia menambahkan, tidak banyak orang tahu sisi lain dari para pebalap saat mengalami tekanan emosi.

‘’Dalam olah-raga tennis, penonton bisa melihat ekspresi wajah pemain saat marah atau kesal. Tapi sebagai pembalap muka kami tertutup helmet, orang tidak melihat saat kami lelah,” ujarnya.

Menjadi pembalap Formula 1 memang membutuhkan keterampilan dan stamina tubuh yang tinggi. Dengan posisi mesin di balik kemudi, temperatur di dalam cockpit cepat naik sehingga pengemudi Formula 1 harus bisa menjaga emosi.

“Bayangkan saya harus mengemudi mobil seberat 600 kg, seperti menarik barang di lumpur yang berat. Apalagi kalau saya berada di Singapura, udara di sana bisa mencapai 41 derajat, ini benar-benar tantangan yang luar biasa untuk tetap fokus saat mengemudi,” katanya.

Tantangan lain yang dihadapi Webber adalah tinggi badan. “Tinggi badan saya 180cm, ini terlalu tinggi. Pas-pasan sekali untuk bisa masuk kemudi. Idealnya saya harus lebih pendek sehingga bisa leluasa dalam cockpit,” tuturnya.

Yang jelas stamina tubuh harus dijaga. Selain berlatih kardio, untuk menjaga stamina tubuhnya, Webber juga rajin bersepeda di pegunungan Alpen, hiking dan bermain surfing di Australia. Ini adalah cara Webber menyiasati tekanan darah yang sering dialami pengemudi.

“Saat mengemudi kami sering mengalami tekanan darah. Serasa duduk dalam bath-up kamar mandi berjam-jam. Jadi setelah dua jam berada di cockpit, bangun dari stir, badan sering kelelahan," katanya.

Webber mengakui banyak pembalap yang masih diselimuti ego sehingga justru menganggu kerjasama tim saat berada arena balap.

“Membangun sebuah tim adalah penting bukan melulu semuanya soal kebutuhan dan keinginan pembalap saja,” ujarnya.  

Ketika ditanya soal sejumlah pembalap muda yang bersikap temperamental, Webber menjawab dengan diplomatis.

“Mereka kan masih muda. Mereka akan belajar seiring dengan banyaknya pacuan balap yang dilewati," ujarnya diplomatis.