ABC

Manusia Kerdil dari Flores Menghilang Saat Datangnya Manusia Modern

Menghilangnya manusia kerdil di Flores (Homo floresiensis), kini dipastikan terjadi dalam era yang bersamaan dengan datangnya manusia modern (Homo sapiens), sekitar 60 ribu hingga 100 ribu tahun lampau.

Menghilangnya manusia "hobbit" dari Flores ini sebelumnya diperkirakan terjadinya sekitar 12 ribu tahun lampau. Namun dengan penggalian terbaru di Gua Liang Bua di Flores menyimpulkan bahwa eranya 50 ribu tahun lebih jauh ke belakang.

Data hasil penggalian yang dipublikasikan dalam Jurnal Nature, menunjukkan tulang-belulang Homo floresiensis yang ditemukan tahun 2003 diperkirakan berasal dari era antara 60 ribu hingga 100 ribu tahun silam, dan peninggalan berupa peralatan dari batu yang berusia antara 50 ribu higga 190 ribu tahun.

Data ini membalikkan perkiraan sebelumnya bahwa manusia kerdil dan peralatan mereka menghilang dari muka bumi sekitar 12 ribu tahun silam.

Arkeolog Professor Bert Roberts dari University of Wollongong Australia, menuliskan laporan penggalian terbaru ini. Dia juga termasuk tim yang melakukan penemuan di tahun 2003.

Ketika penemuan Homo floresiensis diumumkan tahun 2004, hal itu memicu perdebatan di kalangan arkeolog dunia.

Sebagian menyatakan bahwa spesies pertama yang ditemukan, yaitu jenis kelamin perempuan setinggi sekitar 1 meter dengan ukuran otak kecil seukuran otak simpanse, bukanlah spesies baru manusia. Mereka mengatakan bahwa temuan itu adalah seorang manusia modern yang mengalami penyakit tertentu seperti keterbelakangan mental.

Professor Roberts mengakui riset terdahulunya mengenai menghilangnya manusia kerdil Flores itu sekitar 12 ribu tahun lalu, memang tampak tidak wajar.

"Hal yang selalu mengganjal saat itu adalah, bagaimana bisa manusia kerdil ini, bisa bertahan hidup di Flores selama 40 ribu tahun setelah kedatangan manusia modern ke Australia," jelasnya.

"Bagaimana bisa ada jarak sekitar 40 ribu tahun antara spesies Homo sapiens dengan manusia kerdil ini, sementara manusia modern dikenal sebagai faktor pengganggu bagi spesies lainnya," tambah Prof. Roberts.

Dia mengatakan delapan tahun riset di gua tersebut telah menjawab pertanyaan ini, setelah tim peneliti menemukan lapisan bebatuan yang lebioh kompleks.

Menurut Prof. Roberts, tadinya diperkirakan lokasi penemuan awal tulang-belulang spesies ini merupakan lapisan sisa dari sedimen yang lebih purba. Dalam 20 ribu tahun lapisan ini tertutupi oleh lapisan yang lebih muda.

Namun kini dengan penggalian terbaru dan teknik penghitungan waktu yang belum tersedia menunjukkan hal berbeda.

Prof. Roberts menjelaskan timnya menghitung usia arang, sedimen, abu vulkanis serta tulang-belulang Homo floresiensis sendiri dan tiba di era waktu yang lebih lama.

Periode yang lebih lama ini menunjukkan bahwa punahnya manusia Homo floresiensis ternyata mengikuti pola yang umum.

"Di saat mereka menghilang, bumi juga kehilangan binatang-binatang ukuran raksasa seperti stegodon dan lainnya," katanya.

Hilangnya megafauna di Flores setelah kedatangan manusia modern, sejalan dengan situasi di Australia, dimana nenek moyang kanguru yang ukuran raksasa juga menghilang saat manusia modern tiba di benua itu.

Namun Prof. Roberts mengatakan sementara ini belum ada bukti yang mendukung adanya kontak antara manusia kerdil Flores dengan manusia modern atau kelompok manusia lainnya seperti Denisovans.

"Kita tidak bisa menyatakan bahwa manusia modern merupakan penyebab punahnya manusia kerdil ini. Namun paling tidak kini kita bisa menempatkan masa kepunahan mereka itu bersamaan dengan masa kedatangan manusia modern," kata Prof. Roberts.