ABC

Mantan Penasehat Presiden Trump Sebut Australia Terlalu Lemah Hadapi China

Mantan penasehat Presiden AS Donald Trump, Steve Bannon, mengeritik langkah Australia terhadap agresivitas China. Dia menyebut langkah yang diambil mantan PM Malcolm Turnbull selama ini terlalu lemah.

“Orang akan dimintai pertanggungjawaban 10 atau 20 tahun mendatang, apa yang Anda lakukan soal China, bagaimana Anda mengatasinya,” kata Bannon kepada Program Four Corners ABC.

“Hal itu harus dihadapi sekarang. Turnbull terlalu banyak bersikap menyenangkan (China),” katanya.

Bannon menyebut Australia sebagai “canary in the mineshaft” – suatu peringatan akan konsekuensi akibat tidak tegas menghadapi China.

“Australia dapat menunjukkan bagaimana orang yang baik menaati aturan,” katanya.

“Dan yang mereka lihat kemudian sumber daya ekonomi dan aset ekonomi negaranya sudah dimiliki oleh negara lain,” tambah Bannon.

“China melihat Amerika Serikat dan Australia dengan cara yang sama. Mereka menganggap kita sebagai negara bawahannya,” ujarnya.

Mantan PM Turnbull belum lama ini mengeritik kebijakan perdagangan proteksionis dan menegaskan keinginan Australia membangun hubungan ekonomi dengan China, “sesuai tujuan, standar dan prioritas kami”.

Bannon menilai pernyataan Turnbull ini sebagai langkah mundur.

“Perdebatan di Australia jauh lebih kuat daripada di Amerika Serikat. Di sini kami baru memulainya,” ujar Bannon.

Perdebatan itu, katanya tidak melulu soal ideologi politik. Menurut dia, banyak orang progresif di Australia yang merasa sangat kecewa mengenai masalah ini.

Menantang China kunci sukses Trump

Hubungan Australia-China mengalami permasalahan beberapa bulan terakhir. Australia memberlakukan UU Intervensi Asing serta melarang raksasa telekomunikasi China, Huawei, ikut tender jaringan 5G Australia dengan alasan keamanan nasional.

Bannon yang merupakan arsitek kemenangan Trump dalam Pilpres AS 2016 mengatakan, menantang China adalah kunci sukses Trump di kalangan pemilih kelas pekerja dan kelas menengah AS.

“Dari sanalah datangnya kemarahan. Kelas pekerja dan kelas menengah, terutama kelas menengah bawah mengatakan, ‘tidak, kami percaya Amerika dapat kembali pada kejayaannya’,” katanya.

“Para elit di negara kami, sama seperti elit di Australia, mengatakan kebangkitan China tidak dapat ditawar. Ini hukum termodinamika kedua. Ini bagian dari fisika alam semesta,” jelasnya.

“Anda tahu apa yang dikatakan Trump? ‘Saya kira tidak begitu’,” katanya.

Menurut Bannon, Presiden Trump siap menghadapi eskalasi lebih lanjut dalam konfrontasinya dengan China.

“Kami sedang menghadapi perang ekonomi dengan China,” katanya.

AS baru-baru ini memberlakukan tambahan tarif $ 16 miliar lebih untuk impor produk China, setelah sebelumnya menerapkan tarif $ 34 miliar pada bulan Juli. Beijing telah merespons tindakan ini.

Perusahaan akuntan KPMG memperingatkan kedua negara akan mengalami perang dagang sepenuhnya yang bisa memicu resesi global.

Menurut Bannon, Presiden Trump siap menghadapi kemungkinan ini untuk mencapai penataan ulang mata rantai pasokan produk global.

“Resesi datang dan pergi. Saya rasa para pekerja memahaminya dan terutama mereka yang mendukung Donald Trump,” ucapnya.

“Mereka memahami mungkin ada guncangan cepat atas hal ini dan itulah yang disebut sebagai kepemimpinan,” tambahnya.

“Saya kira Donald Trump, saya kira negara ini siap melakukan apapun yang harus dilakukan. Ini menyangkut bagaimana mengembalikan lapangan kerja, pekerjaan bernilai tambah tinggi yang mendatangan nilai dan martabat bagi pekerja, sehingga mereka memiliki penghasilan yang mungkin mendukung keluarganya,” tutur Bannon.

Australia akan alami pemberontakan kelas pekerja

Bannon masih terus berkampanye mengenai sikap nasionalistik Trump di bidang ekonomi, meski hubungan keduanya telah memburuk.

Bannon berperan dalam kampanye Brexit di Inggris. Dia juga menjalin hubungan dengan kelompok nasionalis sayap kanan dan kiri di Eropa.

Dia berencana membawa “Perang Salibnya” ke Australia sebelum pemilu mendatang.

“Banyak kemarahan di luar sana dan saya rasa kemarahan ini bisa dimanfaatkan,” katanya.

Dia mengatakan Australia juga akan alami pemberontakan kelas pekerja.

“Australia akan menjadi sarang populisme. Mengingat kerewelan dan kebencian rakyat Australia,” katanya.

Bannon mengundurkan diri dari posisinya sebagai pimpinan eksekutif media konservatif Breitbart News Network awal tahun ini.

Bannon dan Breitbart dituduh menjadi pemicu perpecahan rasial di AS.

Namun dia menolak ideologi nasionalistik di bidang ekonomi sebagai tindakan rasis.

“Para pekerja kulit putih di negara ini tidak rasis. Para pekerja negara ini hanya membela diri,” katanya.

“Tak perduli berapa banyak jurnalis liberal datang kemari dan menuding, ‘mereka ini sekelompok fasis, sekelompok Nazi, sekelompok rasis’. Gerakan ini tak akan berhenti,” papar Steve Bannon.

Diterbitkan oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC Australia.