Mantan Pejihad Manwar Ali Dijadwalkan Tampil di Australia
Penundaan visa untuk mantan pejihad yang rencananya akan hadir dalam festival Dark Mofo di Hobart bisa dianggap sebagai serangan terhadap kebebasan berbicara.
Demikian dikemukakan jurnalis Australia Peter Greste yang pernah dipenjara di Mesir pada tahun 2013.
Greste dijadwalkan mewawancarai mantan pejihad asal Inggris Muhammad Manwar Ali dalam acara Dark and Dangerous Thoughts akhir pekan ini.
Sebagai pembicara utama, Manwar Ali mengajukan permohonan visa sejak April lalu dan dijadwalkan datang ke Hobart pada hari Jumat.
Pihak penyelenggara mengatakan Depdagri Australia telah menyampaikan minggu lalu bahwa visa tersebut akan memakan waktu “berbulan-bulan” untuk diproses.
Acara akan digelar sesuai jadwal namun Manwar Ali hanya akan berbicara melalui sambungan satelit.
Greste tidak tahu apa alasan penundaan visa pria yang sekarang menjadi aktivis perdamaian.
“Sulit memahami apa yang bisa menunda visa ini kecuali kekhawatiran tentang karakternya,” katanya.
“Kecuali Manwar akhirnya mendapatkan visanya di menit-menit terakhir, saya akan berbicara dengannya melalui sambungan satelit ke London.”
Greste mengatakan hal ini menimbulkan kesan negatif pada Depdagri.
“Departemen ini belum mengatakan apa masalahnya. Kami tidak tahu apa yang terjadi. Atau pesan apa yang ingin dikirimkan,” katanya.
“Saya kira hal ini akan dilihat sebagai serangan terhadap kebebasan berbicara,” tambahnya.
Direktur event Dark and Dangerous Thoughts Laura Kroetsch mengatakan Manwar Ali belum pernah ke Australia sebelumnya.
“Dia tidak pernah dinyatakan bersalah tetapi dia banyak berbicara tentang perannya sebagai pejihad yang bertempur di Timur Tengah. Namun sejak tahun 2000 dia menjadi advokat perdamaian,” katanya.
"Kekhawatiran pribadi saya yaitu mungkin ada masalah karena Manwar Ali itu seorang Muslim yang taat," ujar Kroetsch.
Penyelenggara menyatakan permohonan visanya diajukan 30 April dan untuk visa kunjungan singkat biasanya hanya butuh tiga minggu untuk diproses.
Permohonan tersebut termasuk surat dukungan dari pemerintah, penegak hukum, universitas dan badan amal di Inggris dan Australia.
Dalam pernyataannya Depdagri mengatakan tidak akan mengomentari kasus perkasus.
“Semua yang bukan warga negara memasuki Australia harus memenuhi karakter dan persyaratan keamanan yang ditetapkan dalam UU Migrasi 1958,” kata pernyataan itu.
“Ada ketentuan kuat di bawah UU untuk menolak atau membatalkan visa jika seseorang ditemukan tidak memiliki karakter yang baik,” katanya.
“Setiap kasus dinilai oleh departemen menurut kasusnya sendiri, yang bisa berdampak pada jangka waktu pemrosesan,” tambahnya.
Kegiatan Dark Mofo ini sebelumnya telah menuai kontroversi, khususnya pada tahun 2017 ketika seorang penampil menggunakan banteng yang baru disembelih dalam penampilannya.
Pertunjukan saat itu, 150 Action, disutradarai Hermann Nitsch (78 tahun), melibatkan para pemain yang ditelanjangi dan disiram dengan darah.
Dari lebih 2.500 orang yang datang ke pertunjukan itu, hanya beberapa ratus orang yang tinggal menyaksikan secara penuh. Pertunjukan ini mencapai puncaknya dengan pertarungan atas jeroan hewan tersebut.
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.