ABC

Malaysia Kehilangan Satu-satunya Badak Sumatra Jantan yang Tersisa

Badak Sumatera jantan terakhir yang ada di Malaysia mati, di tengah upaya luar biasa untuk menyelamatkan spesies yang terancam punah dan pembiakan lewat laboratorium.

Badak itu bernama Tam, berusia 35 tahun dan tinggal di suaka margasatwa Tabin di negara bagian Sabah, sejak ditangkap di sebuah perkebunan kelapa sawit pada 2008.

“Dengan berat hati kami membagikan berita tragis kalau Tam, badak Sumatera jantan terakhir di Malaysia, telah mati,” kata Borneo Rhino Alliance (BORA) dalam pernyataan di Facebook kemarin.

Menurut BORA, Tam telah menderita kegagalan organ hati dan ginjal.

Christina Liew, menteri negara untuk pariwisata, budaya dan lingkungan Malaysia, dalam sebuah pernyataan mengatakan materi genetik Tam telah disimpan untuk upaya masa depan mereproduksi badak Sumatera.

Badak Sumatera, spesies badak terkecil, dinyatakan punah di alam liar di Malaysia pada 2015.

Iman, seekor betina berusia 25 tahun, sekarang adalah satu-satunya anggota subspesies yang tersisa di Malaysia.

Ketika ditangkap pada tahun 2014, Iman diketahui memiliki tumor pada rahim, meski masih memproduksi sel telur.

“Sel telurnya bisa dibuahi di laboratorium lewat proses in-vitro fertilisation (IVF/bayi tabung) dengan sperma dari badak jantan Indonesia. Embrio yang bisa diproduksi dari proses ini dapat dicangkokkan ke indung badak betina Indonesia,” kata Liew.

Badak betina lainnya, Puntung yang ditangkap tahun 2011, disuntik mati pada tahun 2017 karena mengidap kanker.

Tam ditangkarkan di Tabin dengan harapan dia dapat mengawini Iman dan Puntung, tapi harapan ini kandas ketika diketahui kedua betina tidak bisa hamil.

“Saya ingat betul ketika Tam ditangkap dan semua orang sangat berharap dia bisa jadi anggota pendiri dari program pembiakan di penangkaran yang berhasil di Sabah, dengan upaya internasional yang melibatkan Amerika Serikat dan Indonesia,” kata Susie Ellis, direktur eksekutif International Rhino Foundation, dalam sebuah pernyataan.

“Sedihnya, harapan itu berulang-ulang terbentur karena serangkaian kecelakaan, beberapa masalah sosial politik, biologis, dan sekadar tidak beruntung.”

Sejak 2011, Malaysia telah mencoba membiakkan spesies ini di penangkaran melalui proses IVF, tetapi belum berhasil.

Untuk pertama kalinya, badak langka lahir dari inseminasi butan di kebun binatang Miami.

Pakar margasatwa memperkirakan bahwa hanya sekitar 30 hingga 80 badak Sumatera yang tersisa di dunia, sebagian besar di pulau Sumatra, dan Kalimantan, Indonesia.

Keberadan mereka yang terisolasi, yang disebabkan oleh hilangnya habitat dan perburuan, membuat mereka jarang berkembang biak dan mungkin punah dalam hitungan dekade, menurut kelompok konservasi International Rhino Foundation.

Badak betika bisa mengalami kista dan fibroid (jaringan otot bukan kanker) di organ reproduksi mereka jika terlalu lama tidak kawin.

Sebuah laporan PBB yang dirilis awal bulan ini memperingatkan bahwa 1 juta spesies di dunia berada di bawah ancaman kepunahan.

World Wildlife Fund (WWF) Malaysia memberikan penghormatan kepada jantan terakhir dari jenisnya di negara itu di Facebook.

“Kami sangat sedih karena kami tidak hanya berduka atas hilangnya satwa liar, tetapi juga hilangnya spesies,” sebut WWF.

“Dengan kematian Tam, kita sekarang hanya memiliki Iman yang tersisa, badak betina terakhir kita.

“Jika kita tidak hati-hati, badak Sumatera tidak akan menjadi satu-satunya spesies yang akan punah di bawah pengawasan kita.”

Dalam sebuah posting Facebook dari tahun 2015, WWF Malaysia mengatakan badak Sumatera menghuni hutan di seluruh Asia Selatan dan Tenggara, tetapi populasinya “telah menyusut secara drastis karena hilangnya habitat hutan dan diburu untuk diambil culanya”.

“Permintaan untuk cula badak berasal dari kepercayaan umum namun salah arah kalau dianggap cula badak memiliki sifat obat,” tulis WWF.

BORA menggambarkan badak Sumatera punah secara fungsional, yang berarti individu yang tersisa tidak cukup untuk menyelamatkan spesies dari kepunahan.

Reuters