ABC

Makin Banyak Warga Australia yang Bangkrut dan Butuh Pengetahuan Finansial

Menurut data terbaru dari Otoritas Keamanan Keuangan Australia (AFSA), lebih dari 7.000 warga Australia telah dinyatakan bangkrut pada kuartal Maret. Ini menunjukkan tingkat kebangkrutan tercepat dari warga Australia sejak krisis keuangan global.

Warga yang paling terpukul adalah mereka yang berada di Queensland dan Australia Barat –negara bagian yang dulunya kaya sumber daya, menyumbangkan sebagian besar peningkatan kebangkrutan yang dialami individu di Australia.

Direktur lembaga bantuan sosial masyarakat ‘Wesley Mission’, Keith Garner, mengatakan, selama tahun 2015 saja, lembaganya telah menerima lebih dari 6.000 panggilan dari orang-orang yang tertekan secara finansial.

Pemutusan kerja, gaji turun dan harga rumah yang jatuh ada di antara beberapa alasan di balik kesulitan keuangan.

Keith mengatakan, lembaganya melihat banyak orang menjadi tak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar dan membayar utang.

"Jika mobil rusak -dan mobil itu bukan barang mewah bagi banyak orang, mereka membutuhkannya untuk pekerjaan -jika mobil rusak, mereka tak bisa menghadapi hal itu," ceritanya.

Ia mengungkapkan, "Jika mereka mendapat tagihan dana kesehatan yang tak terduga, sulit untuk membayarnya. Sekarang ketika hal semacam itu terjadi, Anda benar-benar memiliki masalah yang harus Anda hadapi."

Perlunya pendidikan finansial yang lebih baik

Keith mengatakan, ia sangat prihatin terhadap warga Australia yang memiliki hutang kartu kredit menggunung.

"Hutang kartu kredit berada pada tingkat yang sangat, sangat tinggi. Kami bertemu orang-orang yang ketika melihat jumlah kartu kredit mereka, itu hampir sebanyak satu pak kartu, ada sangat banyak – kartu pusat perbelanjaan, segala macam hal yang tak bisa diatasi hari ini, masalah yang makin meningkat," jelasnya.

Lembaga Wesley Mission kini mendesak Pemerintah Australia untuk memberi warganya pendidikan finansial yang lebih baik, dengan harapan hal itu bisa membantu warga untuk menghindari krisis keuangan di masa depan.

"Saya pikir, kami tak hanya perlu lebih banyak orang yang bersedia membantu sesamanya sebelum keadaan menjadi terlalu sulit … kami juga perlu lebih banyak konseling keuangan," kata Keith.

Ia menyebut, "Kami membutuhkan lebih banyak pendidikan keuangan di sekolah kami, untuk generasi muda dan keluarga, sehingga masalah yang harus dihadapi, mereka siap untuk menghadapinya."

Jangan malu konsultasi

Bronwyn Rushton, 46 tahun, adalah petugas pendukung warga disabilitas yang tinggal di barat Sydney. Ia mengatakan, ia mencari konseling keuangan setelah sadar dirinya tak mampu memenuhi kebutuhan.

"Saya rasa bagi saya, saya merasa seperti gagal untuk pertama kalinya dalam hidup. Saya selalu mengontrol segala sesuatu dan ada sesuatu yang saya tak bisa kendalikan," tuturnya.

Bronwyn mengatakan, saat pernikahan pertamanya rusak, ia ditinggalkan untuk menjaga lima anaknya di rumah subsidi pemerintah.

Ia mengaku, saat itu memprioritaskan pengeluaran adalah tantangan baginya.

"Anda tahu, tagihan listrik, telepon dan internet serta segala sesuatunya, itu sulit … itu hal yang tak mungkin, Anda ingin anak-anak Anda tetap baik-baik saja tetapi Anda semacam tak bisa melakukannya tanpa internet,” ungkap Bronwyn.

"Saya berusaha keras untuk mengakalinya dan saya bisa melakukannya begitu lama dan itulah yang membuat saya menghubungi Wesley Mission, saya bilang saya tak bisa melakukannya lagi," utaranya.

Bronwyn sekarang memiliki pekerjaan penuh-waktu dan tinggal di hunian pribadi.

Ia mendesak warga Australia lainnya yang tengah dalam kesulitan keuangan untuk meminta bantuan.

"Ketika Anda pergi ke konselor, Anda harus terbuka dan jujur dan mengatakan 'ini apa yang terjadi di rumah, ini apa yang keluar dari rumah dan dengarkan nasehatnya," kata perempuan itu.

Seorang juru bicara untuk Menteri Sosial, Christian Porter, mengatakan, Departemen Pelayanan Sosial menawarkan layanan konseling keuangan gratis dan rahasia kepada warga Australia manapun yang berada dalam kesulitan keuangan.