Makin Banyak Pria Lansia Australia Gunakan Medsos Untuk Reuni
Facebook telah menjulukinya “efek kakek-nenek”. Yakni, kondisi ketika para lansia membuat profil di situs jejaring sosial untuk melihat foto-foto cucu mereka.
Perusahaan jejaring sosial ini tak akan menyebut jumlah pasti lansia Australia yang menggunakan situs mereka, namun dengan 12 juta warga Australia menggunakan platform ini setiap hari, ada dugaan yang muncul bahwa rentang usia penggunanya semakin luas.
Ray Jackson, 69 tahun, adalah contoh dari ‘efek kakek-nenek’ ini. Ia membuat akun Facebook untuk tetap berhubungan dengan keluarganya.
“Setiap hari, hal pertama yang dilakukan di pagi hari, bangun, menyalakan komputer, melihat Facebook,” ungkapnya.
"Melihat-lihat apa yang dilakukan anak-anak, apa yang cucu-cucu lakukan di sekolah atau apa pun,"
– Ray Jackson, pengguna Facebook usia 69 tahun
Reuni setelah 50 tahun
Seperti halnya pengguna Facebook di kalangan muda, Ray juga menggunakan jejaring sosial ini untuk berhubungan kembali dengan teman sekolahnya.
Ia masuk sekolah menengah pada tahun 1960, di SMA Eastern Goldfields, Australia Barat. Ia belum pernah bertemu dengan banyak teman sekelasnya selama lebih dari 50 tahun.
Tapi enam bulan yang lalu, setelah saling bertemu di Facebook, sekelompok dari mereka memutuskan untuk mengejar ketertinggalan dalam kehidupan nyata dan bertemu dalam sebuah reuni.
Rekan sekelas Ray, Geoff Higgs, mengatakan jika ia “sedikit gugup” sebelum bertemu kawan-kawan lamanya.
“Saya tak berpikir saya akan mengenali siapapun, tapi untungnya berkat Facebook, saya bisa mempelajari foto mereka … dan saya bisa mengenali beberapa wajah, dan ternyata saya benar,” tuturnya.
Ia menambahkan, “kami bertemu siang hari, dan beberapa saat kemudian saya melihat jam tangan ternyata sudah pukul 16.30, kita benar-benar larut terbawa suasana.”
"Kami sering membicarakan hal-hal tak penting," ujar Geoff.
Pada hari Rabu (03/05/2017), kelompok tersebut bertemu lagi dan bergabung dengan tiga teman sekelas lainnya.
Ray sepakat bahwa pertemuan tersebut menimbulkan sedikit rasa solidaritas yang biasa dimiliki komunitas pria, bisa berbagi kemampuan profesi atau pembelajaran.
“Saya telah menyumbang barang ke komunitas pria setempat, kehidupan yang saya jalani saat ini tak memberi saya waktu untuk pergi ke sana dan melakukan banyak hal,” katanya.
“Tapi ya, saya rasa ini sama seperti yang lainnya, kami membicarakan masalah pria,” imbuhnya.
Tahun lalu, salah satu pria, yakni Ray Varley, kehilangan istrinya.
“Saat sekolah dulu, Judy ada di kelas kami, jadi kami menikah di usia 20 tahun dan telah menjalani 49 tahun bersama, luar biasa, saya sangat merindukannya,” ungkap Ray.
Ia mengatakan bahwa berhubungan kembali dengan teman-teman sekolahnya telah membantunya dan ia pun memberikan saran bagi para lansia yang belum terjun ke dunia media sosial.
"Lakukan selagi Anda bisa, cari tahu di mana teman Anda berada, dan berhubungan kembali," kata Ray.
Ia menambahkan, “tak ada salahnya dilakukan, Anda mungkin akan menikmatinya.”
Kelompok tersebut mengatakan mereka berencana untuk bertemu secara reguler.
“Kami memutuskan pertemuan ini harus terjadi tiga atau empat kali setahun, jadi kami tak membiarkan ini terlewat 50 tahun lagi. Kami tak akan membiarkan hal itu akan terjadi lagi,” sebut Ray.