ABC

Makin Banyak Perempuan Menjadi Pendeta Di Gereja Brisbane Ini

Selama ratusan tahun, pendeta dari semua denominasi Kristen menjadi domain khusus pria, tradisi ini perlahan-lahan tergerus di Gereja Anglikan, kini keuskupan di Brisbane menahbiskan lebih banyak pendeta wanita daripada pria.

Dalam satu dekade terakhir, sebanyak 43 wanita telah ditahbiskan sebagai pendeta di Keuskupan Brisbane, dibandingkan dengan pria dengan jumlah yang ditahbiskan hanya 35 orang saja.

Salah satu pendatang baru di jajaran pendeta perempuan di Gereja Anglikan Brisbane adalah Pendeta Rosemary Gardiner, 30 tahun, yang ditahbiskan pada akhir pekan lalu di hadapan jemaat yang memenuhi Katedral St John di Brisbane, Queensland.

Pendeta Rosemary Gardiner mencontohkan wajah gereja yang berubah.

Ia adalah ibu dari Edward, dua tahun, dan akan segera melahirkan anak keduanya.

Jadi mengapa dia ingin menjadi pendeta?

“Jawaban sederhananya adalah karena Tuhan menyuruh saya,” kata Pendeta Gardiner.

Dia memiliki latar belakang pendidikan Kristen yang kuat dan ibunya, Gillian Moses, adalah juga seorang pendeta dan pendeta sekolah.

Pendeta Moses mengatakan dia bangga dengan putrinya.

“Saya telah melihat ketertarikan dan panggilan untuk menjadi pendeta dari dalam dirinya sejak lama, tapi saya tidak pernah ingin mendorongnya ke arah tertentu, saya hanya mendukungnya dalam apa pun yang dia lakukan.”

Pentahbisan wanita
Uskup Agung Brisbane Phillip Aspinall menahbiskan Pendeta Rosemary Gardiner di Katedral St John.

Berita ABC: Jessica van Vonderen

Pendeta Moses ditahbiskan sebagai pendeta 10 tahun yang lalu dan menjadi sosok yang penuh semangat dalam mendukung kampanye untuk mengizinkan perempuan menjadi pendeta di Gereja Anglikan, sebuah perjuangan yang akhirnya dimenangkan oleh wanita pada tahun 1992 ketika Sinode Umum Gereja Inggris meloloskan aturan tersebut dengan hanya selisih dua suara.

“Gereja sebagai lembaga Kristus harus mewakili seluruh perwujudan Kristus – yang berarti wanita maupun pria, tua dan muda, heteroseksual dan gay atau transgender, warna kulit dan bentuk apa pun dari tubuh Kristus yang membutuhkan pelayanan dari yang ditahbiskan, “kata Pendeta Moses.

"Sepertinya tidak ada hambatan bagi saya."

Tentu saja, tidak semua orang setuju.

Perempuan masih tidak diizinkan menjadi imam di Sydney

Keuskupan Anglikan Sydney masih tidak mengizinkan perempuan untuk ditahbiskan sebagai imam.

Posisi tertinggi yang bisa perempuan cita-citakan adalah menjadi diakon, yang tugasnya membantu pendeta dan umumnya membantu selama kebaktian dan melakukan penggembalaan dan kerja komunitas pada hari-hari lainnya.

Mereka tidak diizinkan untuk memberikan misa atau melakukan upacara seperti upacara pembaptisan atau pernikahan tunggal.

Uskup Agung Brisbane Phillip Aspinall mengatakan rekan-rekannya di Sydney memiliki interpretasi yang lebih konservatif terhadap Alkitab.

“Mereka akan mengatakan mereka patuh pada kitab suci,” kata Uskup Agung Aspinall.

“Mereka memahaminya untuk menjadi bagian dari apa yang dituntut dari gereja bahwa wanita tidak menggunakan otoritas mengajar atas pria.”

“Saya akan berdebat untuk interpretasi yang berbeda dari teks-teks itu. Mereka terkait dengan waktu dan budaya tertentu yang sangat patriarkal.”

Ibu dan anak
Pendeta Gillian Moses (kiri) dan Pendeta Rosemary Gardiner (kanan) di St Augustine di Hamilton.

ABC News: Jessica van Vonderen

Pendeta Gardiner telah menyelesaikan pendidikan sarjana teologi dan ditugaskan ke gereja St Augustine di Hamilton, di bagian utara Brisbane, untuk mendapatkan pengalaman praktis.

Pada minggu terakhir sebelum pentahbisannya, ia menghabiskan tiga hari melakukan retret diam dalam doa dan kontemplasi.

Perjalanannya menjadi imam bagi umat Kristen berlangsung beberapa tahun, selama waktu itu Komisi Kerajaan Respons Institusional untuk Pelecehan Seksual Anak mengungkap bukti yang mengejutkan.

Namun dia mengatakan cerita mengerikan yang muncul [dari kasus pelecehan seksual di lingkungan gereja] tidak mengguncang imannya.

“Saya benar-benar memikirkannya. Saya menemukan kepastian dari fakta bahwa Uskup Agung kami telah begitu bersikeras melalui proses ini, melalui penyelidikan oleh komisi kerajaan, memeriksa diri kami sebagai institusi gereja, seperti di mana kami telah gagal, mengakui itu dan bagaimana kami bisa berbuat lebih baik, “katanya.

Pendeta Gardiner mengatakan masih ada masalah di mana gereja Anglikan “berusaha mengejar ketinggalan”.

“Saya sangat menyadari masalah cuti melahirkan. Apakah mereka ideal? Saya tidak tahu bagaimana membandingkannya dengan industri lain,” katanya.

"Banyak wanita kesulitan menyeimbangkan peran mereka sebagai ibu yang bekerja dan bertugas di gereja itu tidak selalu jam kerja juga, jadi bisa sulit untuk menyusun beban kerja yang memberikan ruang untuk keluarga."

Uskup Agung Aspinall mengatakan gereja telah menjadi lebih akomodatif bagi keluarga.

“Jika Anda berbicara dengan beberapa pendeta yang lebih tua dan pensiunan, mereka akan menceritakan kisah tentang bagaimana mereka harus mendapatkan izin dari uskup untuk menikah atau bertunangan,” katanya.

“Uskup akan menahbiskan pria lajang. Perguruan tinggi teologi semua muridnya pria lajang dan mereka menjalani kehidupan monastik. Jadi waktu telah benar-benar berubah.”

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.