ABC

Makanan Apa Saja Yang Bisa Atasi Stres dan Depresi?

Gagasan yang menyebut bahwa apa yang kita makan dan minum berdampak langsung pada suasana hati kita, bukanlah hal baru. Siapa yang bisa menyangkal kenikmatan secangkir teh setelah mengalami hari yang berat?

Tapi teori di balik intuisi ini, kini, menjadi topik penelitian utama, dan ada banyak bukti untuk gagasan bahwa otak dan suasana hati kita saling terkait erat.

Bagi penulis buku ‘The Happy Kitchen: Good Mood Food’ (Dapur Bahagia: Makanan Untuk Suasana Hati Yang Baik) dan praktisi kesehatan mental, Rachel Kelly, mengajarkan masyarakat tentang hubungan dua hal itu telah menjadi misi hidupnya.

Pada tahun 1997, Kelly bekerja sebagai jurnalis di The Times di London, memiliki tiga anak kecil dan pasangan dengan pekerjaan yang sama menuntutnya.

"Hidup saat itu baik-baik saja, itu adalah pekerjaan yang saya inginkan, tapi saya adalah orang yang cemas dan saya memikirkan banyak hal," ceritanya.

Ia lalu melanjutkan, “Pada dasarnya, apa yang terjadi adalah suatu malam saya tak bisa tidur, tapi insomnia itu muncul dengan beberapa gejala fisik yang cukup mengkhawatirkan.”

Jantung yang berdegup kencang, mual dan aliran pikiran negatif yang tak terkendali menghasilkan episode depresi serius yang berlangsung selama enam bulan.

Beberapa tahun kemudian, Kelly mengalami periode depresi yang sama seriusnya yang berlangsung lebih lama lagi.

Di saat ia mengobati gejala itu secara tradisional, dengan terapi anti-depresi dan kognitif, ia menjadi berkeinginan untuk mengeksplorasi sisi holistik perawatan kesehatan mental.

“Sebenarnya saya hanya menemui dokter untuk pemeriksaan rutin demi kecemasan yang saya alami … dan ia berkata, ‘Pernahkah Anda mendengar tentang makanan bahagia?’ Dan saya berkata, ‘Tidak, makanan bahagia? Wow, ceritakan lebih banyak lagi’,” ungkapnya.

Kelly kemudian dirujuk ke terapis nutrisi, Alice Macintosh, dan sebuah kolaborasi yang bermanfaat-pun terlahir, yang akhirnya menghasilkan sebuah buku dengan 70 resep berdasarkan 150 studi nutrisi berbeda.

Otak kedua

Walau studi tentang terapi nutrisi masih dalam tahap awal, Kelly mengisolasi dua area penelitian utama yang ia dan Macintosh temukan paling menarik dan berguna.

“Area pertama adalah seputar lemak sehat, omega-3, dan saya bilang, area keduanya adalah bukti di seputar mikrobioma sehat atau mikoorganisme di saluran pencernaan kita,” sebutnya.

Asam lemak omega-3 dipercaya secara luas memiliki berbagai efek anti-inflamasi pada tubuh kita dan beberapa penelitian yang menunjukkan hal ini, meluas ke bagian otak yang telah dikaitkan dengan depresi.

Selain itu, memiliki mikroorganisme saluran pencernaan yang sehat bisa memperbaiki suasana hati Anda dengan terlebih dahulu meningkatkan rasa kebugaran Anda, tetapi juga karena memiliki efek langsung pada sistem kekebalan tubuh Anda. Dan kesehatan kekebalan tubuh merupakan faktor lain yang memiliki tingkat persinggungan yang tinggi dengan kesehatan mental.

Beberapa orang, termasuk Kelly, sampai menyebut perut sebagai “otak kedua”.

Kelly juga menyoroti pergeseran budaya, yang berusaha dibantu oleh penelitian yang seperti ia dukung.

“Saya pikir, sebagai latar belakang untuk semua bukti ini, ada perubahan yang benar-benar frontal dalam bagaimana saya memahami otak saya dan bagaimana cara kerjanya,” akunya.

“Ketika seseorang menderita kecemasan dan depresi seperti saya, orang-orang ini merasa, ‘Oke, ini hanya soal otak.’,” ujarnya.

"Saya pikir, sekarang pergeserannya adalah bahwa kita melihat keseluruhan sistem dan cara otak terhubung dengan bagian lain dari kondisi fisik kita," jelas Kelly.

Rachel Kelly
Rachel Kelly menemukan terapi nutrisi saat menjalani perawatan pelengkap untuk kesehatan mentalnya sendiri.

Supplied: Laura Edwards

Aturan dasar

Bersama dengan resep sehat mereka, Kelly dan Macintosh menyusun daftar 10 aturan yang membentuk pola makan dan membantu kesehatan mental:

1. Sebagian besar makanlah tumbuhan. Sayuran dan biji-bijian adalah nutrisi dan serat yang kaya.

2. Gunakan banyak ramuan dan bumbu. Terutama kunir dan kunyit

3. Makan kacang-kacangan! Kelly menunjuk pada penelitian yang mengatakan bahwa kacang membantu suasana hati Anda.

4. Makan untuk pencernaan Anda. Artinya, kelola keseimbangan bakteri di perut dan usus – menjaga agar otak kedua tetap bahagia dan sehat.

5. Lemak adalah teman Anda. Lemak sehat, seperti omega-3 yang disebut sebelumnya, dianggap memiliki pengaruh positif pada bagian otak yang terkait dengan depresi.

6. Lakukan keseimbangan protein yang tepat. Kelly menyarankan agar kita banyak mengonsumsi protein bagus seperti ikan dan daging tanpa lemak dan menghindari produk daging olahan.

7. Hindari pemanis dan bahan tambahan. Sekali lagi, makanan olahan dikaitkan dengan kesehatan mental yang buruk.

8. Awasi gula darah Anda. Kegiatan ini punya berbagai manfaat dan jangan pernah lalai.

9. Variasikan pola makan Anda. Rata-rata pola makan ala Barat terdiri dari sekitar 20 bahan, sedangkan nenek moyang manusia mungkin makan lebih banyak, sekitar 150 bahan.

10. Santai dan nikmati. Kita tak bisa melupakan manfaat makan sebagai aktivitas sosial dan rekreasi – ada alasan mengapa setiap budaya memusatkan perhatian pada perayaan di seputar makanan.

Sementara studi tentang terapi nutrisi bersifat awal, banyak ahli gizi berpendapat bahwa semua yang ada dalam daftar ini adalah ide yang bagus secara fisik.

“Bagi orang-orang yang tak merespon pengobatan, beberapa pendekatan holistik dan penggunaan nutrisi ini sangat menarik,” kata Kelly.

“Ini akan menjadi area pertumbuhan kesehatan mental yang besar dalam dekade berikutnya.”

Diterjemahkan pukul 10:00 AEST 19/5/2017 oleh Nurina Savitri dan simak artikelnnya dalam bahasa Inggris di sini.