Mahasiswa Penyintas Korban Kekerasan Seksual di Kampus
Pada tanggal 7 Juli 2016, mahasiswa Universitas Nasional Australia James Connolly diserang secara seksual.
“Saya mengundang dia kembali ke kamar saya di kampus, dia berbisik di telinga saya untuk meminta persetujuan [melakukan tindakan seksual], saya telah mengatakan tidak,” kenangnya.
“Beberapa menit kemudian dia bertanya lagi, dia memohon sambil dia menindih saya ke tempat tidur, saya sudah mengatakan tidak berulang kali, dia berkata ‘shhh’ [meminta saya diam].
“Dia menekan saya semakin keras, dia lebih kuat dari saya, lebih besar, saya tidak bisa bergerak, masih sambil berbisik, dia terus melanjutkan perbuatannya kepada saya, dia telah membungkam saya.”
Selama setahun James Connolly tidak dapat memproses pengalamannya tersebut dan menyimpannya sendiri.
“Saya tidak memberikan persetujuan, tapi kemudian saya merasa sangat dibungkam dan sangat terkejut … bahwa saya tidak dalam posisi dimana segera setelah insiden itu terjadi saya bisa mencari dukungan,” katanya kepada ABC Radio Canberra.
‘Saya jatuh ke dalam jebakan yang sama’
Sekarang ketua Asosiasi Mahasiswa Universitas Nasional Australia (ANU) tersebut, James Connolly memutuskan sudah waktunya untuk berbicara dan memberi tahu orang lain bahwa mereka tidak sendiri.
Dia menceritakan secara rinci pengalamannya tersebut di koran mahasiswa ANU -Woroni.
“Saya telah membuat sejumlah orang melakukan pengungkapan dan sejumlah orang telah mengulurkan tangan dan berkata, ‘itu sangat membantu untuk dibaca’,” katanya.
Dalam mengingat pengalamannya, James Connolly mengatakan bahwa dia shock dan memutuskan untuk diam.
Dan walaupun dia pernah bekerja di pastoral sebelumnya, dia tidak melaporkan kejadian tersebut ke universitas atau polisi, dan dia juga tidak mencari konseling.
“Saya sendiri agak kebingungan meskipun saya sudah pernah menerima pengungkapan dan telah meyakinkan dan menghibur orang-orang penyintas [perlakuan yang sama] dan meyakinkan mereka bahwa itu bukan kesalahan mereka … tapi tetap saja saya masih jatuh ke dalam jebakan [perasaan] yang sama,” katanya.
‘Citra maskulinitas yang menghancurkan’
Sementara James Connolly mengakui bahwa dirinya “masih berjuang untuk memahami semuanya”, dia ingin menegaskan kalau alasan mengapa korban kekerasan seksual laki-laki merasa terbungkam.
“Ada beberapa hal tentang maskulinitas di mana pria diminta untuk tidak menangis, tidak merasa rentan, tidak merasakan sesuatu, dan pada suatu saat seorang anak laki-laki itu akan menjadi seorang pria dewasa dan mereka secara emosional ditutup dalam apa yang mereka rasa dapat diungkapkan oleh publik,” dia berkata.
James Connolly mengatakan bahwa “maskulinitas yang menghancurkan ” dan nilai-nilai budaya yang berperan dalam rendahkan pelaporan kasus pelecehan seksual oleh laki-laki.
“Saya seorang pria gay, dan saya pikir ada banyak masalah yang komunitas saya perlu hadapi sebagai komunitas yang memandang dirinya sebagai sekutu feminisme,” katanya.
“Kita masih memiliki tantangan yang sama untuk mengatasi masalah ini dalam hal fetishisasi dominasi dan bagaimana dominasi [seksual] dikaitkan dengan maskulinitas dan penyerahan dikaitkan dengan feminitas, yang jelas itu sebagai sebuah konstruksi, itu palsu, itu salah, itu sangat bermasalah.
“Tapi di mana nilai-nilai itu ada di masyarakat mereka bisa menjadi racun dan bisa terwujud dalam bentuk kekerasan seksual.”
Pendekatan tanpa toleransi
Hasil survei yang dilakukan oleh Komisi Hak Asasi Manusia terhadap serangan seksual di kampus-kampus di universitas Australia akan dirilis minggu depan.
James Connolly mengatakan bahwa perlu ada pendekatan ‘tanpa toleransi’ terhadap kekerasan seksual di seluruh kampus universitas.
“Universitas telah memiliki alat untuk menerapkan pendekatan tanpa toleransi – mereka telah memiliki kebijakan yang salah, mereka memiliki kemampuan untuk menunjukkan kepada mahasiswa dan staf bahwa kekerasan seksual akan diperlakukan tanpa toleransi dan anda akan didisiplinkan jika anda adalah pelaku. ,” katanya.
Diterjemahkan 27/7/2017 oleh Iffah Nur Arifah dan simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.