ABC

Mahasiswa Desain Mode Australia ke Yogya Belajar Membatik

Selama dua tahun terakhir, sebuah sekolah desain mode terkenal di Australia mengirimkan mahasiswanya ke Indonesia khusus untuk mempelajari seni batik.

Teknik membatik dinilai penting dipelajari untuk memperkaya rancangan busana internasional mahasiswa mereka.

Kangan Institute Australia sejak tahun 2014 lalu telah menjalin kerjasama dengan Program Studi Pendidikan Tata Boga dan Busana (PTBB), Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (FT UNY) Yogyakarta.

Kerjasama ini diwujudkan dalam bentuk kegiatan kunjungan staf pengajar, guest lecture dan juga program kolaborasi mahasiswa dari kedua lembaga pendidikan ini.

Melanjutkan kesuksesan program senior mereka yang mengikuti workshop batik di FT UNY Yogyakarta pada tahun 2014 lalu, lalu Kangan Institute di Melbourne, Victoria September lalu kembali menyelenggarakan program kolaborasi desain batik.

Bertempat di kampus PTBB – FT UNY, Karang Malang Yogyakarta, selama dua pekan di bulan September lalu (17-29/9) sebanyak 11 orang mahasiswa jurusan Textile and Fashion di Kangan Institute mempelajari seni pembuatan kain batik dan mengeksplorasi potensi bisnis batik Indonesia di dunia internasional.

Program kolaborasi desain batik Kangan Institute dan FT UNY
Salah seorang mahasiswi Kangan Institute sedang belajar membuat motif batik.

instagram#kiindo16

Senior Educator dan pendamping rombongan mahasiswa dari Kangan Institute, Megan Kirkham menuturkan mahasiswa Kangan Institute merasa sangat beruntung bisa mempelajari batik yang sekarang kian populer di dunia fashion internasional.

“Seni Batik merupakan teknik pembelajaran yang sangat efektif. Sangat menyenangkan sekali mempelajarinya, kami harus menggambar, menulis dengan lilin, mencelupkan untuk pewarnaan. Kami seperti anak-anak TK yang kesenangan mempelajarinya. Terlihat mudah tapi sangat sulit sekali sebenarnya,” tambah Megan.

Menurut Megan keterampilan teknik desain tradisional ini penting untuk memperkaya wawasan dan keahlian mahasiswa Kangan Institute yang nantinya dapat mereka terapkan dalam proyek busana mereka.
“Mahasiswa kami banyak diminta melakukan proyek merancang busana haute couture dan high end fashion.

Kami bisa menggunakan metode membatik ini dalam proses merancang material kain yang nantinya akan mereka gunakan, sehingga nantinya bisa memberi nilai khusus pada produk fashion mereka.”

Mahasiswa Kangan Institut Australia belajar membatik
Workshop pengenalan mesin kompor listrik untuk membatik dan praktik membatik kaos di Batik Astoetik Bantul.

Dokumentasi FT UNY

Dalam program kolaborasi ini mahasiswa Kangan Institute juga mengikuti sejumlah sesi workshop bersama-sama dengan mahasiswa FT UNY dari berbagai level untuk sama-sama belajar mengembangkan desain batik.
Menurut Kepala Program Studi Pendidikan Teknik Busana FT UNY, Dr. Widihastuti, perbedaan latar belakang membuat desain batik yang dihasilkan dalam workshop ini juga sangat beragam.
“Mahasiswa Kangan lebih suka motif kontemporer dan lebih ekspresif sementara mahasiswa kita banyak mempertahankan motif-motif tertentu dari pakem batik. Mahasiswa Kangan banyak menuangkan pengalaman dan apa yang mereka lihat dari berbagai kegiatan yang diikuti ke dalam desain batik mereka, seperti pemandangan alam, flora dan fauna.“

Program kolaborasi desain batik mahasiswa Kangan Institute dengan FT UNY Yogjakarta.
Hasil desain batik mahasiswa Kangan Institute dalam workshop pencelupan/pewarnaan batik di Batik Sembung Kulon Progo.

Dokumentas FT UNY

Namun menurut Dr. Widihastuti, mahasiswa PTTB FT UNY juga memperoleh banyak manfaat dari program kolaborasi ini.
“Dari program ini mahasiswa kami banyak belajar dari rekan mereka di Australia, terutama mengenai bagaimana membuat produk fashion yang terkonsep dengan baik dan memenuhi pasar yang ada. selain tentunya membangun network dan menambah wawasan mereka,”

Selain program kolaborasi desain batik, Kangan Institute dan PTTB FT UNY sebelumnya pada tahun 2014 dan awal 2016, juga bergantian mengadakan kegiatan kunjungan dan guest lecture ke masing-masing institusi.

Kedua lembaga pendidikan ini berencana melanjutkan dan meningkatkan program ini di tahun-tahun mendatang.
“Ini merupakan perjalanan yang sangat indah. Kami tidak cuma belajar mengenai batik, tapi juga berkesempatan bertemu dengan staf UNY dan warga lokal yang sangat ramah. Ini pengalaman yang fantastik dan kami pasti akan kembali.” Kata Senior educator dari Kangan Institute, Megan Kirkham.