Mahasiswa Bandung Tampilkan Busana Sopan Pada Ajang Adelaide Fashion Festival
Sejumlah mahasiswa Indonesia dan Australia berkolaborasi di ajang Adelaide Fashion Festival, menampilkan busana sopan dan berharap mendesain ulang persepsi tentang busana Islami.
Salah satunya Anita Yuni, dari mahasiswa Islamic Fashion Institute Bandung, menampilkan koleksinya bersama mahasiswa TAFE Australia Selatan.
Menurut dia, pakaian modis yang sesuai budaya merupakan bagi wanita Muslim di seluruh dunia.
Dia berharap koleksi busana yang mereka tampilkan, bersama dengan desainr Paolo Sebastian, bisa membuat busana Muslim lebih menarik bagi khalayak luas.
“Saya pikir busana modis juga bisa dikenakan wanita yang tak mengenakan jilbab. Untuk musim dingin atau musim gugur, mereka bisa mengenakan desain itu,” ujarnya.
Menurut mahasiswa Adelaide Jade Barker dunia mode mulai memperhatikan busana sopan dan tertutup. Dia ingin jadi bagian dari gerakan fashion ini.
“Saat ini desain tunik sangat longgar dan sedikit klise sehingga busana tunik tak berkembang,” kata Jade.
Pengajar busana Jane Hardacre mengatakan secara bisnis maupun mode, wajar jika industri fashion Australia membuat pakaian modern yang sederhana.
“Anak-anak dari latar belakang Islam, generasi mudanya, ingin terlihat trendi,” katanya.
“Kita tidak ingin memaksakan satu desain tertentu dan bahwa inilah yang harus Anda kenakan,” ujar Hardacre.
“Dunia kita pluralistik, multikultural, sehuingga kita ingin memenuhi kebutuhan dan aspirasi berbeda,” tukasnya.
“Industri busana sopan dan serba tertutup merupakan bisnis yang berkembang. Permintaannya kian meningkat dan kita harus memenuhinya,” ujarnya.
“Kami ingin menempatkan Australia, khususnya Australia Selatan, dalam peta dunia untuk fashion,” kata Hardacre lagi.
Dalam dua tahun terakhir, mahasiswa Islamic Fashion Institute Bandung dan TAFE Australia Selatan telah aktif saling belajar.
Mahasiswa Australia datang ke Indonesia belajar tekstil dan produksi, sementara mahasiswa Indonesia juga mendapatkan pemahaman teknologi terbaru dan fashion Barat di Adelaide.
Kerjasama informal antara dua perguruan tinggi itu kini kian dikuatkan dengan nota kesepahaman dengan target memulai ruang ritel online bersama.
Euis Saedah dari Islamic Fashion Institute berharap kemitraan ini terus berkembang.
“Kami kami harus datang ke negara-negara yang dianggap lebih maju daripada Indonesia,” katanya.
“Kami datang ke sini agar generasi muda memahami setiap detail pekerjaan di dunia fesyen,” ujar Saedah.
“Bidang ini memiliki nilai ekonomi dan dapat menarik terutama kaum wanita. Saya dapat melihat antusiasme mereka setelah dua hari di sini,” tambahnya.
Adelaide Fashion Festival berlangsung hingga Minggu (20/10/2018), menampilkan desainer lokal dengan penekanan pada mode yang berkelanjutan dan inovatif.