ABC

Mahasiswa Adelaide Kembangkan Pemurni Air dari Bungkus Kripik Kentang

Sejumlah mahasiswa teknik Universitas Adelaide, Ausralia, berhasil mengembangkan sistem pemurnian air dengan menggunakan bungkus kripik kentang yang berbahan plastik metalik. Alat ini diujicobakan untuk membantu mengatasi ketersediaan air minum di negara berkembang.

Dr Cris Birzer, dosen teknik pada Universitas Adelaide mendorong mahasiswanya bisa menghasilkan penemuan yang bisa meningkatkan kondisi kehidupan dari bahan-bahan sederhana.

"Desain akhirnya berupa potongan silinder yang memantulkan cahaya ke gelas penampung sepanjang satu setengah meter," jelas Dr Birzer.

"Spektrum cahaya matahari berupa radiasi UV-A, kemudian akan memproduksi radikal oksigen di air dalam gelas penampung itu, dan mematikan patogen di dalamnya," tambahnya.

Menurut Dr Birzer, para mahasiswa itu merancang perangkat ini dengan mempertimbangkan kebutuhan warga di negara berkembang seperti Papua Nugini, sehingga bahan-bahan yang digunakan pun diasumsikan tersedia di sana.

"Bungkus kripik kentang berupa plastik metal terbukti sangat tepat digunakan untuk kebutuhan ini," jelasnya.

Dr Birzer menjelaskan, pihaknya lebih menawarkan desain dan bukan sebuah peralatan berupa produk akhir yang sudah jadi.

"Desain ini akan bisa digunakan oleh siapa saja. Kami tidak memberikan produk tapi sebuah konsep desain yang bisa diwujudkan oleh siapa saja," katanya.

"Dengan menggunakan sistem ini, air bisa dimurnikan hingga 40 liter dalam empat jam," ujar Dr Birzer.

Biaya untuk membuat peralatan pemurnian air dengan menggunakan desain semacam ini hanya berkisar $67 atau sekitar Rp 670 ribu.