Lucy Barnard Jalan Kaki 30.000 Km Argentina-Alaska

Petualangan perempuan Australia bernama Lucy Barnard untuk berjalan sejauh 30.000 kilometer dimulai sebagai sebuah ide di saat ia melakukan perjalanan menyusuri dataran tinggi Patagonia, Amerika Selatan.

Ketika melakukan perjalanan itu, Lucy membawa buku karya petualang George Meegan yang berjudul ‘The Longest Walk’ (Jalan Kaki Terpanjang), yang mendokumentasikan 41 juta langkahnya menyusuri bagian bawah Amerika Selatan hingga ujung Alaska.

“Saat membacanya, saya mulai bertanya-tanya apakah seorang perempuan pernah melakukannya. Jadi saya memutuskan untuk mencobanya,” aku Lucy.

Beberapa tahun, ratusan jam perencanaan dan beberapa kecelakaan jalan kemudian, Lucy baru berhenti dari pekerjaan kantorannya dan siap untuk berangkat ke Ushuaia, kota resor di Argentina, hanya dalam beberapa minggu untuk mulai berjalan sejauh 30,000 km.

Perjalanan itu akan membawa mantan penasihat komunikasi yang berbasis Darwin ini melewati rute pedesaan di sepanjang Jalan Tol Pan American; dari ujung selatan Amerika Selatan, melalui Amerika Tengah dan akhirnya sampai ke Barrow, kota beriklim kutub dan paling utara di Alaska.

Petualangan jalan kaki ini akan memakan waktu sekitar tiga tahun.

Tangguh berkat kondisi tempat tinggal

Hingga saat ini, rute jalan kaki terpanjang yang dilalui Lucy mencakup pendakian 10-hari sejauh 150 kilometer.

“Jadi saya terlatih,” tawanya.

Meski tak pernah berjalan kaki jarak jauh sebelumnya, Lucy mengaku tangguh berkat kondisi tempat tinggalnya.

“Ujung utara Australia benar-benar memiliki budaya luar ruang sehingga Anda terbiasa untuk berada di luar sepanjang waktu. Saat itulah saya mulai ingin melakukan ini dan tak bekerja dalam artian tradisional,” ceritanya.

Ketika ditanya mengapa ia berambisi untuk melakukan hal ini, Lucy mengatakan: “Itu ada untuk dijelajahi.”

“Saya suka melakukan olahraga ketahanan dan saya senang melihat seberapa jauh saya bisa memacu tubuh saya,” tuturnya.

Koleksi kotoran hewan di sepanjang perjalanan

Lucy telah ‘menabung gila-gilaan’ selama beberapa tahun terakhir untuk mendanai petualangan jalan kakinya, dengan sponsor tambahan dari produk perlengkapan luar ruang dan dari perusahaan keamanan global.

“Ada beberapa daerah yang tak cukup aman dan saya harus menyewa penjaga untuk melewatinya,” ujar Lucy.

Ia menuturkan, “Ketika perusahaan keamanan mendukung aksi saya, beban berat dalam soal kekhawatiran mengenai visa hingga kerusuhan politik hingga apa yang harus saya lakukan jika ular menggigit saya, terlepas.”

Lucy juga telah mendaftar sebagai “ilmuwan petualangan” ke Harvard Medical School untuk mengumpulkan sampel dari kotoran hewan di sepanjang perjalanannya.

"Pada dasarnya hal itu berarti bahwa saya mengumpulkan sejumlah sampel kecil dari kotoran,” kata Lucy.

“Saya mencatat dan mengirimkannya ke mereka dengan harapan untuk menemukan asal-usul resistensi antibiotic,” imbuhnya.

Sampel kotoran akan dibawa Lucy berkeliling di dalam ranselnya yang penuh sampai ia menemukan kantor pos untuk mengirimkannya.

Lucy juga akan ditemani dengan seekor anjing, yang akan ia jemput di Amerika Selatan, ketika berjalan. Ini kemudian membuat nama perjalanannya menjadi ‘Tangles and Tail’ (si kusut dan si buntut).

Anjing itu akan memakai ransel berpanel surya untuk mengisi ulang perlengkapan yang dibawa lucy.

Jika berhasil, Lucy bisa menjadi salah satu perempuan pertama yang menyelesaikan petualangan jalan kaki 30.000 kilometer, meski ia memiliki pesaing dari Amerika yang sudah mulai berjalan.

“Saya akan memastikan saya menyelesaikan perjalanan saya,” kata Lucy.

Ia akan mulai berjalan di Hari Valentine (14/2/2017) dan berharap untuk berjalan kaki hingga 40 kilometer per hari, lalu tiba di Alaska pada tahun 2020.

Diterjemahkan pukul 13:10 AEST 20/1/2017 oleh Nurina Savitri dan simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini.