Lima Industri di Australia yang Butuh Banyak Pekerja Baru
Departemen Tenaga Kerja dan Usaha Kecil di Australia telah merilis laporan yang diberi judul ‘Australia Jobs 2018’.
Laporan tersebut memberikan tinjuan luas soal tren pasar tenaga kerja di Australia, sehingga bisa membantu para pencari kerja, pemberi saran soal karir, program pelatihan, dan mereka yang tertarik dengan lapangan kerja di Australia.
“Australia Jobs 2018′ menggambarkan kondisi pasar tenaga kerja di tiap-tiap negara bagian, termasuk melihat profesi di sejumlah industri, serta memproyeksikan sektor mana yang akan berkembang.
Secara nasional ada 12,4 juta orang di Australia yang memiliki pekerjaan, dimana dua pertiganya bekerja penuh waktu.
“Kondisi pasar tenaga kerja telah menguat selama setahun dengan angka mereka yang bekerja naik 403.303 (atau 3,3 persen), naik dua kali lipat rata-rata angka tahunan dalam sepuluh tahun, yakni 1,6 perseb,” tulis laporan tersebut.
Tak hanya itu, kabar baik lainnya bagi Australia adalah angka penyerapan lulusan perguruan tinggi di pasar tenaga kerja telah meningkat dari 68,1 persen di tahun 2014 menjadi 71,8 persen hingga Januari 2018 lalu.
Meski demikian, ada peningkatan jumlah dari para lulusan perguruan tinggi yang bekerja tidak sesuai dengan bidang ilmunya.
“Ini memaksa mereka untuk bekerja di kerjaan seperti pertukangan atau ‘buruh kasar’, dan mereka harus berkontribusi dengan orang-orang yang tidak memiliki kualifikasi, termasuk mereka yang sudah lama menganggur.”
Laporan ini juga menemukan seiring maraknya teknologi dan otomatisasi, maka yang lebih dibutuhkan adalah kemampuan seperti paham akan digital, mampu berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan beradaptasi.
“Banyak faktor, termasuk populasi yang menua dan kecanggihan teknologi serta otomatisasi, akan terus mengubah sifat dan tipe pekerjaan yang tersedia di Australia,” tulis laporan tersebut.
“Saat teknologi mengurangi sejumlah pekerjaan, tapi juga menciptakan kesempatan bagi para pekerja untuk mengembangkan, menggunakan, atau mengawasi penggunaan teknologi yang baru.”